Lokomotif B50
Lokomotif B50 adalah lokomotif uap buatan pabrik Sharp Stewart di Inggris. Lokomotif dengan notasi Whyte 2-4-0 ini dioperasikan oleh Staatsspoorwegen di Jawa, khususnya di lintas Madiun-Ponorogo untuk angkutan penumpang. Saat ini hanya tersisa lokomotif B5004 di Taman Mini Indonesia Indah, dengan tendernya yang dipasangkan ke B2301 di Museum Transportasi Taman Mini Indonesia Indah.
Lokomotif B50 | |||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
| |||||||||||||||||||
| |||||||||||||||||||
| |||||||||||||||||||
|
Sejarah
Pemerintah Hindia Belanda melalui perusahaan kereta api Staatsspoorwegen (SS) memulai pembangunan konstruksi pertama jalan rel dengan rute Surabaya Kota-Sidoarjo-Pasuruan (63 km) dan diresmikan pada tahun 1878. Pembangunan jalan rel ini diteruskan ke arah barat dengan rute Sidoarjo-Tarik-Kertosono-Madiun (141 km) yang selesai dibangun pada tahun 1882 dan Madiun-Solo Balapan (97 km) yang selesai dibangun pada tahun 1884. Jalur ini dianggap penting karena melalui wilayah dengan kondisi tanah yang subur yang kemudian menjadi tulang punggung industri gula. Selain terdapat perkebunan tebu dan pabrik gula, jalur ini juga melalui perkebunan teh, kopi, tembakau dan lain-lain.[1]
Untuk melayani rute ini, SS membeli 14 lokomotif uap B50 dari pabrik Sharp Stewart (Inggris). 14 lokomotif B50 didatangkan pada tahun 1880-1886. Lokomotif ini digunakan untuk menarik rangkaian kereta yang mengangkut hasil perkebunan dan penumpang. Pembangunan jalan rel kemudian dilanjutkan pada rute Madiun-Ponorogo (32 km) yang selesai dibangun pada tahun 1907 dan rute Ponorogo-Slahung (26 km) yang selesai dibangun pada tahun 1922. Sebagian besar lokomotif B50 berada di Depo lokomotif Madiun. Untuk memenuhi kebutuhan transportasi kereta api di Sumatra Selatan, maka 3 lokomotif B50 milik SS dipindah dari Jawa ke Sumatra Selatan.
Lokomotif uap B50 memiliki roda utama dengan diameter 1412mm. Dengan konstruksi ini, lokomotif mampu mencapai kecepatan maksimum 60 km/jam dengan tetap memberikan kestabilan pada lokomotif. Lokomotif B50 menggunakan bahan bakar kayu jati atau batubara. Lokomotif B50 memiliki daya 330 hp (horse power) dan digunakan untuk menarik rangkaian kereta pada rute jarak menengah. Lokomotif ini memiliki susunan roda 2-4-0 dan berat 20,25 ton.
Dari 14 lokomotif B50, masih tersisa 1 buah lokomotif B50, yaitu B5004 (mulai operasional tahun 1881). B5004 dipajang di Museum Transportasi, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta. Saat ini, B5004 dalam kondisi sudah tidak lengkap dikarenakan tendernya yang dipasangkan ke lokomotif B2301.
Galeri
-
Bangkai lokomotif B5012 bersama sejumlah lokomotif uap seri lainnya, 1991.
Referensi
- ^ Bagus Prayogo, Yoga; Yohanes Sapto, Prabowo; Radityo, Diaz (2017). Kereta Api di Indonesia. Sejarah Lokomotif di Indonesia. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher. hlm. 52. ISBN 978-602-0818-55-9.