Letnan Jenderal TNI (Purn.) Joes Adipermono (3 Juni 1927 – 17 Agustus 2016) adalah seorang perwira tinggi TNI Angkatan Darat. Joes dikenal sebagai Komandan Jenderal Komando Angkutan Komando Logistik Angkatan Darat (Koang Kologad) pertama di TNI Angkatan Darat pada era pemerintahan Presiden Soeharto.

Joes Adipermono
Komandan Jenderal Komando Angkutan Komando Logistik TNI Angkatan Darat ke-1
Masa jabatan
1977–1978
PresidenSoeharto
Sebelum
Pendahulu
Tidak ada, jabatan baru
Sebelum
Komandan Jenderal Komando Logistik TNI Angkatan Darat ke-3
Masa jabatan
1979–1981
PresidenSoeharto
Informasi pribadi
Lahir(1927-06-03)3 Juni 1927
Purworejo, Jawa Tengah,Hindia Belanda
Meninggal17 Agustus 2016(2016-08-17) (umur 89)
Jakarta, Indonesia
MakamTaman Makam Pahlawan Kalibata
Suami/istriR. A. Sri Merapi Widjokongko
Anak5
AlmamaterMiliter Akademi (MA) I Yogyakarta (1948)
PekerjaanTentara
Karier militer
Pihak Indonesia
Dinas/cabang PETA
(1943–1945)
TNI Angkatan Darat
(1945–1983)
Pangkat Letnan Jenderal TNI
NRP14858
SatuanInfanteri
KomandoKomando Angkutan Komando Logistik Angkatan Darat (Koang Kologad)
OperasiRevolusi Nasional Indonesia
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Karir Militer

Pada masa sebelum merdeka Joes bergabung bersama PETA yang adalah pasukan bentukan Jepang. Setelah merdeka Joes bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada tanggal 5 Oktober 1945 sebelum akhirnya mengikuti pendidikan di Akademi Militer yang dipimpin oleh Letnan Jenderal TNI Oerip Soemohardjo pada tahun 1945 dan lulus menjadi angkatan Akademi Militer ke-1 setelah Indonesia merdeka pada tahun 1948 di Yogyakarta. Joes menghadapi beberapa pertempuran untuk mempertahankan Republik Indonesia dari serangan penjajah maupun adanya kelompok pemberontak yang berusaha mendirikan sebuah teokrasi di Indonesia, sebelum akhirnya dipindah tugaskan menjadi Asisten 4/Logistik, Panglima Komando Antara Daerah Kalimantan pada tahun 1959 dan pada tahun 1975 dipindah tugaskan di Jakarta untuk menjadi Wakil Komando Staff Umum Angkatan Darat hingga menjadi Komandan Jenderal Komando Angkutan Komando Logistik Angkatan Darat (Koang Kologad) pertama di TNI Angkatan Darat. Dengan masa bakti terhadap TNI Angkatan Darat pada tahun 1959 Joes mendapat beberapa penghargaan dari TNI Angkatan Darat Republik Indonesia, salah satunya yang diberikan oleh Presiden Republik Indonesia ke-1 Soekarno. Joes juga sempat menjalani kursus singkat sebagai angkatan pertama di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat pada tahun 1966. Ia juga pernah mengikuti kursus reguler sebagai angkatan ketiga di Lembaga Ketahanan Nasional dari tanggal 2 Juni 1969 hingga 24 Desember 1969. Pada tahun 1971 Joes mengikuti Akademi Militer di United States Military Academy, West Point, New York, Amerika Serikat dilanjutkan pada tahun 1973 mengikuti sekolah Komando dan Staff Umum di Command and General Staff College di Fort Leaven Worth, Kansas, Amerika Serikat dan U.S. Departement of Defense Schools, Okinawa, Jepang tahun 1974.[1]

Selesai menjabat sebagai Komandan Jenderal Komando Angkutan Komando Logistik Angkatan Darat (Koang Kologad), Joes menjadi Direktur Deputi Bidang Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan di Lemhannas. Pada tahun 1 Juli 1982, Joes memilih untuk pensiun menolak permintaan kenaikan pangkat menjadi Jenderal dan juga tawaran menjadi Duta Besar Indonesia untuk Norwegia.[1]


