Martha Tilaar
Martha Tilaar (lahir 4 September 1937) adalah seorang pengusaha Indonesia yang bergerak di bidang kosmetika dan jamu dengan nama dagang Sariayu. Bekerja sama dengan Kalbe Farma, ia membuat perusahaan kosmetika dan jamu Martina Berto.[1]
Dr. (H.C.) Martha Tilaar | |
---|---|
Lahir | Martha Handana 4 September 1937 Gombong, Karanganyar (Roma), Jawa Tengah, Hindia Belanda |
Almamater | IKIP Jakarta (Sejarah) |
Dikenal atas | Pakar kecantikan Pendiri dan Komisaris PT Martina Berto Tbk. |
Suami/istri | Henry Alex Rudolf Tilaar |
Anak | Bryan Emil Tilaar Pinkan Tilaar Wulan Tilaar Kilala Tilaar |
Biografi
Kehidupan awal
Martha lahir di Gombong, Kabupaten Karanganyar Roma (Sekarang bagian dari Kebumen), Jawa Tengah, Hindia Belanda pada 4 September 1937. Ketika kecil, anak sulung dari tiga bersaudara ini justru bertingkah seperti lelaki, enggan merawat diri. Ibunya, Nyonya Handana, kerap menegurnya lalu menitipkan putrinya pada seorang ahli kecantikan tradisional di Yogyakarta, Titi Poerwosoenoe, yang mengajarinya cara bersolek.
Martha sempat mengajar di Sekolah Dasar selama dua tahun.[2] Setelah meraih gelar Sarjana Pendidikan dari IKIP Jakarta, ia juga sempat mengajar di alma maternya selama tiga tahun. Lalu mengikuti suaminya, Dr. Henry A. Rudolf Tilaar, yang bertugas ke Amerika Serikat. Di sanalah ia belajar mengenai kecantikan. Ia mengambil kuliah kecantikan dan lulus dari Academy of Beauty Culture, Bloomington, Indiana, Amerika Serikat. Ia kemudian bekerja selama tiga tahun di Campes Beauty Salon, Universitas Indiana, Amerika Serikat. Begitu lulus dari akademi kecantikan, Martha segera membuka praktek salon kecantikan di negeri Paman Sam itu. Ia membuat selebaran semacam brosur sederhana, mempromosikan jasa layanan salonnya. Berbagai usaha promosi dilakukan seperti masuk ke kampus-kampus, mendatangi rumah-rumah mantan dosen untuk mendandani para istrinya. Begitu pula kepada mahasiswa-mahasiswa Indonesia, atau ibu-ibu yang mengikuti suaminya tugas di luar negeri.[3] Tak hanya jasa kecantikan, Martha pun sempat membuka layanan baby sitter.
Setelah kembali ke Jakarta pada tahun 1969, ia membuka salon kecil sederhana di garasi rumah milik ayahnya, dengan ukuran 6 x 4 meter. Dimulai dari modal 1 juta rupiah di saku, hasil menabung selama tinggal dan bekerja di Amerika Serikat, selain juga sumbangan dari Handana, sang ayah serta adik-adiknya, Ratna dan Bambang, maka, awal tahun 1970, tepatnya tanggal 3 Januari 1970, berdirilah Martha’s Salon. Ia terus berupaya mengembangkan salonnya itu, dengan membagikan selebaran-selebaran ke lingkungan sekitar, memanjakan para pengunjung salon dan mengajak mereka bercakap-cakap, untuk mendekatkan emosional. Dengan kedekatan itu, para pengunjung menjadi betah dan menjadi pelanggan tetap salonnya. Seiring berjalannya waktu, salonnya mulai menjadi langganan para peragawati serta istri pejabat di masa itu. Dua tahun kemudian, ia membuka salon kedua di Jalan Anggur No. 3 Cipete, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, sambil memulai penggunaan merek dagang baru Sariayu Martha Tilaar.[4]
Tahun 1972, ia pun pergi ke Eropa untuk belajar ramu-ramuan. Ia mengunjungi pabrik Yves Rocher di Prancis, Mary Quant di Inggris, dan Hartleben di Jerman Barat. Kembali ke Indonesia, empat tahun kemudian didirikannya Martha Griya Salon yang memperkenalkan perawatan tradisional. Karena pada saat itu tidak banyak referensi tentang produk perawatan dalam negeri, Martha terpaksa mendatangi dukun-dukun beranak, selain belajar dari neneknya, Pranoto Liem alias Mak Oco, yang ahli membuat jamu. Berkat jamu dari Mak Oco pula, di usia menjelang 40 tahun Martha berhasil mengandung anak pertamanya, Wulan Tilaar. Resep jamu penyubur itulah yang kemudian diabadikannya lewat produk Kaplet Wulandari.
