Bandar Udara Internasional Husein Sastranegara
Bandar Udara Internasional Husein Sastranegara (bahasa Inggris: Husein Sastranegara International Airport, Sunda: ᮘᮔ᮪ᮓᮁ ᮅᮓᮛ ᮄᮔ᮪ᮒᮨᮁᮔᮞᮤᮇᮔᮜ᮪ ᮠᮥᮞᮨᮄᮔ᮪ ᮞᮞ᮪ᮒᮢᮔᮨᮌᮛ) (IATA: BDO, ICAO: WICC)[1] adalah sebuah bandar udara internasional yang terletak di Jalan Pajajaran Nomor. 156, kelurahan Husen Sastranegara, kecamatan Cicendo, kota Bandung, Jawa Barat
Pangkalan Udara TNI AU Husein Sastranegara | |
---|---|
Negara | Indonesia |
Cabang | TNI Angkatan Udara |
Tipe unit | Lanud Tipe B |
Peran | Pangkalan Angkatan Udara |
Bagian dari | Kodiklatau |
Lanud | Bandung |
Pelindung | Tentara Nasional Indonesia |
Moto | Prayatna Kerta Gegana |
Situs web | www.tni-au.mil.id |
Bandar Udara Internasional Husein Sastranegara Husein Sastranegara International Airport | |||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Informasi | |||||||||||
Jenis | Publik / Militer | ||||||||||
Pemilik | PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) | ||||||||||
Pengelola | PT Angkasa Pura II | ||||||||||
Melayani | Bandung Raya Kabupaten Sumedang Priangan Timur | ||||||||||
Lokasi | Bandung, Jawa Barat, Indonesia | ||||||||||
Maskapai penghubung | |||||||||||
Zona waktu | WIB (UTC+07:00) | ||||||||||
Ketinggian dpl | 742 mdpl | ||||||||||
Koordinat | 06°54′02″S 107°34′35″E / 6.90056°S 107.57639°E | ||||||||||
Situs web | www | ||||||||||
Peta | |||||||||||
Landasan pacu | |||||||||||
| |||||||||||
Statistik (2018) | |||||||||||
| |||||||||||
Sejarah
Pada awalnya Bandar Udara Husein Sastranegara merupakan sebuah peninggalan Pemerintah Hindia Belanda dengan sebutan Lapangan Terbang Andir, yaitu suatu nama lokasi di mana lapangan terbang tersebut berada. Nama Husein Sastranegara diambil dari nama seorang pilot militer AURI yang telah gugur pada saat latihan terbang di Yogyakarta tangal 26 September 1946. Pada masa penjajahan Jepang daerah tersebut dijadikan basis Pasukan Udara Angkatan Darat Kekaisaran Jepang.[2]
Pada tahun 1920 Belanda mendirikan sebuah lapangan terbang yang diberi nama Luchtvaart Afdeling atau Vliegveld Andir. Setelah tahun 1942, lapangan terbang tersebut kemudian di ambil alih oleh Jepang sampai tahun 1945. Ketika Indonesia telah merdeka, keadaan lapangan udara pada saat itu sempat mengalami keadaan vakum dari tahun 1945 hingga tahun 1949. Setelah itu, lapangan terbang tersebut di ambil alih oleh AURI sebagai pangkalan militer pada tahun 1969 sampai 1973. Sampai akhirnya tahun 1973 lapangan terbang tersebut boleh dipergunakan untuk penerbangan komersial.[2]
Pada tahun 1974 mulai dilakukan kegiatan pelayanan lalu lintas dan angkutan udara komersial secara resmi yaitu dengan berdirinya kantor Perwakilan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dengan nama Stasiun Udara Husein sastranegara Bandung untuk kepentingan kegiatan penerbangan komersial sipil. Selanjutnya pada tahun 1983 berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM 68/HK 207/PHB-83 tanggal 19 Februari 1983, klasifikasi Pelabuhan Udara ditingkatkan dari kelas III mejadi kelas II. Pada Tahun 1994 dilaksanakan Pengalihan Pengelolaan Bandar Udara dari Departemen Perhubungan kepada PT Angkasa Pura II sesuai PP RI Nomor 26 Thn 1994 tanggal 30 Agustus 1994 tentang Penambahan Penyertaan modal Negara RI ke dalam Modal sahan PT Angkasa Pura II.[2]
Perubahan Nama Pangkalan
Bertepatan dengan peringatan HUT ke-7 RI, Kepala Staf Angkatan Udara Komodor Udara Soerjadi Soerjadarma mengeluarkan Surat Keputusan Nomor: 76/48/Pen.2/KS/52 tanggal 17 Agustus 1952, yang berisi tentang perubahan nama-nama lapangan udara militer terbesar. Nama pangkalan udara yang lama diubah dengan nama para pelopor Angkatan Udara sebagai tanda penghargaan dan penghormatan atas pengorbanan dan jasa-jasa mereka dalam menegakkan kemerdekaan RI umumnya dan AURI khususnya. Tokoh-tokoh yang diabadikan adalah Komodor Muda Udara Anumerta Agustinus Adisutjipto menggantikan nama Pangkalan Udara Maguwo (Yogyakarta), Komodor Muda Udara Anumerta Prof. DR. Abdulrachman Saleh menggantikan nama Pangkalan Udara Bugis (Malang), Komodor Muda Udara Anumerta Halim Perdanakusuma menggantikan nama Pangkalan Udara Tjililitan (Jakarta), dan Opsir Udara I Anumerta Husein Sastranegara menggantikan nama Pangkalan Udara Andir (Bandung).
