Dalam Budaya Jawa terdapat pembagian strata masyarakat menurut golongan kepribadian dan tata-cara kehidupannya.

Pertama adalah golongan priyayi, yaitu orang yang berada pada kelompok bangsawan. Kelompok ini terdiri dari priyayi Agung (bangsawan tinggi) sampai dengan priyayi rendahan. Seorang priyayi biasanya mempunyai gelar kebangsawanan. Gelar ini dari yang tinggi dan terdiri beberapa kata sampai dengan hanya satu kata gelar saja yaitu Raden. Gelar seorang priyayi juga dapat meningkat seiring dari usianya. Misalnya ketika seorang anak laki-laki lahir diberi nama Bimo, ia bergelar Raden Mas, jadi nama lengkapnya adalah Raden Mas Bimo, ketika menginjak akil balik gelarnya bertambah satu kata menjadi Bandara Raden Mas, ketika menapak dewasa (18 atau 21 tahun) bertambah lagi menjadi Bandara Raden Mas Aryo. Pada saat dewasa dan telah memiliki jabatan dalam hierarki kebangsawanan, ia akan memiliki gelar yang berbeda dari gelar yang telah ia miliki. Misalnya ia menduduki jabatan pemimpin ksatrian maka gelarnya akan berubah menjadi Gusti Pangeran Adipati Haryo. Dan setiap kedudukan yang ia jabat ia akan memilki gelar tambahan atau gelar yang berubah nama. Memang agak rumit.

Golongan yang kedua adalah santri; orang yang memiliki pengetahuan dan mengamalkan agama.

Golongan yang ketiga adalah Abangan; orang yang tidak memiliki gelar kebangsawanan, tidak juga hidup seperti santri. Tetapi orang Abangan tidak selalu berarti berstrata rendah. Mungkin ia seorang saudagar kaya, orang berpendidikan tinggi, dan sebagainya.