Menginjak tahun 1977, Martha Tilaar menjajaki kerjasama dengan Boenjamin Setiawan dan Theresia Harsini Setiady, dari Kalbe Farma. Mereka sepakat membuat perusahaan kosmetik dan jamu, bernama PT Martina Berto, dan meluncurkan Sariayu Martha Tilaar sebagai produk pertama. Dilanjutkan kemudian dengan membuka pabrik kosmetik pertama di Jalan Pulo Ayang, Kawasan Indsutri Pulo Gadung, Jakarta Timur yang diresmikan oleh Nyonya Nelly Adam Malik, istri Wakil Presiden Republik Indonesia saat itu Adam Malik pada 22 Desember 1981. Baru berusia dua tahun perusahaan itu mendapat penghargaan tertinggi untuk penampilannya pada The First Asian Beauty Congress and Exhibition, Singapura. Martha sendiri memperoleh gelar Doktor Kehormatan di bidang Fashion Artistry dari The World University Tucson, Arizona, Amerika Serikat, 1984.[5]
Pada tahun 1983, Martha mendirikan PT Sari Ayu Indonesia, khusus sebagai distributor produk kosmetika Sariayu Martha Tilaar. Tahun 1986, Martha Tilaar membuka pabrik kedua, kali ini di Jalan Pulo Kambing II/1, masih di area yang sama yakni di Kawasan Industri Pulo Gadung yang kali ini diresmikan oleh Nyonya Karlinah Umar Wirahadikusumah, istri Wakil Presiden Umar Wirahadikusumah.
Sepanjang tahun 1988-1995 PT Martina Berto berkesempatan mengakuisisi sejumlah perusahaan, seperti PT Kurnia Harapan Raya, PT Cempaka Belkosindo Indah, PT Cedefindo, PT Estrella Lab, dan PT Kreasi Boga. Mengandalkan kekuatan riset dan 37 peneliti di Martha Tilaar's Innovation Center (MTIC), Martha sukses memproduksi merek kosmetika, perawatan tubuh, spa, dan jamu yang dikenal hingga mancanegara. Sebut saja Sariayu, Caring, Belia, Rudy Hadisuwarno Cosmetics, Biokos, Professional Artist Cosmetics (PAC), Aromatic, Jamu Garden, dan Dewi Sri Spa. Sebagai korporasi, Martha Tilaar Group juga berhasil meraih ISO 9001, ISO 14000, dan Sertifikasi GMP di Asia pada 1996.[6]
Kemudian, pada tahun 1999 Martha Tilaar beserta anggota keluarga berkesempatan membeli seluruh saham PT Kalbe Farma yang ada pada PT Martina Berto. Sejak saat itulah Martha Tilaar dan keluarga menguasai sepenuhnya saham PT Martina Berto. Bersamaan itu dilakukanlah konsolidasi perusahaan digabungkan ke dalam Martha Tilaar Group.
Pada bulan Juli 2002, Martha Tilaar diberikan penghargaan oleh Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki Moon pada UN Global Compact Leaders Summit di New York karena menjalankan perusahaan yang memiliki program meliputi 10 prinsip etika Global Compact, seperti hak asasi manusia, tenaga kerja, konservasi pengendapan, dan anti-korupsi sejalan dengan delapan Tujuan Pembangunan Milenium.[7][8]
Sebagai wujud kepedulian pada kesenian daerah, Martha mendirikan usaha kerajinan di Sentolo, Yogyakarta bernama Prama Pratiwi Martha Gallery. Dia juga memiliki Kampoeng Djamoe Organik di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.[9]
Sebagai kontribusi bagi kota kelahirannya, Gombong, Jawa Tengah, pada tahun 2014 Martha pun meresmikan Roemah Martha Tilaar, yakni rumah masa kecilnya yang telah direnovasi dan ditata ala museum.[10]
Kegiatan sosial
Sebagai bentuk keperduliannya terhadap perempuan, Martha mendirikan Yayasan Martha Tilaar.[11] Ia mendidik banyak wanita dan ibu-ibu tentang kecantikan. Tujuannya agar mereka mengerti kecantikan sehingga bisa merawat diri. Namun yang terutama agar mereka mempunyai keterampilan tentang kecantikan, sesuatu yang pernah banyak menolong wanita di saat krisis multidimensi melanda bangsa termasuk pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawan wanita maupun laki-laki di banyak perusahaan lain. Bagi Martha Tilaar perempuan adalah pemersatu yang sangat besar perannya bagi keutuhan bangsa. Karena itu ia tak ingin perempuan terbelakang dalam soal pendidikan.[12]
