Benawa
Benawa atau banawa adalah suatu jenis kapal dari Gowa, sebuah kerajaan tua di sudut barat daya Sulawesi, Indonesia. Catatan paling awal dari kapal ini adalah dari Hikayat Banjar,[1] yang ditulis pada atau tidak lama setelah 1663.[1] Perahu ini juga tercatat dalam Lontara Patturioloang Gowa Tallo, "ampalang-palangi banawaya, nia tumappare bilu" era Sultan Abdullah Karaeng Matowaya Raja Tallo (1537-1637) bersamaan dibuatnya Perahu Bilu. Saat Saat ini, jenisnya sudah punah; palari dan padewakang, kapal dengan lambung serupa, telah menggantikan tempatnya.[2]
Etimologi
Kata benawa atau banawa berasal dari bahasa bahasa Jawa kuno, yang berarti perahu atau kapal.[3][4] Dalam bahasa yang berbeda, kata tersebut dapat merujuk pada jenis kapal dan perahu yang berbeda, tergantung pada konteks kalimatnya.[5]
Deskripsi
Benawa dibuat khusus untuk transportasi kuda dan kerbau. Lambungnya lebar dengan lunas cembung, dengan linggi depan dan belakang yang menjulang tinggi. Di kedua sisinya ada jalan kecil yang menempel pada sejumlah balok melintang yang menyatu ke sokongan. Fungsi sekunder dari balok ini adalah untuk membagi ruang geladak menjadi kompartemen yang sama untuk hewan ternak. Geladak di atas "kandang" tersebut terbuat dari kisi bambu.[2][6]
Kapal ini dikemudikan dengan 2 kemudi samping, yang dipasang pada pasangan balok silang yang berat dengan cara sedemikian rupa sehingga memungkinkan pelepasan darurat yang cepat. Para juru mudi berdiri di bagian samping kapal. Ada kabin sempit untuk kapten di bawah dek belakang (poop deck). Kapal ini memiliki 2 hingga 3 tiang, keduanya adalah tiang berkaki tiga dengan kaki belakang dipasang pada "kemah" yang berat melalui spar horizontal yang dapat berputar. Jika kaki depannya keluar dari kait yang menahannya, tiang dapat diturunkan dengan mudah. Layarnya adalah layar tanja dan terbuat dari anyaman tikar karoro.[6] Dengan pengaruh Eropa pada abad-abad terakhir, layar bergaya barat juga dapat digunakan. Di masa lalu, pelaut Makassar dapat berlayar sejauh Papua Nugini dan Singapura.[2]
Lihat pula
Referensi
- ^ a b Ras, Johannes Jacobus (1968). Hikajat Bandjar: A Study in Malay Historiography. The Hague: Martinus Nijhoff.
- ^ a b c Frese, H.H. (1956). "Small Craft in the Rijksmuseum voor Volkenkunde, Leiden". The Mariner's Mirror. 42 (2): 101–112.
- ^ Maharsi (2009). Kamus Jawa Kawi Indonesia. Yogyakarta: Pura Pustaka.
- ^ Zoetmulder, P. J. (1982). Old Javanese-English dictionary. The Hague: Martinus Nijhoff. ISBN 9024761786.
- ^ Rafiek, M. (Desember 2011). "Kapal dan Perahu dalam Hikayat Raja Banjar: Kajian Semantik". Borneo Research Journal. 5: 187–200.
- ^ a b G. E. P. Collins, East Monsoon (London, 1936); Makassar Sailing (London, 1937); 'Seafarers of South Celebes', The National Geographic Magazine, Washington, January 1945·