G.K.R. Mangkubumi

anak pertama Hamengkubawana X dan Ratu Hemas

Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawana Langgeng Ing Mataram (bahasa Jawa: ꦒꦸꦱ꧀ꦠꦶ​ꦏꦁꦗꦼꦁꦫꦠꦸꦩꦁꦏꦸꦨꦸꦩꦶ; lahir 24 Februari 1972), sebelumnya bernama Gusti Kanjeng Ratu Pembayun dan memiliki nama kecil Gusti Raden Ajeng Nurmalitasari adalah putri pertama dari pasangan Hamengkubuwana X dengan Ratu Hemas dan seorang Putri Mahkota dari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.

Mangkubumi
ꦩꦁꦏꦸꦨꦸꦩꦶ
Gusti Kanjeng Ratu
Putri Mahkota Yogyakarta
Pemahkotaan5 Mei 2015
KelahiranGusti Raden Ajeng Nurmalitasari
24 Februari 1972 (umur 52)
Kota Bogor, Jawa Barat, Indonesia
Pasangan
(m. 2002)
Keturunan
  • Raden Ajeng Artie Ayya Fatimasari
  • Raden Mas Drasthya Wironegoro
Nama lengkap
Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawana Langgeng ing Mataram
WangsaHamengkubuwono
AyahHamengkubuwana X
IbuRatu Hemas
AgamaIslam

Kehidupan awal dan pendidikan

Ratu Mangkubumi dibesarkan di Yogyakarta hingga usia Sekolah Menengah Atas. Ia bersekolah di SMA Bopkri 1 Yogyakarta sebelum akhirnya pindah sekolah ke Singapura di International School of Singapore. Setelah lulus SMA, iia kemudian melanjutkan pendidikan di beberapa college di California, Amerika Serikat sebelum akhirnya memutuskan untuk melanjutkan kuliah di Universitas Griffith Brisbane, Queensland, Australia.

Pernikahan dan kehidupan pribadi

Ratu Mangkubumi menikah dengan Nieko Messa Yudha yang bergelar Kanjeng Pangeran Harya Wironegoro pada tanggal 28 Mei 2002. Berhubung ia adalah putri tertua, maka pernikahan tersebut mendapat banyak perhatian dari publik. Pernikahan tersebut juga menjadi acuan bagi pernikahan-pernikahan keempat adik-adiknya.

Sebelum menikah, sesuai dengan adat keraton, calon pengantin wanita menerima gelar dan nama baru dari sebelumnya Gusti Raden Ajeng Nurmalitasari menjadi Gusti Kanjeng Ratu Pembayun. Pemberian gelar ini dilangsungkan melalui upacara wisuda yang digelar di Keraton Yogyakarta. Sementara itu calon pengantin pria mendapat gelar Kanjeng Pangeran Haryo Wironegoro. Pada saat yang bersamaan, ia juga diangkat sebagai pemimpin kegiatan keputren dan seluruh putri keturunan Hamengkubuwana X.[1]

Rangkaian acara pernikahan diawali dengan prosesi "Nyantri",[2] di mana calon pengantin pria Nieko Messa Yudha yang sebelumnya telah diberi gelar Kanjeng Pangeran Haryo Wironegoro mulai memasuki keraton Yogyakarta pada tanggal 27 Mei 2002.

Sesuai dengan adat yang berlaku di keraton, Hamengkubuwana X sendiri yang menikahkan putrinya dengan K.P.H. Wironegoro. Prosesi "Panggih" pernikahan dihadiri oleh pejabat tinggi negara, termasuk presiden Megawati Soekarnoputri serta Duta-duta besar perwakilan negara-negara sahabat.[3]

Sebagai putri raja, Ratu Pembayun melewati prosesi "Pondongan" dalam prosesi "Panggih" di mana mempelai pria dibantu salah seorang paman dari mempelai wanita GBPH Yudhaningrat memondong (mengangkat) mempelai wanita sebagai simbol 'meninggikan' posisi seorang istri. Beberapa berita melaporkan bahwa prosesi "Panggih" ini diliputi oleh suasana 'magis' berkaitan dengan angin kencang yang bertiup di dalam tembok keraton serta petir yang menyambar di siang hari.[4]

Usai "Panggih", kedua mempelai kemudian dikenalkan kepada masyarakat melalui prosesi "Kirab". Sebagai putri pertama, Ratu Pembayun harus dikirab keliling benteng keraton, menggunakan kereta pusaka "Kanjeng Kyai Jongwiyat", sesuai dengan adat istiadat yang berlaku. Prosesi "Kirab" yang sudah tidak pernah dilaksanakan lagi sejak zaman pemerintahan Hamengkubuwana VIII ini dihadiri oleh ratusan ribu warga Yogyakarta.[5] Pernikahan Agung Keraton Yogyakarta ini mengikuti tradisi yang dipertahankan sejak ratusan tahun dan diteruskan hingga adik-adik dari Ratu Pembayun yaitu Maduretno, Hayu dan Bendara.