Kehidupan pribadi
Martha menikah dengan Dr. Henry Alex Rudolf Tilaar. Ia pernah divonis mandul oleh ahli obstetri dan ginekologi luar negeri, setelah 11 tahun lebih menikah dan belum dikaruniai anak.[13] Tapi hal itu tidak membuatnya menyerah. Ia terus berupaya memiliki keturunan melalui cara tradisional. Selama empat tahun lebih ia rajin mengkonsumsi, jamu-jamuan itu dengan kesabaran dan ketelatenan.[14] Pada saat usia 41 tahun, Martha berhenti menstruasi. Dokter menyatakan Martha telah memasuki masa menopause. Ia sempat sangat sedih, karena apa yang dicita-citakannya tidak mungkin tercapai. Namun, berhentinya datang bulan tersebut ternyata dikarenakan ia mulai mengandung. Martha pun melahirkan anak pertamanya di usia 42 tahun.[15]
Saat ini ia memiliki empat orang anak yaitu Bryan Emil Tilaar, Pinkan Tilaar, Wulan Tilaar, dan Kilala Tilaar.[16]
Riwayat pendidikan dan karier
- Pendidikan
- SD St. Theresia, Jakarta (1949)
- SMP St. Theresia, Jakarta (1955)
- SMA St. Ursula, Jakarta (1957)
- IKIP, Jakarta (1963)
- Kursus Kecantikan di Jakarta (1961-1962)
- Academy of Beauty Culture di Bloomington, Indiana, Amerika Serikat (1967-1969)
- Kursus-kursus kecantikan di Bangkok, Hong Kong, Tokyo, London, Paris, New York (1975-1984)
- Karier
- Guru SD di Jakarta (1958-1961)
- Dosen IKIP Jakarta (1963-1965)
- Karyawan Campes Beauty Salon, Universitas Indiana, Amerika Serikat (1967-1970)
- Direktur Puspita Martha (1974-1978)
- Presiden Direktur PT Martina Berto
- Direktur Martha Salon
- Direktur Utama PT Sari Ayu Martha Kosmetika Indonesia (1978-sekarang)
Penghargaan
- Doktor Kehormatan (Honoris Causa) dalam bidang "Fashion and Artistry" dari World University Tuscon, Arizona, Amerika Serikat tahun 1984
- American Gold Star Award for Quality, Madrid, Spanyol tahun 1987
- Asia Award for The Quality dari kantor Trade Leader’s Club, Madrid, Spanyol tahun 1987
- Penghargaan Nasional dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan untuk Puspita Martha Beauty sebagai sekolah model pada bulan Maret 1991
- Penghargaan Upakarti atas partisipasi dalam pembangunan industri skala kecil dari Presiden Republik Indonesia pada bulan Desember 1991
- Penghargaan Sahwali Award dari PIPLI (Pusat Informasi dan Pengelolaan Lingkungan) pada bulan Desember 1992
- Tanda Kehormatan Satyalancana Pembangunan, Penghargaan untuk pembangunan Indonesia pada bulan Mei 1993
- Penghargaan Redmod-Indonesia Mode Development tahun 1994
- Penghargaan The Leading Women Enterpreneurs of The World Award dari Star Group, Monako pada bulan April 1999
- Penghargaan “Prijadarshini Award” dari IFWE (International Federation of Women Enterpreneurs), New Delhi pada bulan Februari 2000
- Penghargaan dari Herbarium National Netherlands Institution, Universitas Leiden, dengan pemberian nama spesies anggrek yang baru ditemukan di Kalimantan dengan nama Ceologyne Marthae atau “Anggrek Martha Tilaar” pada bulan April 2000
- Gelar "Kanjeng Raden Ayu (KRay)" dari Mangkunegara IX, Keraton Solo, Jawa Tengah, Indonesia pada bulan April 2000
- Anugerah Teknologi Siddhakretya 2002 atas hasil karya terapan terunggul pada Martha Tilaar Group tahun 2002
- Penerima Penganugrahan Gelar Perekayasa Utama Kehormatan dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tahun 2012[17]
- Tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma dari Pemerintah Republik Indonesia tahun 2016[18]
Lihat pula
Referensi
- Catatan kaki
- ^ Wening, Andhika Anggoro (27 Mei 2017). Andhika Anggoro Wening, ed. "Martina Berto Target Tumbuh 9,5%". Bisnis.com. Diakses tanggal 16 Desember 2017.
