Orang Melayu di Makassar

artikel daftar Wikimedia

Melayu di Makassar merupakan orang-orang dari Pahang, Johor, Siam, Pattani, Champa dan Minangkabau. Perantau-perantau ini merupakan Diaspora orang-orang Melayu sejak takluknya Kesultanan Melaka dari tangan Portugal pada tahun 1511 menuju Kerajaan Gowa pada masa Pemerintahan Raja Gowa yang ke-10 Karaeng Tunipallangga (1545-1565).

Awal Kedatangan Orang Melayu

Pada masa Karaeng Tunipallangga, orang Melayu mengutus dibawa pimpinan Nakhoda Bonang menghadap raja Gowa agar diberi pemukiman dan hak otonomi.

Peran Melayu

Sejak kedatangan orang Melayu ke Kerajaan Gowa, peranannya tidak hanya sebagai pedagang dan ulama, tetapi juga memengaruhi kehidupan sosial dan politik kerajaan. Besarnya jumlah dan peranan orang Melayu di kerajaan Gowa, menyebabkan Raja Gowa yang- X Daeng Bonto Karaeng Tunipallangga (1545-1565) membangun sebuah mesjid di Mangallekana untuk orang Melayu, sekalipun raja belum memeluk Islam. Dalam struktur kekuasaan kerajaan Gowa, banyak orang Melayu memegang peranan penting di istana kerajaan.

Pada masa pemerintahan raja Gowa X (1546-1565), seorang keturunan Melayu, Daeng Ri Mangallekana diangkat sebagai Syahbandar kerajaan menggantikan Daeng Pamatte. Sejak saat itu secara turun temurun jabatan syahbandar dipegang oleh orang Melayu. Jabatan penting lainnya ialah sebagai juru tulis istana. Pada masa Sultan Hasanuddin (1653-1669), seorang Melayu yang bernama Encik Amin menjadi juru tulis istana sekaligus penyair. Karyanya masih bisa ditemui satu ini yaitu Syair Perang Mengkasar.

Pecampuran Etnis

Saat ini perkampungan orang Melayu masih bisa ditemui di Kota Makassar tepatnya di kelurahan Melayu, Wajo, Makassar. Pun dengan orang Pattani, Thailand. erMereka berbaur satu sama lain dengan masyarakat setempat hingga kini, orang Pattani membentuk sebuah Kampung di desa Patani, Mappakasunggu, Takalar.

Tokoh

Tun Abdul Razak

Arena Wati

Hang Tuah

Referensi