Pernikahan Ratu Pembayun dan Pangeran Wironegoro dikaruniai dua orang anak, yaitu Raden Ajeng Artie Ayya Fatimasari Wironegoro dan Raden Mas Drasthya Wironegoro. Putri pertamanya sudah cukup dewasa untuk menjalani upacara adat "Tetesan" pada tanggal 22 Desember 2013. Upacara ini menandai bahwa seorang anak perempuan sudah menginjak usia dewasa.[6]

Kehidupan dalam keraton

 
Ratu Mangkubumi beserta keluarga menyambut kedatangan Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana beserta cucu pertamanya, Jan Ethes Srinarendra di keraton Yogyakarta pada Juni 2019.

Sebagai putri tertua dan "Lurah Putri" di lingkungan keraton Yogyakarta, Ratu Mangkubumi bertugas mengharmoniskan hubungan dengan adik-adiknya dan keluarga besar keraton pada umumnya.[7] Jabatanya sebagai salah satu "Penghageng" juga menuntutnya untuk memimpin beberapa upacara adat di lingkungan keraton seperti "Tumplak Wajik", "Peksi Burak" juga beberapa upacara adat lainnya.

Menurutnya keraton sebagai pusat kebudayaan harus menjadi saringan dari pengaruh modernisasi yang tidak sesuai dengan budaya kita. Pada saat yang sama keraton juga harus membuka diri dengan kemajuan zaman. Saat ditanya mengenai sukses di lingkungan keraton, dia menjawab "Tergantung bapak saja,".[8]

Salah satu bentuk dari usaha melestarikan budaya terwujud dalam keaktifan Ratu Mangkubumi dalam olah tari. Dia adalah penari keraton andalan bersama adik-adiknya Ratu Condrokirono, Ratu Hayu dan Ratu Bendara.

Pada tanggal 5 Mei 2015, sesuai Sabdaraja yang dikeluarkan oleh Hamengkubuwana X, Ratu Mangkubumi yang sebelumnya bergelar Gusti Kanjeng Ratu Pembayun menerima gelar Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawana Langgeng ing Mataram atau Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi yang secara otomatis menjadikannya sebagai pewaris tahta keraton.

Karier

Keorganisasian

  • 2002–2012: Ketua Umum Karang Taruna Provinsi DIY
  • 2003–2011: Ketua Umum BPD AKU Provinsi DIY (Asosiasi Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera)
  • 2003–2008: Wakil Ketua International Association of Wild Silk Moth (berbasis di Jepang)
  • 2005–2009: Ketua Umum Koperasi Aku Sejahtera
  • 2006–2010: Ketua Pembina Yayasan Royal Silk (Pengembangan Kawasan dan Pemberdayaan Masyarakat di wilayah Karangtengah)
  • 2002–2006: Wakil Ketua Asosiasi Masyarakat Sutera Alam DIY
  • 2002–2006: Wakil Ketua ASEPHI DIY (Asosiasi Handicraft)
  • 2006–2010: Ketua Asosiasi Masyarakat Persuteraan Alam Liar Indonesia
  • 2006–2011: Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia DIY 2006-2011
  • 2012–2015: Ketua DPD KNPI DIY
  • 2012–sekarang: Pusat Penyelamatan Satwa Jogja (PPSJ)
  • 2015–sekarang: Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka DIY
  • 2015–sekarang: Ketua Kadin DIY
  • 2018-2023: Wakil Ketua Kwarnas / Ketua Komisi Pengabdian Masyarakat Kwartir Nasional

Bisnis

Selain aktif dalam berbagai organisasi sosial dan kemasyarakatan, Ratu Mangkubumi menjabat sebagai Direktur PT Yogyakarta Tembakau Indonesia (perusahaan rokok kretek yang dibangun untuk mengurangi angka pengangguran di Bantul) dan PT Yarsilk Gora Mahottama, serta Komisaris Utama PT Madu Baru.[9]

Kepramukaan

Pada bulan Oktober 2012, Ratu Mangkubumi terpilih sebagai Ketua DPD Komite Nasional Pemuda Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta untuk periode 2012–2015.[10] Jabatan ini memberi kesempatan pada Ratu Mangkubumi untuk membawa KNPI dalam usaha memberdayakan kaum miskin.

