Kepulauan Kapoposang
Kepulauan Kapoposang atau Pulau-pulau Kapoposang (Bugis: ᨄᨘᨒᨚᨄᨘᨒᨚ ᨀᨄᨘᨄᨘᨔ, translit. Pulo-pulo Kapuppusang, har. 'Kepulauan Yang Terakhir, Penghabisan, Ujung' ; Makassar: ᨒᨗᨕᨘᨒᨗᨕᨘᨀ ᨀᨄᨘᨄᨘᨔ, translit. Liu'-liukang Kapuppusang, har. 'Kepulauan Yang Terakhir, Penghabisan, Ujung') adalah nama sebuah kepulauan atau sekelompok pulau di Indonesia, subbagian dari Kepulauan Spermonde, yang secara geografis terletak di perairan Selat Makassar dengan gugusan pulau-pulau kecil berjumlah enam baik berpenghuni maupun tidak berpenghuni.
Nama lokal: | |
---|---|
Geografi | |
Lokasi | Selat Makassar Asia Tenggara Samudra Hindia |
Koordinat | 4°42′1.550″S 119°1′43.340″E / 4.70043056°S 119.02870556°E |
Kepulauan | Kepulauan Spermonde, Kepulauan Sunda Besar (Pulau Sulawesi dan Pulau-pulau Kecil Sekitarnya), Kepulauan Indonesia |
Dibatasi oleh | Selat Makassar |
Jumlah pulau | 6 (enam) |
Pulau besar | Kapoposang, Pandangang, Gondong Bali |
Luas | 50.000 hektare (500 km2) km2[1] |
Pemerintahan | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Sulawesi Selatan |
Kabupaten | Pangkajene dan Kepulauan |
Kecamatan | Liukang Tupabbiring |
Desa | Mattiro Matae Mattiro Ujung |
Kependudukan | |
Penduduk | 2.141 jiwa (2018) |
Bahasa | Bugis, Makassar, Mandar |
Kelompok etnik | Bugis, Makassar, Mandar |
Info lainnya | |
Zona waktu | |
Etimologi
Nama "Kapoposang" berasal dari bahasa Bugis dan bahasa Makassar dialek Tupabbiring, yakni "Kapuppusang" (kata dasar puppu' dalam bahasa Bugis/puppusu' dalam bahasa Makassar) yang bermakna "yang terakhir, penghabisan, ujung". Hal ini tidak terlepas dari wilayah kepulauan tersebut terletak di luar atau wilayah terakhir yang berbatasan langsung dengan perairan di wilayah Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan.
Batas-batas kawasan
No. Koordinat | Letak Astronomis | Luas Kawasan (Ha) | |
---|---|---|---|
Lintang Selatan (X) | Bujur Timur (Y) | ||
1 | 04°39'60" | 118°54'25" | 50.000 |
2 | 04°39'50" | 119°05'49" | |
3 | 04°37'26" | 119°08'27" | |
4 | 04°40'17" | 119°10'27" | |
5 | 04°46'30" | 119°06'10" | |
6 | 04°52'08" | 119°06'12" | |
7 | 04°52'09" | 118°57'58" | |
8 | 04°48'20" | 118°57'32" | |
9 | 04°52'09" | 118°57'58" |
Pulau-pulau
Terdapat enam buah pulau dalam wilayah Kepulauan Kapoposang dengan rincian sebagai berikut:
No. | Nama | Luas daratan (km²), sumber BPN RI | Kependudukan | Wilayah administrasi |
---|---|---|---|---|
1. | Pulau Gondong Bali | 0,182 | berpenghuni | Desa Mattiro Matae |
2. | Pulau Kapoposang | 0,483 | berpenghuni | Dusun Pulau Kapoposang, Desa Mattiro Ujung |
3. | Pulau Pammanggangang | 0,054 | tidak berpenghuni | Desa Mattiro Matae |
4. | Pulau Pandangang | 0,167 | berpenghuni | Dusun Pulau Pandangang, Desa Mattiro Ujung |
5. | Pulau Saranti | 0,033 | tidak berpenghuni | Desa Mattiro Matae |
6. | Pulau Tambakulu | 0,104 | tidak berpenghuni | Desa Mattiro Matae |
Aksesibilitas
Kawasan Kepulauan Kapoposang berjarak 68,7 km (37,1 mil laut) dengan baringan kompas 313° arah Barat Laut Kota Makassar. Kepulauan ini dapat dicapai dengan menggunakan perahu motor selama 5 jam dari Kota Makassar, 4 jam dari Kabupaten Pangkep, dan 3,5 jam dari Pulau Balang Lompo (Ibu kota kecamatan).[2]
Taman wisata perairan
