Ratu Adil ( kadang disamakan dengan Satria Piningit ) adalah mitologi Jawa yang dalam serat-serat kuno-nya menyatakan bahwa akan datang pemimpin Nusantara yang akan menjadi penyelamat, keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakat. Pemimpin itu disebut juga "Herucokro". Ramalan tentang datangnya Ratu Adil ini berasal dari Prabu Jayabaya, seorang Raja Kerajaan Kediri yang hidup pada sekitar abad ke-11. Dalam kitab Musarar Jayabaya disebutkan bahwa Pertanda kedatangan Ratu Adil antara lain kemelut sosial, malapetaka alam, serta jatuhnya raja besar yang ditakuti.

Istilah

Ratu adil dalam bahasa Jawa berarti Raja yang adil. Ratu adil kadang disamakan dengan istilah "Satria Piningit" yang juga disebut dalam Jangka Jayabaya. Pendapat lain percaya bahwa keduanya adalah pribadi yang berbeda, dalam hal orang yang dipercaya sebagai Satria Piningit belum tentu bisa menjadi Ratu adil.[1]

Selayang pandang

Sebagaimana yang disebutkan oleh Ramalan Jayabaya senjata Ratu Adil adalah Trisula, senjata bermata tiga & weda atau pengetahuan dalam arti suatu pengetahuan mengenai tiga hal yang memiliki sifat kebenaran, kebijaksanaan, dan keadilan dalam menata dunia. Trisula Weda sendiri sebuah perumpamaan mengenai ilmu rahasia leluhur nusantara yang disebut Sastra Jendra Hayuningrat yaitu ilmu untuk menata dunia dengan metode menghubungkan benang merah antara masa sekarang, masa depan dan masa lalu. Hanya orang yang mengetahui tentang masa lalu yang akan dapat mengungkapkan kebenaran dan orang yang mengetahui permasalahan pada masa sekarang yang dapat memberikan solusi secara bijaksana hingga berlaku adil sesuai kepercayaan masyarakat apa pun yang telah dibuatkan dalam kitab suci mereka mengenai masa depan yang akan terjadi.

Jawa kuno (dwipa) mengenal sosok Ratu Adil dari zaman dahulu, dia adalah sosok keturunan dari Krisna. Sosok yang diyakini sebagai bukti janji dari Sabdo Palon yang merupakan Pamomong tanah Jawa kepada seorang ulama yang membawa ajaran Islam. Ada satu dari keempat janji yang tidak di sanggupi ulama islam bahwasanya ajaran islam tidak akan mengubah orang Jawa menjadi kehilangan kejawaannya dan hal itu hanya mampu dibuktikan sesuai perjalanan waktu yang akan datang hingga saat janji tersebut tidak ditepati maka Sabdo Palon akan datang untuk menagih janjinya dengan memilih momongan sebagai Satria piningit atau satria yang tersembunyi untuk menyadarkan kembali masyarakat khususnya di tanah Jawa dalam mengenali jati dirinya.

Dalam Uga Wangsit Siliwangi tertulis jelas bahwa Ratu Adil atau budak angon (kiasan dari orang atau golongan rakyat biasa), disebutkan pula dalam Uga Wangsit Siliwangi bahwa ratu adil atau budak angon ditemani oleh pemuda berjanggut (orang yang dekat sebagai penasehat). Budak angon sendiri digambarkan sebagai pemuda yang menggembalakan daun dan rating pohon kering yang bisa diartikan sebagai pemuda yang mengembara membawa alat tulis guna menjalankan amanatnya mencari solusi pada masa sekarang dari segala persoalan yang telah terjadi pada masa lalu demi menciptakan kedamaian dunia dalam kebaikan pada masa depan.

Referensi

  1. ^ Solopos, Agregasi (2021-12-10). "Menguak Ramalan Jayabaya soal sosok Ratu Adil". Okezone.com. Diakses tanggal 2022-08-30.