Pajala (perahu)

Perahu penangkap ikan dengan jala dari Sulawesi Selatan
Revisi sejak 14 April 2023 07.08 oleh Azman Johar (bicara | kontrib) (Mengembalikan ke teks awal setelah ada pengeditan tanpa menyertakan sumber referensi)

Pajala adalah jenis perahu tradisional dari bagian barat Sulawesi Selatan, Indonesia. Ia digunakan terutama untuk memancing, tetapi pada saat ini ia adalah nama bahasa Bugis/Makassar untuk lambung perahu berukuran kecil hingga sedang.[1]

Perahu gaya pajala Bugis-Makassar berujung ganda dengan tiang tripod dan layar miring persegi (beberapa di antaranya diturunkan dan disimpan di geladak), serta kemudi quarter yang digantung. Gambar ini dibuat tahun 1803 oleh seniman William Westall tentang perahu Bugis di pesisir pantai Arnhem, Australia. Kesempatan itu datang ketika Flinders bertemu dengan armada perahu Bugis yang datang dari Makassar ketika mereka mengumpulkan teripang. Perahu ini memiliki bobot 25 ton dan dipersenjatai dengan meriam kecil.

Etimologi

Namanya berasal dari kata bahasa Indonesia/Melayu "jala", yang ditambahi awalan pa- (sama artinya dengan pe-). Sehingga dapat diartikan pajala adalah perahu yang digunakan untuk menebar jala.

Deskripsi

 
Pajala, sekitar tahun 1937.

Pajala sebuah perahu pantai yang biasanya memiliki sebuah tiang tripod yang membawa satu layar tanja besar. Dibangun dengan cara carvel, dan seperti perahu Austronesia lainnya, ia merupakan double-ender (haluan dan buritan perahu tajam, yaitu memiliki linggi depan dan linggi belakang).[2]:22-23 Haluan dan buritan memiliki bentuk yang serupa, biasanya berbelok dalam sudut tajam karena papannya dipotong, bukan dibengkokkan, menjadi berbentuk. Pola papan menunjukkan bahwa ia tidak berbeda dengan perahu tradisional sejak 1000 tahun yang lalu. Papan pertama lebih panjang dari lunasnya. Papan itu disusun dari sudut ke sudut dengan pasak internal. Meskipun sebagian besar lambungnya tak bergeladak, ada geladak rendah di belakang linggi depan, di belakangnya ada tempat untuk mencuci.[3] Mereka dibangun menggunakan papan dengan rangka lengkung yang halus, dengan kemudi samping ganda, digunakan sebagai rangka dengan tulang rusuk dimasukkan setelahnya.[1]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b Horridge (2015). p. 190-191.
  2. ^ Vuuren 1917 op.cit., e.g., Nooteboom, C. 1940: ‘Vaartuigen van Mandar’. Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde, 80.
  3. ^ Horridge (2015). p. 14-15.

Bacaan lanjutan

  • Liebner, Horst H. (2005), "Perahu-Perahu Tradisional Nusantara: Suatu Tinjauan Perkapalan dan Pelayaran", dalam Edi, Sedyawati, Eksplorasi Sumberdaya Budaya Maritim, Jakarta: Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumber Daya Nonhayati, Badan Riset Kelautan dan Perikanan; Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya, Universitas Indonesia, hlm. 53–124 
  • Horridge, Adrian (2015). Perahu Layar Tradisional Nusantara. Yogyakarta: Penerbit Ombak. Terjemahan bahasa Indonesia dari Horridge, Adrian (1985). The Prahu: Traditional Sailing Boat of Indonesia, second edition. Oxford: Oxford University Press.

Pranala luar