Suku Tumi

suku bangsa yang telah punah di Indonesia
Revisi sejak 24 Mei 2023 01.58 oleh Yaumilmahpud (bicara | kontrib) (Mohon Pasangkan Perlindungan Sekarang)

Suku Tumi (bahasa Lampung: Jeghema Tumi) adalah Manusia purba yang diyakini merupakan nenek moyang sebagian dari orang Lampung saat ini[1]. Orang Tumi kemungkinan berasal dari India Selatan yang datang ke Nusantara beberapa milenium sebelum masehi[1]. Suku Tumi dahulu bermukim di wilayah sekitar lereng serta puncak gunung Pesagi di Kabupaten Lampung Barat.[2]

Suku Tumi
Jeghema Tumi
Bahasa
Tumi (kemungkinan)
Sanskerta
Agama
Animisme, Dinamisme (hingga abad ke-12)
Hindu (abad ke-3 sampai abad ke-16)
Islam (setelah abad ke-12)
Kelompok etnik terkait
Tamil (diyakini sebagai asal-usul orang Tumi)
Lampung (diyakini sebagai keturunan orang Tumi)

Etimologi

Menurut Ahmad Safei, Saibatin Kepaksian Buay Belunguh, nama Tumi berasal dari kata Tamil yakni sebuah suku bangsa yang mendiami India bagian selatan dan diyakini orang Tumi merupakan bagian dari orang Tamil yang mendiami wilayah Lampung dahulu.[3]

Sejarah

Dari hasil musyawarah yang dilakukan oleh para keturunan dari Sekala Brak Kuno pada tahun 2001, mengakui bahwa nenek moyang pendahulu dari La Laula sebagai Raja pertama sekala brak kuno ini sejak jauh sebelum awal abad ke-3 Masehi[1]. Pendahulu La Laula bukanlah penduduk asli[1]. Sangkan moyang dari La Laula ia bersama pengikutnya tiba kukim di Sekala Brak Kuno dari daratan Indochina (antara Vietnam dan Kamboja) pada awal abad ke-3 Masehi dengan menggunakan kapal kano mungkin[1]. Meskipun demikian, Kepaksian Sekala Brak membenarkan eksistensi generasi penerus suku Tumi ini diwarnai dengan penaklukan pada tahun 1289 Masehi abad ke-12 Masehi Suku Tumi yang telah ada sebelum kedatangan pendahulu La Laula yakni mucakbawok yang mendirikan Sekala Brak kuno diperkirakan pada abad ke-3 hingga abad ke- 7 Masehi.[4]

Pendahulu La Laula tiba di sebuah negeri yang di penuhi Pohon Sekala di mana, di sana telah berdiam suatu etnis yang dikenal sebagai orang Tumi[1]. Suku Tumi merasa terdesak dengan kehadiran pendahulu La Laula yang lambat laun berhasil menarik pengikut dari kalangan masyarakat lokal yakni suku tumi[1]. Setelah melalui rentang waktu yang cukup lama, pendahulu La Laula dan pengikutnya berhasil menentramkan Suku Tumi serta menyatakan dirinya sebagai Raja pertama Sekala Brak kuno pada abad ke-13 Masehi tahun 1289 Masehi Sekala Brak kuno ditaklukkan ditumbangkan dengan raja terahir pada abad ke-12 M yakni Ratu Sekekhumong oleh empat umpu yang datang dari pesisir pantai utara sumatra yang menjadi simbol tonggak berdirinya Kepaksian Sekala Brak, diperkirakan dari abad ke-16 Masehi jaman penjajahan Belanda Kepaksian Sekala Brak di taklukkan Belanda sehingga Kepaksian ini disebutan Kepaksia Paksi Pak Sekala Brak, setelah kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945 menjelantah menjadi Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Barak dengan titik pusat kebesaran berada di Kabupaten Lampung Barat ibu kota Liwa Provinsi Lampung sekarang.

Kebudayaan

Kebudayaan Lampung tidak bisa dipisahkan dari dua hal, yakni keberadaan Suku Tumi di Gunung Pesagi, dan kedatangan penyebar Islam di bawah perintah Ratu Ngegalang Paksi beserta keempat keturunan darah yang menetes dari Umpu Tatu Mamelar Paksi, yaitu Umpu Belunguh, Umpu Bejalan Diwai, Umpu Pernong, dan Umpu Nyerupa "Tambo Minangkabau Ed Sumatra".[5] Suku Tumi yang beragama Hindu Bhirawa memiliki seperangkat budaya. Suku Tumi kemudian dikalahkan oleh para Umpu yang juga membawa adat serta budaya yang bersumber dari Islam[1]. Keempat umpu yang mengalahkan pasak negeri La Laula ialah Ratu Sekekhumong, pemimpin terakhir suku Tumi pada awal abad ke-12 M. Seperti para walisongo di Pulau Jawa, penyebaran agama Islam di Lampung dilakukan dengan melakukan akulturasi kebudayaan yang telah ada sebelumnya.[6]

Kepercayaan

Sejarah Daerah Lampung, Depdikbud (1997) menyebut bahwa dahulu masyarakat Suku Tumi masih menganut kepercayaan Animisme atau Dinamisme sebelum kedatangan agama Islam dan agama Hindu dari Kerajaan Siguntur dan daratan India sejak abad ke-3 Masehi.

Peninggalan

 
Batu Kepampangan peninggalan suku Tumi.

Keberadaan Sekala Brak Kuno yang dihuni oleh Suku Tumi dibuktikan dengan ditemukannya sejumlah peninggalan, seperti prasasti, punden berundak, jejak, altar, hingga batu kepampang.[7] Louis-Charles Damais (1995) dalam Epigrafi dan Sejarah Nusantara menyimpulkan, prasasti tersebut merupakan peninggalan Sekala Brak Kuno pada zaman Suku Tumi.[8]

Referensi