Buah kering adalah buah yang diproses dengan cara dikeringkan di bawah sinar matahari langsung atau dengan alat pengering buatan (oven atau dehydrator) tetapi tetap mempertahankan rasa dan aromanya[1][2][3].

Kismis adalah buah kering yang paling banyak dikonsumsi

Teknik mengeringkan buah ini sudah dikenal di Timur Tengah sejak 5000 tahun yang lalu untuk memperpanjang masa simpan buah itu. Selain bisa dimakan begitu saja, buah-buahan kering juga banyak dipakai untuk menambah rasa manis pada makanan lain.[4]

Saat ini konsumsi buah kering tersebar luas. Hampir setengah dari buah-buahan kering yang dijual adalah kismis lalu diikuti oleh kurma[5].

Penjual buah kering di Armenia

Kesehatan

Buah kering dapat meningkatkan kesehatan gigi dan gusi. Berlawanan dengan persepsi populer lama bahwa buah-buahan kering seperti kismis mempercepat gigi berlubang, studi terbaru menunjukkan bahwa mereka dapat mengambil manfaat kesehatan mulut. Senyawa bioaktif yang ditemukan dalam buah kering tampaknya memiliki sifat antimikroba yang menghambat pertumbuhan bakteri yang menyebabkan gigi berlubang dan penyakit gusi . Misalnya asam oleanolic, aldehida oleanolic, dan 5 - (hydroxymethyl)-2-furfural ditemukan dalam kismis telah terbukti dapat menghambat pertumbuhan dua spesies bakteri mulut: Streptococcus mutans, yang menyebabkan gigi berlubang, dan Porphyromonas gingivitis, yang menyebabkan penyakit periodontal . Asam oleanolic juga blok dalam pembentukan biofilm vitro oleh S. mutans dan kepatuhan dari S. mutans pada permukaan eksperimental. Kualitas ini penting karena kepatuhan merupakan langkah pertama bakteri dalam membentuk plak gigi, film yang terakumulasi pada gigi[6][7][8][9]

Kandungan Nutrisi

Buah kering ternyata memiliki kandungan nutrisi yang sama seperti buah segar. Dalam bentuk sebenarnya, buah kering sebenarnya merupakan bentuk lain dari buah segar. Hanya saja, kandungan airnya sudah dikeluarkan.[10]

Proses pengeringan tersebut, bahkan bisa membuat beberapa jenis nutrisi lebih terkonsentrasi sehingga penyerapan ke tubuh lebih cepat. Sebuah studi yang dimuat dalam Journal of the American College of Nutrition mengungkapkan bahwa jumlah antioksidan dalam buah cranberry kering, anggur dan plum dua kali lebih banyak dibandingkan buah segar.

Namun perlu disadari juga, bahwa buah kering memiliki kandungan gula dan kalori yang sama seperti buah segar. Seringkali yang membuat para pelaku diet gagal, karena mereka menganggap bisa makan buah kering sepuasnya tanpa harus mengkhawatirkan kalori.[11]

Jadi meskipun bentuknya menyusut dari ukuran semula, tidak berkurang kadar gula maupun kalorinya. Jika ingin diet yang sehat, Anda tetap harus memerhatikan porsinya setiap kali makan.

Catatan Kaki

  1. ^ Unknown (2016-05-11). "Sunburst Oranges: The History Of Dried Fruit". Sunburst Oranges. Diakses tanggal 2019-09-24. 
  2. ^ "Dried fruit". Diakses tanggal 24 May 2023. 
  3. ^ Hui, YH. Handbook of fruits and fruit processing. Blackwell Publishing, Oxford UK (2006) p. 81
  4. ^ "Buah kering". 2 September 2012. 
  5. ^ "Dried Fruit: Good or Bad?". Healthline (dalam bahasa Inggris). 4 June 2017. Diakses tanggal 2019-09-24. 
  6. ^ Rivero -Cruz JF, Zhu M, Kinghorn AD and Wu CD. Antimicrobial constituents of Thomson seedless raisins (Vitis vinifera) against selected oral pathogens. Phytochemistry Letters 2008; 1:151-4
  7. ^ Trager J. The food Chronology: a food lover's compendium of events and anecdotes, from prehistory to the present. Henry Holt and Company Inc, New York, NY 1995
  8. ^ Brothwell D, Brothwell P. Food in Antiquity: A survey of the diet of early people. Johns Hopkins University Press, Baltimore and London (1998) pp. 144–147
  9. ^ Tannahill R. Food in History, Three Rivers Press, New York (1998) pp. 49–51
  10. ^ Kahket S, Van Houte LR and Stocks S. Lack of correlation between food retention on the human dentition and consumer perception of food stickiness. J Dent Res 1991; 70(10):1314-9
  11. ^ "Buah Kering vs Buah Segar". 2 September 2012. 

Referensi

  • Grivetti LE and Applegate EA. From Olympia to Atlanta: Agricultural-historic perspective on diet and athletic training. J Clinical Nutr 1997; 127:S860-868

Pranala luar