Maskapai Penerbangan
Maskapai | Tujuan |
---|---|
Batik Air Malaysia | Kuala Lumpur–Internasional |
Citilink | Balikpapan, Denpasar, Medan |
Indonesia AirAsia | Denpasar, Medan |
Super Air Jet | Makassar, Batam (Mulai 17 Maret 2023), Balikpapan, Manado (Mulai 5 April 2023), Medan, Denpasar |
Wings Air | Surabaya, Yogyakarta–Adisutjipto |
Transportasi Darat
Taksi
Taksi Primkopau Husein Sastranegara memberlakukan tarif tetap ke berbagai macam tujuan di kota Bandung dan daerah sekitarnya termasuk Cimahi. Berbeda dengan bandara lainnya di Indonesia, hanya Taksi Primkopau Husein Sastranegara yang diperbolehkan untuk mengantarkan penumpang. Tiket taksi dapat dibeli di loket di pintu keluar bandara baik domestik atau internasional. Bagaimanapun juga, seluruh taksi diperbolehkan untuk mengantarkan penumpang menuju bandara.
Angkutan kota yang dikenal juga dengan angkot, tersedia setiap saat menuju ke terminal umum. Angkot merupakan alternatif transportasi paling ekonomis. Angkutan kota (angkot) yang melintasi kawasan Husein Sastranegara ini menuju ke Terminal Cicaheum, Ciroyom, Cibeureum, Caringin, Cijerah dan Kota Cimahi.
Angkot dari bandara ini sangat mudah didapat karena lokasi bandara yang sangat dekat dengan pusat kota. Bahkan dengan berjalan kaki, hanya dibutuhkan waktu 10-menit untuk menuju jalan utama yang terlayani oleh angkot.
Sewa mobil
Bandara ini juga menyediakan sewa mobil dari operator lokal seperti TRAC, Dirgantara Car Rental dan internasional meliputi: Avis, Thrifty dan Hertz.
Dengan berjalan dengan jarak 200-meter, anda akan mendapatkan Stasiun Andir. Namun saat ini, kereta api lokal Bandung Raya sudah tidak berhenti di stasiun Andir. Lihat pula: Bandar udara
Kecelakaan
Senin, 6 April 2009: Pesawat jenis Fokker-27 milik TNI AU jatuh dan menabrak hanggar ACS (aircraft services) milik PT Dirgantara Indonesia, Senin (6/4). Kecelakaan tersebut menewaskan seluruh penumpang sebanyak 24 orang, masing-masing 6 awak, 18 anggota Paskhas TNI AU.
Berikut kronologi jatuhnya pesawat Fokker-27 di Bandara Husein Sastranegara Bandung.
1. Pukul 08.40: Pesawat berangkat dari Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.
2. Pukul 09.00: Pesawat mendarat di Lanud Husein Sastranegara, Bandung.
3. Pukul 09.30: Dimulai misi orientasi penerjunan sesi satu untuk 17 penerjun.
4. Pukul 12.36: Pesawat take off untuk penerjunan sesi dua untuk 17 penerjun lainnya.
- Cuaca buruk membuat pilot memutuskan mendaratkan kembali pesawat di Husein.