Pada tanggal 28 Maret 2015, musyawarah daerah gerakan pramuka Daerah Istimewa Yogyakarta secara sepakat memilih Ratu Mangkubumi sebagai ketua Kwartir Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta.[11] Usai pelantikan, Ratu Mangkubumi menyampaikan visinya untuk memasarkan gerakan pramuka kepada anak anak dari SD hingga SMA. Lebih lanjut dia juga menyatakan bahwa kwarda akan memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan kegiatan kegiatan pramuka kepada anak-anak dan remaja.[12]

Di berbagai kesempatan GKR Mangkubumi mendorong anggota Gerakan Pramuka untuk dapat berprestasi sampai ke tingkat Internasional. Dimulai dari Yogyakarta, untuk Indonesia dan Dunia. Meneruskan dan mengembangkan apa yang telah dimulai oleh Bapak Pramuka Kak Sultan Hamengku Buwono IX yang tidak lain adalah kakeknya.

 

Dalam kepengutusan Kwartir Nasional masa bakti 2018-2025, GKR Mangkubumi menjadi Wakil Ketua/Ketua Komisi Pengabdian Masyarakat (Abdimas) yang terus mengaktualisasikan program pramuka dekat dengan masyarakat. Bermitra dengan berbagai lembaga-lembaga untuk terus mengembangkan program kepramukaan yang bermanfaat bagi masyarakat.

Kiprah GKR Mangkubumi dalam menjalin kerjasama dengan berbagai kelembagaan membuat Komisi Abdimas menjadi semakin luas jangkauan serta kegiatan yang dilakukan. Termasuk pula memprioritaskan publikasi dalam setiap program yang dijalankan melalui berbagai media.

Filantropi

Konservasi alam dan satwa liar

Ratu Mangkubumi bergabung dengan Pusat Penyelamatan Satwa Jogya (PPSJ) Kulonprogo, Yogyakarta guna untuk menyelamatkan satwa, khususnya orang utan.[13][14] Dalam hal ini Ratu Mangkubumi bekerja sama dengan ormas, sektor swasta, dan media dari Luksemburg.[15] Tidak hanya orang utan, Ratu Mangkubumi juga aktif dalam usaha konservasi elang jawa yang menjadi inspirasi lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila.[16]

Kepemudaan

Ratu Mangkubumi pernah menjabat sebagai Ketua Karang Taruna provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta selama 10 tahun (2002–2012) di mana ia mengarahkan organisasi tersebut untuk membina kepemimpinan dan meningkatkan sumber penghidupan pemuda. Ratu Mangkubumi juga aktif bekerja sama dengan BKKBN untuk masalah kesehatan reproduksi remaja dan juga kesetaraan gender.[17] Ia juga aktif dalam bidang pendidikan. Sebagai seorang ibu, Ratu Mangkubumi berusaha menyempatkan waktu untuk sebisa mungkin mengawasi putra-putrinya belajar.[18] Disamping aktivitas tersebut, Ratu Mangkubumi juga duduk sebagai anggota dewan kehormatan di Palang Merah Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta.[19]

Menjadikan Yogyakarta sebagai cyber province

Pada awal tahun 2012, Ratu Mangkubumi membawakan proposal dengan tujuan menjadikan Yogyakarta jadi provinsi cyber/cyber province pertama. Hal itu diungkapkan Ratu Mangkubumi saat memberikan keynote speech pada pertemuan The Education World Forum 2012 yang diadakan di gedung The Queen Elizabeth II Conference Centre, London, Inggris yang berlangsung selama tiga hari dari 9 hingga 11 Januari 2012.[20]

Aktivitas sosial

Saat suaminya KPH Wironegoro mengawali kiprahnya di dunia politik, banyak pertanyaan apakah Ratu Mangkubumi akan mengikuti jejak suami dan ibunya. Ratu Mangkubumi menepis pertanyaan tersebut dengan menyatakan dia lebih nyaman di pekerjaan sosial.[18][21]

Sebagai aktivis di bidang sosial, Ratu Mangkubumi pernah mendapatkan penghargaan "Wanita Tak Terpatahkan" (Sunsilk Unbreakable Woman) atas usahanya untuk memberdayakan perempuan di desa-desa.[22][23]

