Serikat Xaverian
Serikat Xaverian (SX) adalah sebuah kongregasi (Ordo keagamaan Katolik) dalam Gereja Katolik Roma yang mengkhususkan diri bagi karya misi. Anggotanya biasa dikenal dengan sebutan Xaverian. Didirikan oleh Mgr. Guido Maria Conforti pada tahun 1895 di Parma, Italia. Serikat Xaverian memiliki nama asli: Pia Societa di San Fransisco Saverio per le Missioni estere (Kongregasi Santo Fransiskus Xaverius bagi Karya Misi). Pada masa remaja, Conforti kagum akan figur St. Fransiskus Xaverius dan sejak saat itu ia memiliki impian untuk menjadi seorang misionaris dan berkeinginan melanjutkan karya misi St. Fransiskus Xaverius di Cina. Oleh karena itu kongregasi yang didirikannya menjadikan sosok misionaris agung itu sebagai nama dan pelindungnya.
Sejarah dan pendiri
Pendiri Serikat Xaverian adalah Guido Maria Conforti. Conforti lahir di Ravadese, provinsi Parma, Italia Utara, tanggal 30 Maret 1865. Saat Guido berumur 14 tahun ia membaca buku mengenai St. Fransiskus Xaverius. Ia begitu takjub dan terkesan dengan sosok Xaverius dan juga sepak terjang karya pewartaan orang kudus itu di negara-negara Asia. Dari situlah mulai muncul benih panggilan Guido untuk menjadi seorang misionaris yang kelak bisa menjadi penerus karya besar Fransiskus Xaverius yang wafat sebelum sempat menjejakkan kaki di tanah impiannya: Republik Rakyat Tiongkok.
Demi mengikuit dorongan hatinya untuk menjadi seorang misionaris, Guido Conforti mula-mula menulis sepucuk surat kepada Serikat Yesus, kongregasi dimana Fransiskus Xaverius menjadi anggotanya, dan mengutarakan niatnya untuk pergi ke Tiongkok menjadi pewarta Kabar Gembira. Para pembesar Yesuit menghargai dan memuji cita-cita luhur Conforti, hanya saja dengan masuk dalam serikat, ia belum tentu pergi ke tanah misi. Conforti diminta pertama-tama untuk taat. Jawaban tersebut bagi Guido muda terkesan kabur dan tidak mampu memberikan jawaban yang diharapkannya. Guido tidak putus asa. Ia kemudian menulis lagi surat, kali ini ditujukan kepada Don Bosco. Sangat disayangkan juga, ternyata Don Bosco tidak menerima surat tersebut karena pada waktu itu ia sedang sakit. Untuk kedua kalinya, jalan yang ditempuh Guido untuk menjadi misionaris berujung buntu.
Tidak hanya itu. Pada masa tersebut, Guido Conforti menderita penyakit aneh. Ia sering kali pingsan disertai dengan kejang-kejang. Hal itu berlangsung selama 4 sampai 5 tahun. Dengan kondisi kesehatannya yang demikian, bukan saja mimpinya menjadi misionaris yang menemui jalan sulit, tetapi juga perjalanannya menuju imamat sempat tertunda. Namun Tuhan rupanya memiliki rencana-Nya sendiri. Setelah berziarah dan berdoa kepada Bunda Maria di Gereja Fontanellato setelah mendapat saran dari Anna Maria Carolina Adorni, Guido mengalami kesembuhan dari penyakitnya. Ia kemudian ditahbiskan menjadi imam pada 22 September 1888 dalam usia 23 tahun.
Cita-cita untuk pergi ke tanah misi tampaknya semakin tak mungkin. Apalagi dengan kondisis kesehatannya yang lemah dan sering kali terserang batuk dan bronkitis. Pada saat itu munculah sebuah keingan yang matang untuk mendirikan sendiri sebuah serikat misionaris yang kelak mampu mengutus pemuda-pemuda yang bersedia meneruskan karya misi Fransiskus Xaverius. Guido Conforti kemudian mendirikan Serikat Xaverian yang diresmikan pada tanggal 3 Desember 1895. Saat itu Guido Conforti berusia 30 tahun.
