Majalah dinding
Artikel ini sudah memiliki referensi, tetapi tidak disertai kutipan yang cukup. |
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Majalah dinding (populer dengan akronim atau sebutan mading) adalah salah satu jenis media komunikasi massa tulis yang paling sederhana. Istilah majalah dinding yang kemudian disingkat dengan mading disebabkan oleh dominan prinsip dasar majalah di dalamnya. Sesuai dengan namanya, majalah dinding biasanya terpampang pada dinding atau sejenisnya. Prinsip majalah tercermin lewat penyajiannya, baik yang berwujud tulisan, gambar, maupun kombinasi dari keduanya. Dengan prinsip dasar bentuk kolom-kolom, bermacam-macam hasil karya, seperti lukisan, vinyet, teka-teki silang, karikatur, cerita bergambar, dan sejenisnya disusun secara variatif. Semua materi itu disusun secara harmonis sehingga keseluruhan perwajahan mading tampak menarik.
Bentuk fisik mading biasanya berwujud lembaran tripleks, karton, atau bahan lain dengan ukuran yang beraneka ragam. Mading memiliki berbagai ukuran, yang paling besar adalah 120 cm x 240 cm, sedang yang lebih kecil lagi disesuaikan dengan situasi dan kondisinya.[1] Majalah dinding berperan sebagai salah satu fasilitas kegiatan siswa secara fisikal dan faktual serta memiliki sejumlah fungsi, yaitu informatif, komunikatif, rekreatif, dan kreatif.
Ada pun isi dari mading itu sendiri biasanya disesuaikan berdasarkan tema. Namun, secara umum, terdapat sebelas elemen yang pasti ada dalam mading. Berikut ulasannya:
1. Logo
Sebuah mading umumnya memuat logo sekolah maupun logo Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Jika mading tersebut ditujukan untuk perlombaan, maka logo yang ditampilkan bisa berupa gambar yang menjadi ciri khas kelompok.
2. Judul
Judul pada mading dapat diberi nama yang unik, nama sekolah, atau nama sesuai tema.
3. Edisi
Layaknya majalah sungguhan, mading juga perlu menuliskan tema di bagian edisi. Atau bisa juga ditulis mengikuti bulan dibuatnya. Semisal, Edisi Hari Kemerdekaan, Edisi April, dan sebagainya.
4. Salam Redaksi
Rubrik ini merupakan sapaan dari penyusun kepada para pembaca. Selain sapaan, Salam Redaksi juga bisa menjelaskan secara singkat informasi unik atau penting di dalamnya, sekaligus memuat ajakan untuk membaca.[2]
5. Susunan Redaksi
Setelah rubrik Salam Redaksi, bia dituliskan nama-nama penyusun redaksi.
6. Berita Utama
Rubrik ini memuat topik utama yang sedang hangat diperbincangkan di lingkungan sekolah. Misalnya, berita mengenai siswa yang mewakili sekolah di Olimpiade Sains Tingkat Nasional.
7. Artikel
Rubrik ini memuat artikel atau esai pendek dengan topik yang sudah ditentukan sebelumnya.
8. Opini
Rubrik ini memuat pendapat dari beberapa siswa mengenai tema yang diangkat. Misalnya, tema yang diangkat adalah Hari Kemerdekaan, maka siswa tersebut dapat mengemukakan pandangannya mengenai makna Hari Kemerdekaan. Rubrik opini dapat menjadi kesempatan bagi penyusun redaksi untuk mengasah kemampuan dalam melakukan wawancara.
9. Pojok Mading
Rubrik ini masih memuat opini, namun dari perspektif penyusun. Pojok mading memuat komentar atau pendapat penyusun redaksi tentang isi dari mading yang sudah dibuat.
10. Tambahan
Tambahan ditampilkan jika mading yang dibuat masih memiliki ruang sisa. Adapun tambahan tersebut dapat berupa komik, puisi, pantun, ilustrasi, humor, atau tips dan trik.
11. Hiasan
Hal yang tidak kalah penting dari informasi adalah hiasan mading. Sebab, hiasan yang menarik dapat membuat pembaca penasaran, bahkan dari kejauhan. Beberapa contoh hiasan unik yang bisa digunakan ialah biji-bijian, manik-manik, kain perca, kertas koran, kain flanel, dan sebagainya.
Fungsi
Media komunikasi
Mading adalah media komunikasi termurah untuk menciptakan komunikasi antarpihak dalam lingkup tertentu. Mading yang dipasang di balai RW, halaman kantor desa, gereja, masjid, sekolah, atau di fakultas tertentu membuktikan bahwa pemasangan dengan cara itu membuat komunikasi dapat dijalin dengan praktis. Dikatakan paling praktis mengingat bahan dan volume tulisan dapat diatur secara elastis, disesuaikan dengan tema dan keperluan yang aktual. Bila sebuah desa sedang menghadapi lomba desa, sangat mungkin mading yang ada di kantor desa dan balai RW akan berbicara tentang topik lomba desa. Demikian juga kalau hari Natal tiba, semua aktivitas yang menyangkut gereja akan diuraikan lebih banyak. Begitu pula bila umat Islam tengah berlebaran. Permasalahan yang menyangkut Lebaran akan lebih mendapat prioritas dalam pemuatannya. Sama halnya bila hari Kebangkitan Nasional sudah dekat, pasti mading dari SD sampai Perguruan Tinggi berbicara tentang Budi Oetomo, Ki Hajar Dewantoro, tokoh-tokoh pendidikan, dan bermacam tema yang tercakup dalam dunia pendidikan.
