Suku Ayamaru

suku bangsa di Indonesia

Suku Ayamaru merupakan salah satu suku di Papua Barat Daya yang mendiami daerah sebelah barat dan selatan Danau Ayamaru. Jumlah populasinya sekitar 25.000 jiwa yang tersebar di sekitar 40 desa. Mereka menggunakan bahasa Meibrat, karena itu suku ini merupakan salah satu sub-suku Meibrat. Kata "mei" yang berarti bahasa dan "brat" yang berarti orang.[1]

Suku ini hidup dari berladang dan menangkap ikan serta hewan-hewan liar yang berada di sekitar Danau Ayamaru. Hasil buruan seperti burung cenderawasih biasanya dijadikan barang dagangan yang ditukar dengan kain-kain yang dibawa oleh pedagang suku bangsa lain. Kelompok kekerabatannya yang utama adalah keluarga inti, di mana pasangan baru segera membuat tempat tinggal sendiri setelah kawin.[1] Prinsip hubungan kekerabatannya adalah bilateral. Pada masa sekarang orang Ayamaru sudah banyak yang memeluk agama Kristen.[1][2]

Kota Ayamaru telah berkembang sejak era kolonial Belanda. Salah satu buktinya, di sini tersedia sarana air bersih yang dikelola dengan baik. Menurut warga lokal, Bung Karno pernah mengunjungi Ayamaru dan menetap di sebuah rumah yang kemudian dijadikan cagar budaya. Warga yang sudah dewasa pun masih mengingat kejayaan danau ini sebagai salah satu gerbang masuk bagi sarana transportasi udara amfibi sejenis DHC-2 Beaver.[3]

Referensi

  1. ^ a b c Hidayah, Zulyani (April 2015). Ensiklopedia Suku Bangsa di Indonesia. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. hlm. 41. ISBN 978-979-461-929-2. 
  2. ^ Nauw, Weldus, dan Joseph Rengkung (2013). "SANGGAR PENGEMBANGAN BUDAYA SUKU AYAMARU, AITINYO DAN AIFAT DI SORONG "ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR". Arsitektur DASENG UNSRAT Manado. 
  3. ^ "Genesis Danau Karst Ayamaru - National Geographic". nationalgeographic.grid.id. Kamis, 19 Desember 2013. Diakses tanggal Kamis, 27 Februari 2020.