Suku Malayu
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Suku Malayu merupakan salah satu klan (suku) dalam tatanan sosial etnis Minangkabau yang berasal-usul dari Dharmasraya. Klan (suku) Malayu ini merupakan pecahan dari klan (suku) Jambak, yang sejatinya berasal dari nagari Jambak di Pasaman. Klan (suku) ini umumnya menganut adat Lareh Koto Piliang, tetapi ada pula yang memadukan kedua sistem adat di Minangkabau, yaitu Lareh Koto Piliang sekaligus Lareh Bodi Caniago (bergantung kepada di nagari mana mereka tinggal).[1][2]
Terminologi
Secara etimologinya, istilah malayu dalam bahasa Minangkabau merupakan kata serapan dari kata ꦩꦭꦪꦸ (malayu) dalam bahasa Jawa kuno. Istilah ini sejatinya merujuk kepada kaum pelarian asal Jawa yang mendirikan sivilisasi di Dharmasraya, hal ini dibuktikan melalui beberapa catatan kuno dalam prasasti-prasasti yang ditemukan di daerah-daerah terkait.
Sejarah
Sejarah mengenai klan (suku) Malayu bisa dikatakan lebih mudah ditelusuri dibandingkan dengan klan-klan (suku-suku) lainnya, hal tersebut ditengarai dengan ditemukannya bukti-bukti berupa prasasti, manuskrip kuno, dan sebagainya yang secara spesifik menyebutkan klan (suku) Melayu beserta asal-usul dan perkembangannya.
Sejarah mengenai klan (suku) Malayu tak dapat dipisahkan dari tanah asalnya, yakni pulau Jawa, yang mana kerajaan Singhasari pada abad ke-13 melakukan ekspedisi besar-besaran untuk memperluas wilayahnya, diantaranya yakni ekspedisi Pabali (yang kemudian membentuk etnis Bali), ekspedisi Palembang (yang kemudian membentuk etnis Palembang), dan ekspedisi Pamalayu (yang mana membentuk klan (suku) Malayu ini). Hasil ekspansi-ekspansi tersebutlah yang kemudian mengubah monarki Singhasari dari kerajaan menjadi kemaharajaan yang membawahi para raja-raja, yang kemudian dikenali sebagai Majapahit. Salah satu bukti otentik terkait sejarah ini dapat ditelusuri dalam prasasti Amoghapasa yang dikirim dari Jawa ke Sumatra, yang mana dalam prasasti ini disebutkan bahwa etnis Jawa yang datang ke Suwarna-dwipa (nama kuno untuk Sumatra-dwipa) membentuk koloni untuk mendirikan sebuah sivilisasi baru yang dimulai dari wilayah pesisir timur Sumatra (Jambi), dari Jambi tersebutlah mereka memperluas wilayahnya hingga ke tengah pulau Sumatra hingga terbentuklah klan (suku) Jambak di Pasaman, lalu pada masa perkembangannya mereka bergerak kembali ke arah Dharmasraya (kini adalah Kabupaten Dharmasraya) di tengah Sumatra dan membentuk kerajaan Malayupura yang kemudian menciptakan identitas klan (suku) Malayu itu sendiri bagi (pada saat itu) bangsa Minangkabau.
Setelah pengaruh Islam yang diperkenalkan dari utara Sumatra semakin kuat, lambat laun klan (suku) Malayu yang pada mulanya merupakan bagian dari Minangkabau membentuk identitas sendiri yang berpisah dari Minangkabau dan meninggalkan sebagian besar adat istiadat maupun sistem matrilineal khas Minangkabau dikarenakan pengaruh kebudayaan Arab yang lebih menonjolkan kekuasaan pria atas wanita, yang mana pada zaman sekarang lebih dikenali sebagai Suku Melayu. Berbagai monarki pecahan kerajaan Malayu pun kemudian bermunculan yang berasaskan kepada monarki kesultanan bukan lagi kepada kerajaan layaknya para pendahulu Minangkabau dan Jawanya.
Pada masa kini, sejarah klan (suku) Malayu kerap bertumpang tindih dengan Melayu yang merupakan bentuk pecahan dari Malayu itu sendiri. Yang membedakan antara Malayu dan Melayu lebih kepada tatanan dan aturan yang dianut oleh masyarakatnya, Malayu yang masih sejati dan setia masih menganut sistem matrilineal dan juga mengikuti segala macam aturan adat Minangkabau, sedangkan suku Melayu yang kini mendominasi timur Sumatra menganut sistem Arab dan aturan adat khas Arabia yang diturunkan dari monarki kesultanan yang diadopsi oleh mereka. Bahasa Melayu itu sendiri pun tak lain hanyalah merupakan perkembangan dari bahasa Minangkabau yang telah dimodifikasi sedemikian rupa dan banyak disisipkan kosakata Arab di dalamnya, salah satu contohnya yakni kata malayu diubah menjadi melayu, kata randang diubah menjadi rendang, basa(r) diubah menjadi besar, pandak diubah menjadi pendek, dan lain sebagainya.
