Syaikh Rasno Mohamad Arif Nujaba al Banyumasyi

Syaikh Rasno Mohamad Arif Nujaba al Banyumasyi adalah Pengasuh Pesantren Suryamedar - Bandung, pria kelahiran Banyumas 23 November 1983 ini merupakan putra kedua dari Bapak Sahrudin Dasirun bin Kramayasa dan Ibu Sawilah binti Nasrawi Langgur Madmikun.

Nasab

Penggantian Nama

Nama kecil beliau ialah Surasno yang dalam keseharian dipanggil Rasno, menurut keterangan orangtuanya karena ia lahir dibulan Sura (Muharam), kemudian sebagaimana kebiasaan dikampungnya setelah menikah berubah menjadi Rasno Mohamad Arif , kemudian mendapat sering mendapat panggilan dari salah satu sahabat dan gurunya yaitu Buya Kh. Muhamad Ghozali dengan sebutan Syaikh Arif, juga mendapat tambahan nama dari Abah Kh. Abdul Ghaos SM yang juga salahsatu guru Thoriqoh Qodiriyah wan Naqsyabandiyah sewaktu tabaruk talkin dzikir menjadi Syaikh Rasno Mohamad Arif Nujaba, adapun al Banyumasyi merupakan asal kelahirannya, ada juga guru yang lain menambahkan An Naqsyabandi pada nama tersebut karena memang khidmat didalam Thoriqoh Naqsyabandiyah.

Pendidikan dan Guru di Kampung

Sebagaimana anak kecil dipelosok kampung, aktifitasnya ialah pagi sekolah, siang bantu-bantu orangtua mencari kayu bakar atau rumput, dan sore menjelang magrib berangkat masjid atau kerumah kyai. Pertama-tama mengaji hafalan bacaan sholat dan doa sehari-hari dirumah Ustadz Kholil bin Madmurti, kemudian mulai ngaji Turutan (cara membaca al quran) kepada Bu Nyai Aisyah yang hanya berjarak beberapa meter dari rumah, kemudian melanjutkan ngaji kitab kuning ke Romo Kh. Muridan, dan disaat tinggal dirumah nenek dari ibu iapun mengaji ke mushola Simbah Kyai Madreja, seorang ulama sepuh yang juga ahli thoriqoh Syathoriyah, dimushola tersebut Syaikh Arif kecil sudah disuruh untuk mengajar ibu-ibu sepuh yang baru belajar sholat, kemudian khusus ngaji ilmu tajwid kepada Kyai Sohib yang merupakan alumni Ponpes An Nawawi Berjan Purworejo. Semua guru-guru dikampungnya merupakan ahlit thoriqoh, ada yang Syathoriyah, Naqsyabandiyah, Qodiriyah dan Syadziliyah.

Merantau ke Bandung

Tahun 1998 saat terjadi krisis moneter di Indonesia iapun memutuskan untuk merantau ke kota Bandung, sebagaimana yang dialami juga oleh kebanyakan pemuda-pemudi dikampungnya mayoritas merantau ke Kota Bandung dan Jakarta. Berbagai jenis pekerjaan sudah pernah di alami, mulai kerja packing spartpart motor, di toko buku, berdagang, dirumah makan, mengurus taman kebun dirumah seorang purn jendral TNI, membuat kaligrafi sablon, hingga menjadi admin disebuah perusahaan IT, jasa administrasi, rekanan pemerintah dll.

Bekerja dan Terus Mencari Ilmu

Setelah beberapa tahun merantau ke kota Bandung, iapun mulai faham beberapa tempat, termasuk para kyai khos ahli hikmah, maka disetiap waktu luangnya seringkali dipergunakan untuk silaturahmi ke beberapa kyai / ajengan baik dirumah maupun di pesantrennya, serta menghadiri beberapa majelis ilmu.

Mulai Mondok di Ponpes Sultan Agung - Wonosobo

Mendirikan Perguruan Seni Beladiri Tenaga Dalam Hikmah Suci

Berguru dan Mendapat Ijasah Kitab & Wirid dari Ulama Nusantara hingga Timur Tengah

Mendirikan Perusahaan

Mendirikan Majelis Ta'lim & Dzikir=

Mendirikan Pesantren Suryamedar

Sanad Thoriqoh Mu'tabarah

Khidmat di BANSER, NU & JATMAN

Mendirikan Koperasi Nujaba