5. Pukul 12.58: Pesawat diduga tersambar petir dan jatuh menimpa hanggar PT Dirgantara Indonesia dan meledak.
- Kondisi 24 awak dan penumpang mengenaskan dengan tubuh terpisah-pisah.
- Pesawat menimpa dua pesawat di dalam hanggar, yaitu Deraya Air NC 212200 dan Batavia Air Boeing 737. Dua pesawat lainnya, Adam Air Boeing 737 dan CN 235 milik PT DI, tidak terkena kerusakan parah.
Perpindahan Pangkalan
Sejalan dengan kebijakan revitalisasi Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, maka beberapa satuan dipindahkan sementara ke Lanud Husein Sastranegara, Bandung. Beberapa satuan yang dipindahkan ke Bandung yaitu Skadron Udara 2, Skadron Udara 31 dan Skadron Teknik 021. Revitalisasi Lanud Halim Perdanakusuma, untuk meningkatkan keamanan dan keselamatan penerbangan. Panglima TNI didampingi Kasau, dan rombongan juga meninjau ke beberapa sarana dan fasilitas perkantoran yang digunakan oleh Skadron Udara 31, Skadron Udara 2 dan Skatek 021.
Satuan
Komandan
- Letnan Udara I Sudarjo Adisaputro (1949—1949)
- Kapten Udara Noor Sain (1950—1950)
- Kolonel Udara Surjono (1950—2951)
- Laksda Udara Wiriadinata (1952—1962)⭐⭐
- Letkol Udara Sunarto D (1962—1962)
- Laksda Udara Wiriadinata (1962—1964)⭐⭐
- Mayor Udara Ashadi Tjahjadi (1964—1966)⭐⭐⭐⭐
- Letkol Udara Sompil Basuki (1966—1966)
- Kolonel Udara Suparjo P (1966—1970)
- Kolonel Pnb Imam S (1970—1973)
- Kolonel Pnb Loely W (1973—1975)
- Kolonel Pnb Sobirin M (1975—1978)
- Kolonel Pnb M. Diran (1978—1981)
- Kolonel Pnb IC. Binuko (1981—1983)
- Kolonel Pnb Garjito B (1983—1984)
- Kolonel Pnb Caspar B.W (1984—1986)
- Kolonel Pnb Sugiarto (1986—1987)
- Kolonel Pnb Purnomo S. (1987—1990)
- Kolonel Pnb Djatmiko (1991—1992)⭐
- Kolonel Pnb Ronggo S (1992—1994)
- Kolonel Pnb Gaharudin Gunawan (1994—1996)⭐⭐
- Kolonel Pnb Eko Edi Santoso, S.Ip. (1996—1998)⭐⭐
- Kolonel Pnb Adityawarman (1998—2000)⭐
- Kolonel Pnb Sru Astjarjo Andreas, S.Ip. (2000—2003)⭐⭐
- Kolonel Pnb MZ. Djamhari (2003—2005)⭐
- Kolonel Pnb Dwi Djatmiko SB, S.E., M.M. (2005—2007)⭐⭐
- Kolonel Pnb Yadi Husyadi (2007—2008)⭐⭐
- Kolonel Pnb Iman Sudrajat, S.E. (2008—2010)⭐⭐
- Kolonel Pnb DR. (Can) Asep Adang Supriyadi, S.E., M.M. (2010—2011)⭐⭐
- Kolonel Pnb Dr. Umar Sugeng Hariyono, S.Ip., S.E., M.M. (2011—2012)⭐⭐
- Kolonel Pnb Sri Pulung Dwatmatsu, S.E., M.Mgt.Studt., C.Fr.A. (2012—2013)⭐⭐
- Kolonel Pnb I Nyoman Trisantosa, S.Ip., M.Tr (Han). (2013—2014)⭐⭐
- Kolonel Pnb Ardhi Tjahjoko (2014—2016)⭐
- Kolonel Pnb Yuniarsa Aditya Permana (2016—2017)
- Kolonel Pnb M. Iman Handojo, S.IKom. (2017—2018)
- Kolonel Pnb Bayu Hendra Permana, S.E., M.M. (2018—2019)⭐
- Kolonel Pnb Bonang Bayuaji Gautama., S.E. (2019—2020)⭐
- Kolonel Pnb Ali Gusman, S.T., M.M. (2020—2021)
- Kolonel Pnb I Gusti Putu Setia Darma, S.T., M.M., M.Han. (2021—2023)
- Kolonel Pnb Ardi Syahri, S.T., M.M., M.MA. (2023—Sekarang)