Distribusi
Pada masa kini, distribusi klan (suku) Malayu berkonsentrasi di wilayah Ranah Minangkabau sebelah timur. Beberapa diantara daerah yang bisa dapat ditemui klan (suku) Malayu dengan mudah yakni di Sungai Pagu (Muara Labuh, Sangir dan sekitarnya), Renah Indojati, Inderapura, Tapan, Lunang, dan Silaut.
Penghulu suku
Sama seperti klan-klan (suku-suku) lainnya, para pangulu (terj. har. 'penghulu') dalam klan (suku) Malayu umumnya memiliki gelar datuak atau disederhanakan menjadi datuk. Secara eksklusif, Datuak atau Datuk Bandaro dianggap memiliki peranan cukup penting, dan pada masa perkembangannya, pangulu (terj. har. 'penghulu') dari garis ini membentuk dinasti tersendiri yang bernama wangsa Bendahara, yang mana membentuk kesultanan-kesultanan 'ala' mereka di timur Sumatra hingga ke Semenanjung Kra.
Beberapa daftar pangulu (terj. har. 'penghulu') khas klan (suku) Malayu diantaranya ialah:
- Datuak Gadang Bandaro (tanjuang barulak/luhak nan tuo)
- Datuak Bandaro Sati
- Datuk Kayo
- Datuk Penghulu Mudo
- Datuk Kulilingi
- Datuk Maruhun Tinggi
- Datuk Bagindo Basa
- Datuk Basa
- Datuk Basa Batuah
- Datuk Rajo Mole
- Datuk Sari Mole
- Datuk Bandaro Hitam
- Datuk Pintu Langit
- Datuk Rajo Dilie
- Datuk Topo
- Datuk Majo
- Datuk Tuo
- Datuk Bagindo
- Datuk Rajo Nan Godang
- Datuk Marajo
- Datuk Sori Marajo
- Datuk Rangkayo Basa
- Datuk Tanimbayir Nan Tuo
- Datuk Rajo Manang (Malayu Duyan)
- Datuak Mangkudum Sati
- Datuak Tanbijo
- Datuak Mangkudum Tungga
- Datuak Bosa Marajo
- Datuak Siri Marajo
- Datuk Paduko Sutan
Suku serumpun
Sebagai klan (suku) pecahan dari klan (suku) Jambak, klan (suku) Malayu memiliki kekerabatan dekat dengan dengan klan (suku) Bendang yang berasal dari Solok dan Kampai yang berasal dari Kampar.
Subsuku
Sebagai pecahan terkecil dari klan-klan (suku-suku) yang lebih besar, Malayu sejatinya tidak memiliki subsuku ataupun pecahan. Akan tetapi dalam perkembangannya, beberapa klan (suku) yang hidup berdampingan dengan Malayu kerap diklaim menjadi bagian dari Malayu, beberapa klan (suku) yang tidak berhubungan namun diklaim (dan kemungkinan juga telah terjadi kawin campur dengan Malayu) ialah:
- Malayu Badarah Putiah (kaum bule yang diklaim menjadi Malayu)
- Malayu Kampai (klan (suku) Kampai yang diklaim menjadi Malayu)
- Malayu Kumbuak (klan (suku) Payakumbuah yang diklaim menjadi Malayu)
- Malayu Kumbuak Candi
- Malayu Kumbuak Harum
- Malayu Panai (klan (suku) Panai yang diklaim menjadi Malayu)
- Malayu Kecik (di Renah Indojati)
- Malayu Gedang (di Renah Indojati)
- Malayu Gadang Kumbuang (di Lunang)
- Malayu Gantiang
- Malayu Lua
- Malayu Ampek Niniak (di Solok Selatan)
- Malayu Ampek Paruik (di Solok Selatan)
- Malayu Bariang Ampek Paruik (di Solok Selatan)
- Malayu Koto Kaciak Ampek Paruik (di Solok Selatan)
- Malayu Durian (d Malayu Rajo)
- Malayu Duyan (di Pessel)
- Malayu Durian Limo Ruang (di Solok Selatan)
- Malayu Baduak
- Malayu Balai
- Malayu Baruah
- Malayu Bendang
- Malayu Bongsu
- Malayu Bosa
- Malayu Bungo
- Malayu Cikarau
- Malayu Gandang Perak
- Malayu Panjang
- Malayu Patar
- Malayu Siat
- Malayu Talang
- Malayu Tobo
- Malayu Tongah
Referensi
- ^ "Rahasia Suku Malayu di Pariangan". Paco Paco (dalam bahasa Inggris). 2009-10-17. Diakses tanggal 2022-08-05.
- ^ "Suku Asal Minangkabau". Silungkang Dalam Sejarah. 2007-05-15. Diakses tanggal 2022-08-05.