- ^ "Biografi Ibu Martha Tilaar, Guru SD yang Menjadi Dirut PT Sari Ayu Marta Kosmetika". UC Entrepreneurship Online. 29 Januari 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-12-17. Diakses tanggal 16 Desember 2017.
- ^ Wahyuni, Nurseffi Dwi, ed. (13 Juli 2016). "Kisah Martha Tilaar, Bekas TKW yang Kaya Raya Berkat Jamu". Liputan6.com. Diakses tanggal 16 Desember 2017.
- ^ Anjani, Rahmi (23 Januari 2015). "Kisah Martha Tilaar Jadi Ratu Produk Kosmetik Berawal dari Salon di Garasi". detikcom. Diakses tanggal 16 Desember 2017.
- ^ Rafael, Eldo Christoffel (11 September 2017). Rizki Caturini, Rizki, ed. "Strategi Martina Berto di pasar perawatan kulit". Kontan.co.id. Diakses tanggal 16 Desember 2017.
- ^ Mangalandum, Rosa Sekar (7 Agustus 2013). "PT Martina Berto Tbk: Dorongan Sang Founder untuk Menjadi Perusahaan Hijau". Swa.co.id. Diakses tanggal 16 Desember 2017.
- ^ Azzahra, Maria Hudaibyah (27 Juli 2015). "Kiprah Martha Tilaar dengan United Nation Global Compact". Swa.co.id. Diakses tanggal 16 Desember 2017.
- ^ Tilaar, Martha (2014). Dari Gombong Desaku Berkumandang di United Nations, New York. Gombong, Kebumen: Yayasan Warisan Budaya Gombong. OCLC 906660001.
- ^ Nabhani, Ahmad (6 Februari 2015). "Pabrik Baru Martina Berto Sudah Beroperasi". Neraca.co.id. Diakses tanggal 16 Desember 2017.
- ^ Anjani, Rahmi (6 Desember 2014). "Resmi Dibuka, Roemah Martha Tilaar Jadi Ikon Terbaru Kota Gombong, Kebumen". detikcom. Diakses tanggal 16 Desember 2017.
- ^ Tilaar 1999, hlm. 220.
- ^ Junair, Aris (25 April 2017). "Mengenal Martha Tilaar, Perempuan Hebat di Balik Suksesnya Produk Kosmetik dan Jamu "Sariayu"". IDNTimes. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-12-16. Diakses tanggal 16 Desember 2017.
- ^ Tilaar & Widjaja 2014, hlm. 14.
- ^ Yulianti, Fitri (23 April 2011). "Jamu Kesuburan Martha Tilaar Berawal Kisah Pribadi". Okezone.com. Diakses tanggal 16 Desember 2017.
- ^ Sundayani, Renny (14 Januari 2014). "Divonis Mandul, Suami Martha Tilaar Tetap Setia". Okezone.com. Diakses tanggal 16 Desember 2017.
- ^ Fajar, Ario (8 November 2011). "Martha Tilaar: Oma 'Bawel' yang Sayang Keluarga". Swa.co.id. Diakses tanggal 16 Desember 2017.
- ^ Pratiwi, Gustyanita (18 September 2012). "Dedikasi Martha Tilaar untuk Dunia Jamu". Swa.co.id. Diakses tanggal 16 Desember 2017.
- ^ "Martha Tilaar Dianugerahi Bintang Budaya Parama Dharma". Media Indonesia. 20 Agustus 2016. Diakses tanggal 16 Desember 2017.
- Bibliografi
- Tilaar, Martha (1987). Indonesia Bersolek: Buku Pedoman Seni Rias Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
- Tilaar, Martha (1999). Kecantikan Perempuan Timur. Jakarta: IndonesiaTera. ISBN 9799542804.
- Tilaar, Martha; Widarto, Wulan Tilaar (2003). Leadership Quotient : Perempuan Pemimpin Indonesia. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia dan Yayasan Martha Tilaar. ISBN 9796959488.
- Tilaar, Martha (2004). Perkawinan Putriku: Inspirasi untuk Calon Pengantin (edisi ke-1). Jakarta: Gaya Favorit Press. ISBN 9795153390.
- Tilaar, Martha (2009). Bali SPA, Shui Pani Amerta: Secrets of Holistic Healing on the Island of the Gods. Denpasar: Saritaksu Editions. ISBN 9791173052. OCLC 467705305.
- Tilaar, Martha; Widjaja, Bernard T. (2014). The Power of Jamu: Kekayaan dan Kearifan Lokal Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ISBN 9786020304830. OCLC 883389237.
- Tilaar, Martha; Widjaja, Bernard T. (2015). The Tale of Jamu: The Green Gold of Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ISBN 9786020322803. OCLC 6020322807.