Guido Conforti meninggal dunia pada 5 November 1931. Pada 17 Maret 1996, Paus Yohanes Paulus II menyatakan Guido Maria Conforti sebagai ‘Beato’, dan pada 23 Oktober 2011, Paus Benediktus XVI menyatakan Mgr. Conforti sebagai ‘Santo’.
Karya awal
Tahun 1904, Serikat Xaverian untuk pertama kalinya mengutus imam misionarisnya ke Tiongkok. Mereka adalah Giuseppe Brambilla, Giovanni Sartori, Luigi Calza, dan Giovanni Bonardi. Dalam periode tahun 1914-1924, di daerah misi tempat misionaris Xaverian berkarya, dibangun beberapa seminari kecil untuk calon imam, beberapa karya sosial untuk membantu anak yatim piatu dan rumah sakit – yang dikelola bersama dengan bantuan para suster Canossian (F. D. C. C) . Mgr. Conforti sempat mengunjugi karya misi di Tiongkok, pada tanggal 26 Oktober 1928.
Pada Januati 1906, Prefektur Apostolik Honan barat beridiri dengan Cheng-chow sebagai pusatnya. Ada 8 juta orang hidup di wilayah tersebut dengan hanya 7 orang misionaris yang berkarya. Tahun 1929, Prefektur Apostolik Luoyang didirikan.
Karya misi di Tiongkok lama-kelamaan menjadi berat dengan adanya berbagai peristiwa; perang saudara, perang Tiongkok-Jepang pada 1937, serta Perang Dunia II. Pemberontakan Boxer yang terjadi juga mempengaruhi karya para misionaris. Dalam pemerintahan Mao-tse-tung, para misionaris ditahan, diadili, dipenjara, dan disiksa. Hingga akhirnya pada tahun 1954, tak satupun misionaris Xaverian yang tersisa untuk berkarya di Tiongkok.
Xaverian di Indonesia
Pada 24 Juli 1951, delapan misionaris Xaverian yang terusir dari Tiongkok tiba di Sumatra Tengah. Mereka kemudian berpencar dan menuju ke Bagansiapiapi, Padang, dan Bukittinggi. Karya pertama para misionaris Xaverian awal adalah untuk mengelola dan melayani Vikariat Apostolik Padang yang baru terbentuk.
Pada tahun 1953 karya di Pekanbaru mulai dibuka. Dan tahun berikutnya (1954) di Kepulauan Mentawai, selain juga memperhatikan pelayanan di Paroki Selat Panjang, Sawahlunto, Payakumbuh, dan Padang Panjang.
Komunitas Xaverian di Indonesia
Hingga saat ini, Serikat Xaverian berkarya di 4 Keuskupan di Indonesia:
- (Biara Xaverian) Biara Provinsialat, Padang.
- Paroki St. Maria Diangkat ke Surga, Muara Siberut, Kep. Mentawai.
- Paroki St. Fransiskus Assisi, Padang Baru.
- Paroki St. Petrus Claver, Bukittinggi.
- Paroki St. Fidelis, Payakumbuh.
- Paroki St. Paulus, Labuh Baru, Pekanbaru
- Paroki St. Fransiskus Assisi, Aek Nabara.
- Gereja Katolik St. Petrus Rasul, Rantauprapat
- (Wisma Xaverian) Pra-Novisiat dan Novisiat, Bintaro.
- (Wisma Xaverian) Skolastikat, Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
- (Wisam Conforti) Prokurator, Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
- Paroki St. Matius Penginjil, Bintaro
- (Wisma Xaverian) Komunitas Animasi Panggilan dan Tunas Xaverian, Caturtunggal, Sleman, Yogyakarta