Saat ini Kepulauan Kapoposang telah dijadikan sebagai taman wisata perairan dengan nomenklatur "Taman Wisata Perairan (TWP) Kepulauan Kapoposang dan Laut Sekitarnya". TWP Kepulauan Kapoposang dan Laut Sekitarnya merupakan salah satu Kawasan Konservasi Perairan Nasional yang sebelumnya ditetapkan berdasarkan SK Menhut No.588/Kpts-VI/1996 sebagai Taman Wisata Alam. Berdasarkan Berita Acara Serah terima Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam dari Departemen Kehutanan Kepada Departemen Kelautan dan Perikanan Nomor: BA.01/Menhut-IV/2009-BA 108/MEN.KP/III/2009 tanggal 4 Maret, pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ini diserahkan ke Kementerian Kelautan dan Perikanan dan ditetapkan menjadi Taman Wisata Perairan (TWP) Kepulauan Kapoposang dan Laut Sekitarnya melalui Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan KEP.66/MEN/2009. Kepulauan Kapoposang dan Laut di sekitarnya memiliki luas 50.000 ha. Sedangkan luas masing-masing pulau yang ada di dalam TWP Kepulauan Kapoposang dan Laut di sekitarnya adalah Pulau Kapoposang ± 42 ha, Pulau Papandangang ± 13 ha, Pulau Gondong Bali ± 15 ha, Pulau Tambakulu ± 7 ha, Pamanggangang ± 8 ha, dan Pulau Saranti ± 2,4 ha.
Secara geografis, Kawasan konservsi Taman Wisata Perairan (TWP) Kepulauan Kapoposang dan Laut di sekitarnya terletak pada koordinat 4°37'00 sampai 4°52'00 Lintang Selatan dan 118°54'00 sampai 119°10'00 Bujur Timur. Secara administratif, Taman Wisata Perairan (TWP) Kepulauan Kapoposang dan Laut di sekitarnya termasuk dalam wilayah Kecamatan Liukang Tupabbiring, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Kawasan ini terbagi atas 2 desa, yaitu Pulau Kapoposang dan Pulau Papandangang yang masuk di dalam wilayah Desa Mattiro Ujung dan Pulau Gondong Bali, Pulau Pamanggangang, Pulau Tambakulu, dan Pulau Saranti masuk wilayah Desa Mattiro Matae. TWP Kepulauan Kapoposang dan Laut di sekitarnya meliputi 6 (enam) pulau, yakni Pulau Kapoposang, Pulau Papandangang, Pulau Pamanggangang, Pulau Tambakulu, Pulau Gondong Bali, dan Pulau Saranti dan gugusan terumbu karang. Dari 6 (enam) pulau tersebut, terbagi atas 3 (tiga) pulau berpenghuni yaitu: Pulau Kapoposang, Pulau Papandangang, dan Pulau Gondong Bali. Sedangkan tiga pulau lainnya (Pulau Tambakulu, Pulau Pamanggangang, dan Pulau Saranti) tidak berpenghuni.[2]
Sumberdaya
Kepulauan Kapoposang memiliki potensi keanekaragaman hayati yang tinggi bila dibandingkan kawasan lain yang berada di perairan Selat Makassar. Keanekaragaman ekosistem terumbu karang dimana potensi jenis karang keras (sclerectinia) merupakan perwakilan dari jenis karang keras yang ada di Selat Makassar khususnya Kepulauan Spermonde. Berdasarkan hasil monitoring kondisi kesehatan terumbu karang di Kepulauan Kapoposang, tercatat sebanyak 224 jenis karang keras (sclerectinia) dengan jumlah genera karang yang teridentifikasi didapatkan 20 genera. Sedangkan untuk jenis ikan karang tercatat sebanyak 251 jenis ikan karang dari 31 famili dan 93 genera.
Potensi ekosistem padang lamun di Kepulauan Kapoposang teridentifikasi sebanyak 8 spesies dari 6 genera, berdasarkan hasil analisa data spasial, secara keseluruhan luas keseluruhan padang lamun diperkirakan seluas 83 ha yang tersebar di 6 pulau yang ada di Kepulauan Kapoposang. Selain potensi ekosistem, terdapat pula sejumlah potensi lain, yaitu keanekaragaman jenis fauna yang saat ini ditetapkan sebagai spesies yang langka dan dilindungi. Dari sejumlah monitoring yang telah dilakukan, teridentifikasi bahwa ekosistem terumbu karang di Kepulauan Kapoposang merupakan habitat bagi 2 jenis penyu, yaitu Penyu Sisik (Eretmochelys imbricate) dan Penyu Hijau (Chelonia mydas), dan pantai di Pulau Kapoposang, Pulau Papandangang, Pulau Gondong Bali, Pulau Pamanggangang, Pulau Tambakulu, dan Pulau Saranti merupakan area pendaratan penyu untuk melakukan peneluran.
