Masjid Baiturrahman Rembang

masjid di Indonesia
Revisi sejak 20 Mei 2023 22.02 oleh Dzhalina (bicara | kontrib)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Masjid Baiturrahman Rembang adalah salah satu masjid tertua di Kabupaten Rembang. Meski kalah tua dengan Masjid Agung Rembang yang didirikan tahun 1814, namun memiliki banyak riwayat sejarah pada masa penjajahan Belanda. Konon pencetus Negara Islam Indonesia, Kartosuwiryo juga pernah singgah di Masjid tersebut.

Masjid Baiturrahman Rembang
Agama
AfiliasiIslam
Lokasi
LokasiRembang, Jawa Tengah, Indonesia
Arsitektur
TipeMasjid
Gaya arsitekturJoglo
Menara1

Etimologi

sunting

Namanya Masjid Baiturrrahman desa Sulang Kecamatan Sulang, berada di pinggir jalan raya RembangBlora. Baiturrohman diambilkan dari nama Fatkurrohman, sesepuh dan ulama desa Sulang yang hidup pada era tahun 1900 an Masehi. Berawal keinginan membangun tempat ibadah, akhirnya masjid sekaligus menjadi pusat para pejuang kala itu untuk menyusun strategi melawan penjajah. Semangat masjid sebagai sarana “pembangkit”, masih terasa sampai sekarang, meski dalam ruang zaman yang berbeda.

Arsitektur

sunting

Dulu Masjid berdiri dengan bahan kayu seadanya. Kisah Kartosuwiryo, tokoh Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia (DI/TII) singgah untuk menunaikan ibadah sholat Ashar, didapat dari kakeknya, tanpa ingat lagi tahun berapa. Bukan berarti ada keterkaitan pergerakan Negara Islam, tetapi diperkirakan hanya kebetulan saja, karena Kartosuwiryo mempunyai banyak kerabat di Kec. Gunem.

Konstruksi kayu mulai rapuh termakan usia, bahkan Masjid sempat miring. Barulah tahun 1980 an direnovasi kali pertama. Penataan melalui renovasi ke dua selesai bulan April tahun 2012, dengan menelan biaya Rp 1,3 miliar.

Masjid Baiturrahman desa Sulang sudah berlantai dua, mengusung konsep Jawa bertabur ukiran di pintu masuk dan nuansa timur tengah. Kini Masjid mampu menampung jemaah dua ribuan orang.

Masjid yang dibangun oleh Adipati Condrodiningrat tahun 1814 M ini termasuk bangunan cagar budaya. Setelah mengalami 6 kali pemugaran yang tetap menjaga keaslian bangunan induk.

Sebagaimana masjid kuno yang terdapat di Indonesia, di komplek masjid tepatnya di sebelah barat terdapat makam[1] para Adipati Rembang diantaranya makam Raden Tumenggung Pratiktoningrat atau Adipati Sedolaut yang meninggal tahun 1886 M / 1289 H sehingga makam ini sering disebut sebagai makan pangeran Sedo Laut. Di dalam makam yang berarsitektur Eropa berbentuk segi delapan ini terdapat lima makam diantaranya:

  • Makam Adipati Condrodiningrat

dengan menggunakan jirat dari semen dan nisan berbentuk kurawal yang terbuat dari batu putih. Makam ini berangka tahun 1289 H.

  • Makam istri Adipati Condrodiningrat

dengan jirat dan nisan yang hampir sama dengan makam suaminya. Nisan ini berangka tahun 1291 H.

  • Makam Raden Tumenggung Pratiktoningrat atau Kanjeng Pangeran Sedo Laut

dengan jirat yang terbuat dari susunan bata dan nisan yang sudah terbuat dari semen. Pada nisan terdapat angka tahun 1757 menurut angka tahun jawa atau 1831 M.

  • Makam istri Kanjeng Pangeran Sedo Laut

dengan jirat dan nisan yang hampir sama dengan suaminya. Pada makam ini tidak bisa ditemukan angka tahun.

  • Makam istri Patih Pati,

yaitu Raden Ayu Sasmoyo dengan jirat dan nisan yang hampir sama dengan makam ke-3 dan ke-4, pada makam uni juga tidak ditemukan angka tahun.

Catatan kaki

sunting
  1. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-02-11. Diakses tanggal 2012-12-17. 

Pranala luar

sunting