 
Letnan Kolonel Joes Adipermono

Pertempuran/Perang

1. Pemberontakan PKI 1948

Letnan Dua Joes Adipermono bertugas pada Pemberontakan PKI 1948 atau biasa disebut Peristiwa Madiun, pemberontakan komunis yang terjadi pada tanggal 18 September 1948 di kota Madiun. Pemberontakan ini dilakukan oleh Front Demokrasi Rakyat, yang terdiri atas Partai Komunis Indonesia, Partai Sosialis Indonesia, Partai Buruh Indonesia, Pemuda Rakyat, dan Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia. Operasi penumpasan dimulai pada tanggal 20 September 1948 dipimpin oleh Kolonel A. H. Nasution, Salah satu operasi penumpasan ini adalah pengejaran Musso yang melarikan diri ke Sumoroto, sebelah barat Ponorogo. Dalam peristiwa itu, Musso berhasil ditembak mati. Sedangkan Amir Sjarifuddin dan tokoh-tokoh kiri lainnya berhasil ditangkap dan dijatuhi hukuman mati. Amir sendiri tertangkap di daerah Grobogan, Jawa Tengah.

2. Serangan Umum 1 Maret 1949

Letnan Dua Joes Adipermono ikut membela Indonesia dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 yang dilakukan Belanda setelah melakukan Agresi Militer Belanda II. Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 ini dipimpin oleh Kolonel Bambang Sugeng sebagai Panglima Divisi III dan Letnan Kolonel Soeharto sebagai Komandan Brigade X/Wehrkreis III turut serta sebagai pelaksana lapangan di wilayah Yogyakarta. Dalam serangan terhadap Yogyakarta, pihak Indonesia mencatat korban sebagai berikut: 300 prajurit tewas, 53 anggota polisi tewas, rakyat yang tewas tidak dapat dihitung dengan pasti. Menurut majalah Belanda De Wappen Broeder terbitan Maret 1949, korban di pihak Belanda selama bulan Maret 1949 tercatat 200 orang tewas dan luka-luka.

3. Gerakan DI/TII Kahar Muzakkar 1952

Letnan Satu Joes Adipermono bertugas untuk membubarkan Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) dan anggotanya yang dipimpin oleh Abdul Kahar Muzakkar sebagai Pejabat Wakil Panglima Tentara dan Tetorium VII. Tenyata Kahar Muzakkar menuntut agar Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan dan kesatuan gerilya lainnya dimasukkan dalam satu brigade yang disebut Brigade Hasanuddin di bawah pimpinanya. Tuntutan itu ditolak karena banyak di antara mereka yang tidak memenuhi syarat untuk dinas militer. Pemerintah mengambil kebijaksanaan menyalurkan bekas gerilyawan itu ke Corps Tjadangan Nasional (CTN). Tanggal 3 Februari 1965 Abdul Kahar Muzakkar tertembak mati oleh pasukan ABRI (TNI-POLRI) dalam sebuah baku tembak.

4. Gerakan DI/TII Kartosoewirjo 1952

Letnan Satu Joes Adipermono bertugas untuk membubarkan Negara Islam Indonesia pimpinan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo. Tercatat beberapa daerah menyatakan menjadi bagian dari NII terutama Jawa Barat, Sulawesi Selatan dan Aceh. Pemerintah Indonesia kemudian bereaksi dengan menjalankan operasi untuk menangkap Kartosoewirjo. Gerilya NII melawan pemerintah berlangsung lama. Pemberontakan Kartosoewirjo berakhir ketika aparat keamanan menangkapnya setelah melalui perburuan panjang di wilayah Gunung Rakutak di Jawa Barat pada 4 Juni 1962. Pemerintah Indonesia kemudian menghukum mati Kartosoewirjo pada 5 September 1962 di Pulau Ubi, Kepulauan Seribu, Jakarta.