Referensi

  1. ^ Wiwik Susilo dan Mardianto (6 Mei 2002). "GRA Nurmalitasari Menyandang Gelar Baru". Liputan6.com. Diakses tanggal 9 Mei 2015. 
  2. ^ PUT/DIT (28 Mei 2002). "Nyantri, Awali Pernikahan Putri Sultan GKR Pembayun". BaliPost.co.id. Diakses tanggal 9 Mei 2015.  line feed character di |title= pada posisi 33 (bantuan); Parameter |archive-url= mengalami cacat: flag (bantuan)
  3. ^ LN Idayanie (28 Mei 2002). "Presiden dan Pejabat Tinggi Negara Hadiri Pernikahan Puteri Sultan HB X". Tempo Interaktif. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-01-16. Diakses tanggal 9 Mei 2015. 
  4. ^ Joko Syahban, Kristiyanto, Sujoko, dan Sawariyanto (3 Juni 2002). "Perkawinan Agung : Memurnikan mitos Mataram Islam". Gatra. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-01-16. Diakses tanggal 9 Mei 2015. 
  5. ^ ICH/Wiwik Susilo (29 Mei 2002). "Kirab Pengantin Keraton Yogyakarta Disambut Meriah". Liputan6.com. Diakses tanggal 9 Mei 2015. 
  6. ^ Andreas Tri Pamungkas (22 Desember 2013). "Tetesan Putri Pembayun, Jaga Kesehatan Sekaligus Lestarikan Budaya". HarianJogja.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-01-16. Diakses tanggal 9 Mei 2015. 
  7. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-01-16. Diakses tanggal 2014-01-15. 
  8. ^ http://kabare.jogja.com/?a=b1R5L0ZlWjNWRi9JblVkUmhOIHk%3D%3D
  9. ^ "Kondhang: GKR Pembayun "Jadi Raja itu Nggak Enak"". Kabare Jogja Magazine. 19 Juni 2006. Diakses tanggal 19 Juni 2006. 
  10. ^ Akhirul Awal (14 Oktober 2012). "GKR Pembayun Jabat Ketua DPD KNPI DIY". HarianJogja.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-12-23. Diakses tanggal 22 Desember 2015. 
  11. ^ Endro Guntoro (31 Maret 2015). "GKR Pembayun pimpin Kwarda Pramuka DIY". Harian Jogja. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-12-23. Diakses tanggal 22 Desember 2015. 
  12. ^ UWD (11 Juni 2015). "GKR Mangkubumi dilantik sebagai ketua Pramuka Yogyakarta". tempo.com. Diakses tanggal 22 Desember 2015. 
  13. ^ Pembayun Makin Tua Makin Bermakna[pranala nonaktif permanen], 6 Maret 2012. Tabloid Nova. Rini.
  14. ^ "Ulang Tahun Ke-41 GKR Pembayun di PPSJ". Pemerintah Kabupaten Kulon Progo. 24 Februari 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-01-15. Diakses tanggal 9 Mei 2015. 
  15. ^ "Gusti Kanjeng Ratu Pembayun Visit Luxembourg Protection and Rehabilitation Orangutan". Embassy of the Republic of Indonesia in Brussels. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-01-16. Diakses tanggal 2021-03-24. 
  16. ^ http://www.indonesiapower.co.id/SitePages/NewsDetail.aspx?dN=551
  17. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-01-16. Diakses tanggal 2014-01-15. 
  18. ^ a b "Gusti Pembayun Miliki Segudang Kegiatan Sosial, Ogah Terjun ke Dunia Politik". MataWanita. 
  19. ^ "Website Pmi Mudahkan Masyarakat Ketahui Stok Darah". JogjaTV, PMI Jogja. 30 Maret 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-05-18. Diakses tanggal 9 Mei 2015. 
  20. ^ Kunto Wibisono (12 Januari 2012). "Putri GKR Pembayun: Yogjakarta jadi provinsi cyber pertama". AntaraNews.com. Diakses tanggal 12 Januari 2012. 
  21. ^ Ujang Hasanudin (8 Februari 2013). "GKR Pembayun Emoh Berpartai". HarianJogja.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-01-16. Diakses tanggal 8 Februari 2013. 
  22. ^ "GKR Pembayun Terima "Perempuan Tak Terpatahkan". Antaranews.com. Diakses tanggal 9 Mei 2015. 
  23. ^ Tomi Sujatmiko (15 Desember 2013). "Resmikan Kampung Wisata Kuliner, 'This Is It'..., Cokies Ubi Ungu GKR Pembayun". Kedaultan Rakyat Online. 

Pranala luar