Terdapat spesies Arthropoda terbesar di Pulau Kapoposang, yaitu Ketam Kenari (Birgus latro), Pulau Kapoposang memiliki tutupan vegetasi pantai yang lebat yang didominasi oleh Pohon Kelapa, dimana tanaman tersebut merupakan makanan alami bagi spesies ketam kenari. Dari hasil monitoring yang dilakukan oleh pengelola TWP Kepulauan Kapoposang dan Laut Sekitarnya, status Ketam Kenari (Birgus latro) di Pulau Kapoposang belum mendapatkan ancaman karena masyarakat lokal Pulau Kapoposang tidak menjadikannya sebagai spesies target sehingga kelimpahannya di Pulau Kapoposang masih terjaga.
Spesies lain yang menjadi target konservasi adalah Hiu Paus (Rhincodon typus), berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap masyarakat di TWP Kepulauan Kapoposang dan Laut Sekitarnya, spesies hiu ini telah lama terlihat di kawasan konservasi ini. Biasanya kemunculan Hiu Paus bersamaan dengan musim ikan teri (Anchovy) yang merupakan makanan bagi hiu paus.
Dari hasil monitoring yang dilakukan oleh pengelola TWP Kepulauan Kapoposang dan Laut Sekitarnya, spesies ini pertama kali teridentifikasi bulan Agustus 2011 dimana kemunculannya berlangsung selama 3 bulan yaitu Agustus-Oktober, kemudian di tahun 2012 kemunculan hiu paus juga teridentifikasi pada bulan yang sama. Memasuki tahun 2013 pengamatan yang dilakukan menemukan bahwa spesies ini muncul sepanjang tahun dan juga berlanjut pada tahun 2014. Adapun wilayah penyebaran hiu paus meliputi gusung-gusung di dekat Pulau Tambakhulu, Perairan Pulau Gondong bali sampai pada Perairan di Sekitar Pulau Pamanggangan.
Sisi positif dari pengelolaan Hiu Paus kedepannya yaitu dengan adanya kearifan lokal masyarakat di Selat Makassar pada umumnya yang menganggap bahwa keberadaaan Hiu Paus pada saat melakukan kegiatan penangkapan akan membawa keberuntungan bagi nelayan, sehingga praktis spesies ini tidak mendapatkan ancaman dan bukan merupakan spesies target. Aktivitas penangkapan ikan teri yang dilakukan oleh masyarakat Pulau Gondong Bali juga masih menggunakan alat tangkap yang sangat tradisional disebut dengan nama “ma'perre-perre” sehingga tidak mengganggu keberadaan spesies Hiu Paus di Taman Wisata Perairan Kep.Kapoposang dan Laut Sekitarnya.
Dari potensi yang telah teridentifikasi kemudian ditetapkan target konservasi terkait bioekoregion adalah konservasi ekosistem berupa Ekosistem Terumbu Karang dan Ekosistem Padang Lamun, Konservasi Jenis berupa Penyu Sisik (Eretmochelys imbricate) dan Penyu Hijau (Chelonia mydas), Ketam Kenari (Birgus latro), dan Hiu Paus (Rychodon thypus).[2]
Kondisi sosial, budaya, dan ekonomi
Kondisi sosial budaya yang ada dalam masyarakat saat ini di Kepulauan Kapoposang dalam kondisi yang memprihatinkan, kearifan lokal yang berkaitan dengan hubungan antara manusia dengan lingkungannya mulai berangsur-angsur hilang di dalam masyarakat. Kesejahteraan dan permasalahan ekonomi masyrakat di dalam kawasan konservasi perairan yang tertinggal jauh dibandingkan masyarakat pulau lain di luar kawasan memberikan andil yang cukup besar terhadap lunturnya nilai-nilai budaya dan kearifan dalam menjaga kondisi lingkungan.
Orientasi nilai dalam hidup yang mengacu pada budaya suku Bugis dan Makassar “siri' na pacce”, yaitu suatu nilai budaya yang diterapkan pada setiap sendi kehidupan, mengutamakan harga diri, menjaga rasa malu, dan solidaritas sosial yang juga berkaitan dengan hubungan antara manusia dengan pemanfaatan lingkungan yang dulunya dipegang erat. Rasa malu apabila melakukan sesuatu yang merusak dalam pemanfaatan lingkungan saat ini tergantikan oleh keserakahan dan mengejar keuntungan pribadi.