Pendidikan Militer

Jabatan Militer

  • Komandan Regu (Danru), Agresi Militer Belanda II (1948)
  • Komandan Regu (Danru), Serangan Umum 1 Maret (1949)
  • Komandan Regu (Danru), Gerakan DI/TII Kartosoewirjo (1952)
  • Komandan Regu (Danru), Gerakan DI/TII Kahar Muzakkar (1952)
  • Komandan Pleton Angkutan (Danton Ang), Yonif 609 Kalimantan (1950-1954)
  • Perwira Seksi Logistik (Pasilog), Yonif 609 Kalimantan (1954-1959)
  • Asisten 4/Logistik, Panglima Komando Antara Daerah Kalimantan (1959-1965)
  • Perwira Pembantu, Staf Umum Angkatan Darat (SUAD) (1965-1970)
  • Wakil Komandan Jenderal Staf Umum Angkatan Darat (SUAD) (1970-1976)
  • Komandan Jenderal Komando Angkutan Komando Logistik Angkatan Darat (1977-1978)
  • Komandan Jenderal Komando Logistik Angkatan Darat (1979-1981)
  • Direktur Deputi Bidang Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan Lemhannas (1981-1982)
  • Periwa Tinggi Markas Besar Angkatan Darat (1982-1983)

Kepangkatan Militer

1.       Letnan Dua (1948-1952)

2.       Letnan Satu (1952-1957)

3.       Kapten (1957-1960)

4.       Mayor (1960-1965)

5.       Letnan Kolonel (1965-1970)

6.       Kolonel (1970-1975)

7.       Brigadir Jenderal (1975-1977)

8.       Mayor Jenderal (1978-1980)

9.       Letnan Jenderal (1981-1983)

Penghargaan

Tanda Jasa[2][3]

 
     
     
     
     
     
Baris

ke-1

Bintang Gerilya

(12 Agustus 1959)

Presiden Ir. Soekarno

Baris

ke-2

Bintang Dharma

(12 Agustus 1959)

Presiden Ir. Soekarno

Bintang Kartika Eka Paksi Nararya

(24 Desember 1969)

Jenderal Maraden Panggabean

Bintang Sewindu APRI

(25 Juli 1959)

Ali Sastroamidjojo

Baris

ke-3

Satyalancana Kesetian 24 Tahun

(25 Juli 1973)

Jenderal Maraden Panggabean

Satyalancana Kesetian 16 Tahun

(25 Juli 1964)

Jenderal Abdul Haris Nasution

Satyalancana Kesetian 8 Tahun

(25 Juli 1959)

Ir. Djoeanda Kartawidjaja

Baris

ke-4

Satyalancana Perang Kemerdekaan I

(25 Juli 1959)

Ir. Djoeanda Kartawidjaja

Satyalancana Perang Kemerdekaan II

(25 Juli 1959)

Ir. Djoeanda Kartawidjaja

Satyalancana G.O.M IV

(12 Agustus 1959)

Ir. Djoeanda Kartawidjaja

Baris

ke-5

Satyalancana G.O.M V

(12 Agustus 1959)

Ir. Djoeanda Kartawidjaja

Satyalancana G.O.M I

(12 Agustus 1959)

Ir. Djoeanda Kartawidjaja

Satyalancana Wira Dharma

(12 November 1965)

Jenderal Abdul Haris Nasution

Baris

ke-6

Satyalancana Teladan

(24 Desember 1969)

Jenderal Maraden Panggabean

Satyalancana Sapta Marga

(19 Mei 1958)

Ir. Djoeanda Kartawidjaja

Satyalancana Penegak

(29 September 1966)

Mohammad Ichsan

Tanda Kehormatan

Tanggal Tanda Kehormatan Lembaga Diberikan Oleh
24 Desember 1969 Piagam Tanhana Dharmma Mangrva Lembaga Pertahanan Nasional Presiden Soeharto
15 Agustus 1981 Gelar Kehormatan Veteran Pejuang Kemerdekaan Tentara Nasional Indonesia Laksamana Sudomo
11 Januari 1983 Piagam Tanda Terima Kasih TNI Angkatan Darat TNI Angkatan Darat Jenderal Poniman

Kehidupan

Joes Adipermono menikah dengan R. A. Sri Merapi Widjokongko, mempunyai 5 anak dan 10 cucu. Joes Adipermono meninggal di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 2016 dan dimakamkan di Taman Makan Pahlawan Nasional Kalibata.

Referensi

  1. ^ a b Bachtiar, Harsya W. (1988). Siapa dia? Perwira Tinggi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD). Jakarta. hlm. 62–63. ISBN 9789794281000. 
  2. ^ Dinas Sejarah TNI AD 1981, hlm. 120.
  3. ^ Dinas Sejarah TNI AD 2011, hlm. 22-23.