Dengan adanya mading, bermacam informasi dapat disampaikan secara mudah ke seluruh wilayah sesuai dengan lingkup yang direncanakan. Dengan membaca mading, banyak hal yang semula tidak diketahui akhirnya menjadi perbendaharaan pengetahuan, baik yang bersifat praktis maupun yang perlu perenungan.
Wadah kreativitas
Pada umumnya kegiatan anak muda tidak pernah sepi dari kreativitas, misalnya olahraga, olah seni, keterampilan, permainan, dan tidak ketinggalan pula aktivitas ekspresi tulis. Lewat karya tulis akan tersalurkan dua macam manfaat yang bersifat timbal balik. Dari sisi penulis, majalah dinding adalah tempat untuk mencurahkan bermacam ide. Beragam gagasan, pikiran, daya cipta, bahkan fantasi yang mengiringi perkembangan jiwanya perlu penyaluran dan media untuk menuangkannya. Maka tepatlah apabila mading digunakan sebagai wadah curahan kreativitas kawula muda karena didukung oleh sifatnya yang mudah dilaksanakan dengan biaya yang murah.
Dari sisi lain, pembaca akan mendapatkan penyaluran yang berkaitan dengan keinginan, cita-cita, kecintaan, kerinduan, keprihatinan dan berbagai pikiran lain yang tidak dapat disalurkannya sendiri. Dengan membaca tulisan-tulisan teman atau orang lain, terlepaslah ia dari berbagai gejolak yang ada dalam dirinya. Mading dapat menjadi tuangan aspirasi diri bagi pembaca yang telah dituliskan orang lain, dan menjadi sarana bersama penulisnya untuk berpendapat tentang sesuatu, berkeinginan, berkomentar, berolok-olok, mengkritik, serta masih banyak lagi yang lain.
Sebagai anak muda yang peka terhadap sekelilingnya, dengan melihat fakta bahwa dalam hidup ini selalu saja timbul persoalan, maka mading akan menjadi dorongan untuk melahirkan tulisan guna melepaskan atau menumpahkan segala macam gagasan dan pikirannya.
Menumbuhkan kebiasaan membaca
Dunia akan menjadi luas bila kita senang membaca. Untuk itu, kegemaran membaca harus ditanamkan. Dalam hal ini mading punya andil yang besar. Mading dapat tampil setiap saat tanpa dihadang oleh sejumlah kesulitan. Mading dapat diterbitkan oleh siapa saja dalam jangka waktu yang relatif bebas tergantung animo pembaca. Kalau pembacanya menghendaki, mading dapat ditampilkan setiap hari dengan materi tulisan yang bersifat aktual sesuai lingkungan. Apabila minat baca dan atensi menulis masyarakat sedang-sedang saja, mading dapat diganti tiap bulan atau tiap-tiap minggu.
Pengisi waktu
Banyak kawula muda tidak dapat mengisi waktu luangnya dengan baik. Kelebihan energinya dibuang percuma. Entah bercakap-cakap di tepi-tepi jalan, merokok, minum, membentuk "geng", menyoretkan identitas "kelompoknya" dengan cat semprot di sembarang tempat, dan masih banyak lagi. Semua itu sebenarnya dapat ditangguhkan dengan membaca mading dan aktif menulis. Apabila kelebihan tenaga yang diboroskan itu digunakan untuk menulis dalam lembaran mading, tentu akan banyak bermanfaat bagi perkembangan dan pertumbuhan jiwanya. Di samping itu, tentu juga bermanfaat bagi pihak lain.
Kecerdasan berpikir
Membaca mading akan membangkitkan gairah untuk mencari bacaan lain lewat "umpan" yang disajikan dalam mading. Sangat mungkin sajian-sajian mading itu belum sepenuhnya memenuhi selera pembacanya. Hal ini akan menjadikan mading berperan sebagai perangsang bagi pembacanya untuk mencari bahan bacaan lain yang lebih lengkap.
Kebiasaan membaca akan menambah pengetahuan pembaca dalam berbagai bidang. Semakin banyak membaca, pengetahuan siapa pun akan bertambah. Secara tidak langsung hal itu akan menjadi pendorong bertambahnya kecerdasan. Dengan demikian, jelaslah bahwa mading menjadi "terminal awal" yang dapat menjembatani lahirnya pengetahuan, ketangkasan berpikir, dan terbentuknya kecerdasan.
Berorganisasi
Menghadirkan selembar mading berarti mengorganisasikan sekelompok orang. Mading menuntun semua yang terlibat di dalamnya untuk berorganisasi. Mading adalah perwujudan kerja tim atau kerja kelompok yang perlu saling mematuhi kesepakatan, aturan yang telah ditetapkan, kedisiplinan diri, dan kesungguhan bekerja. Dengan menyiapkan mading, secara otomatis siapa saja akan menghayati arti organisasi dan langsung terkait dengan aktivitas di dalamnya.
Mading akan membiasakan para penyelenggaranya menyiapkan perencanaan-perencanaan yang matang dalam tubuh organisasi sekelompok orang yang menjalin kerjasama antarbagian. Lewat kondisi yang demikian, maka secara langsung atau tidak mading menempatkan kekompakan kerja sebagai modal dasar setiap tumbuhnya organisasi.
Melatih kemampuan menulis
Banyak penulis yang menggunakan media mading sebagai wahana berlatih. Berawal dari senang menulis hal-hal yang sederhana, tidak mustahil seseorang menjadi terbuka wawasannya untuk lebih mengembangkan kesenangannya dalam bidang kepenulisan secara lebih profesional.
Referensi
- ^ Nursito, 1999, Membina Majalah Dinding, Adicita Karya Nusa
- ^ Larasati, Citra (2022-03-01). "Mengenal Konsep dan Fungsi Majalah Dinding, Apa Saja Sih Isinya?". Medcom.id. Diakses tanggal 2022-06-15.