Dilandasi oleh kondisi saat ini, target sosial budaya dan ekonomi dalam pengelolaan TWP Kepulauan Kapoposang adalah menumbuhkan kembangkan budaya dan adat istiadat “siri' na pacce” yang dikaitkan dengan pemanfaatan lingkungan oleh masyarakat di Kepulauan Kapoposang, selain itu permasalahan ekonomi yang selama ini menjadi kendala dalam pengelolaan kawasan konservasi ini harus pula menjadi perhatian utama, sehingga kesejahteraan masyarakat di dalam kawasan dapat meningkat dan berimplikasi langsung pada menurunnya tekanan terhadap sumberdaya hayati.[2]
Potensi pariwisata
a. Diving Selama ini perairan sekitar Pulau Kapoposang dijadikan tempat untuk menyelam (diving) oleh wisatawan. Hal ini karena keindahan terumbu karang Pulau Kapoposang mempunyai nilai keindahan yang cukup besar bila dibandingkan dengan pantai lainnya. Kegiatan ini sangat menarik wisatawan untuk mengunjungi pantai Pulau Kapoposang. Ditambah lagi dengan kualitas pantai yang belum tercemar oleh kerusakan alam dan juga pasir putih yang mengelilingi sepanjang kawasan pantai. Beberapa spot-spot penyelaman yang ada di Kepulauan Kapoposang, seperti Aquarium Point, Tanjung Point, Shark Point, Turtle Point, dan Cave Point.
b. Snorkling Kepulauan Kapoposang mempunyai ekosistem terumbu karang dan jenis flora fauna yang keanekaragamannya cukup tinggi. Keindahannya sangat menarik minat wisatawan untuk melakukan kegiatan snorkling untuk menikmati keindahan pantai di waktu senggang. Beberapa lokasi snorkling yang bagus adalah di Pulau Kapoposang, Pulau Tambakulu, dan Pulau Saranti.
c. Fishing Kepulauan Kapoposang juga memiliki jenis ikan yang sangat beranekaragam. Jenis ikannya masih cukup banyak karena masih belum dirusak oleh aktivitas penangkapan ikan dengan menggunakan alat-alat keras ataupun karena faktor lingkungan. Wisatawan melakukan kegiatan fishing pada waktu-waktu senggang sambil menikmati suasana keindahan pantai Pulau Kapoposang dan pulau-pulau lainnya.
d. Melihat penyu bertelur dan aktivitas penangkapan nener Pada lokasi pantai lain, kegiatan melihat penyu bertelur dan aktivitas penangkapan nener sudah jarang kita dapati. Hal ini disebabkan oleh kondisi kerusakan pantai yang belum tertangani dengan baik. Di pantai Pulau Kapoposang keadaan hewan, seperti penyu dan nener masih terjaga dengan baik dari kerusakan. Kondisi ini menjadikan wisatawan tertarik untuk mengunjunginya.
e. Sunrise dan sunset Dengan keindahan pantai yang masih alami dan kondisi lingkungan yang masih bagus, terutama di Pulau Kapoposang, sangat menarik wisatawan untuk menikmati keindahan sunrise dan sunset. Kegiatan ini cukup menarik untuk dilakukan karena didukung oleh nilai keindahan pantai yang cukup bagus.
Pengelolaan kawasan
Pengelolaan di kawasan Kepulauan Kapoposang telah dilakukan sejak saat kawasan ini diserah terimakan tahun 2009 sampai dengan saat ini telah banyak hal yang dilakukan baik itu kegiatan yang dilakukan oleh BKKPN Kupang, Direktorat KKJI, LSM, dan Pemerintah Daerah melalui suatu pengelolaan kolaborasi, walaupun belum mencapai hasil yang diharapkan karena banyak kendala teknis yang ditemui. Uraian upaya pengelolaan kawasan sebagai berikut:
1. Penguatan kelembagaan a. Peningkatan sumberdaya manusia b. Kegiatan pembentukan dan pengembangan kelompok masyarakat
2. Penguatan pengelolaan sumberdaya kawasan a. Rehabilitasi kawasan dan populasi jenis b. Monitoring sumberdaya alam dan sosial ekonomi masyarakat c. Penandaaan batas kawasan d. Pengawasan dan pengendalian ekosistem
3. Penguatan sosial, ekonomi, dan budaya a. Pengembangan mata pencaharian alternatif b. Peningkatan kesadaran masyarakat c. Pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan konservasi
Lihat pula
Referensi
- ^ Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang (2013). "Profil Taman Wisata Perairan (TWP) Kepulauan Kapoposang". kkp.go.id. Diakses tanggal 18 Mei 2023.
- ^ a b c d Kementerian Kelautan dan Perikanan RI (2020). "Profil Taman Wisata Perairan (TWP) Kepulauan Kapoposang dan Laut Sekitarnya". kkp.go.id. Diakses tanggal 30 Mei 2023.
Pranala luar
4°42′02″S 119°01′43″E / 4.700431°S 119.028706°E