Sekolah Tinggi Diakones HKBP Balige
Sekolah Tinggi Diakones HKBP Balige adalah Sekolah Tinggi yang berbentuk sebuah Sekolah Tinggi berbasis pastoral konseling. Sekolah Tinggi Diakones HKBP sering disingkat menjadi STD HKBP. Lokasi kampus ini berada di Balige, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Perguruan tinggi swasta ini adalah milik gereja Huria Kristen Batak Protestan.[1][2]
Sekolah Tinggi Diakones HKBP Balige | |
---|---|
Informasi | |
Jenis | Perguruan Tinggi Swasta, milik HKBP |
Didirikan | 17 Mei 1971 |
Ketua | Diak. Dr. Eleven Sihotang |
Alamat | Jalan Gereja No. 17 Kapernaum Balige , , , |
Telepon | (0632) 322903 |
Nama julukan | STD-HKBP |
Situs web | https://www.stdhkbp.ac.id/ |
Berkas:STD HKBP.jpg |
Sejarah
Sebelum HKBP mempunyai tahbisan Diakones, HKBP telah menerima beberapa misionaris termasuk Diakon dan Diakones dari Jerman melalui Rhenish Mission Geselschaft (RMG) yang kini dikenal dengan United Evangelical Mission (UEM). Pada saat I.L. Nommensen memulai misinya di tanah Batak, selain membawa serta Pendeta lainnya, beliau juga melibatkan para Suster atau Diakones. Tahun 1866, Suster atau Diakones telah berpartisipasi dalam pelayanan gereja dan masyarakat di tanah Batak dan bertindak sebagai guru. Pada tahun 1891, Suster Lisette Niemann tiba di Laguboti, sedangkan Suster Thora von Wedell – Jasberg tiba pada tahun 1897 di Laguboti. Mereka datang dari Lembaga Diakones Kaiserswerth Dusseldorf Jerman.[2]
Pada tahun 1922 HKBP meningkatkan pelayanan di bidang diakoni sosial, seperti pelayanan di Hephata Laguboti yang telah dimulai oleh Diakon Rittich terhadap orang buta dan cacat lainnya. Kemudian pada tahun 1952 didirikan panti khusus di Elim Pematang Siantar untuk menampung dan mendidik anak-anak yatim piatu. Melihat kebutuhan pelayanan ini, tanggal 2 Juni 1952 HKBP memberikan beasiswa kepada 3 orang perempuan Batak untuk pertama kalinya ke Jerman untuk menjalani pendidikan Diakones dan mengikuti Sekolah Diakones di Kaiserswerth, yaitu: Nuria D. Gultom, Bonaria Hutabarat dan Floriana Lumbantobing.[2][3] Mereka diberangkatkan oleh Dr. J. Sihombing, Ephorus HKBP, dalam kebaktian di Gereja HKBP Jl. Cokroaminoto Medan. Ketiga wanita Batak itu dapat menyelesaikan pendidikannya dengan baik dan menerima pemberkatan sebagai Diakones di Gereja Kaiserswerth – Jerman. Sekembalinya tiga diakones ini, HKBP masih mengutus wanita Batak secara bertahap ke Sekolah Diakones Kaiserswerth Jerman sampai tahun 1969 dan telah menamatkan sejumlah 19 orang diakones. Mereka semua kembali ke Indonesia dan melayani di berbagai pelayanan yang berbeda-beda yaitu : di RS GKPS Saribudolok, Panti Asuhan Elim Pematang Siantar, FKIP Nommensen Pematang Siantar dan RS HKBP Balige.[2]
Pimpinan HKBP tahun 1968-1972 menggagas pendirian Kursus Diakones di tanah Batak. Tahun 1970, Ephorus HKBP, Pdt. Dr. T.S. Sihombing memimpin pertemuan pertama dengan para Diakones di Kapernaum Balige bersamaan dengan seorang sosiolog bernama J.J. Tomasoa. Pertemuan ini membicarakan pendirian Kursus Diakones, termasuk kurikulum, tujuan pendidikan dan guru-guru pengajar yang sesuai dengan kebutuhan gereja dan masyarakat. Pada tanggal 04 Mei 1971, kembali mengadakan pertemuan kedua di Rumah Induk Diakones – Kapernaum Balige, yaitu seminar sehari tentang gagasan pemikiran Kursus Diakones yang dihadiri oleh J.J. Tomasoa bersama dengan para Diakones.[2]
Akhirnya Kursus Diakones dimulai tepat pada tanggal 17 Mei 1971 di Gedung RS HKBP Jl. Gereja Balige. Setelah beberapa bulan Kursus Diakones berubah menjadi Pendidikan Diakones HKBP, dikarenakan pendidikan diakones yang lebih lama dari kursus pada umumnya, dan syarat masuk adalah minimal tamatan sekolah lanjutan atas atau sederajat. Pendidikan diakones ini berlangsung selama 2 tahun dilanjutkan praktik 1 satu tahun. Pada tahun 1972, pendidikan tersebut dibina oleh peraudaraan Ikatan Diakoni Wanita (IKADIWA) yang dipimpin oleh Diakones N.D. Gultom. Pada tahun 1982, pendidikan ini disahkan menjadi salah satu Lembaga Pendidikan di HKBP yang dinamakan “Lembaga Pendidikan Diakones HKBP”. Pada tahun Ajaran 1989/1990 terjadi perubahan, program pendidikan 2 tahun diubah menjadi 3 tahun sesuai dengan keputusan Sinode Agung HKBP tahun 1988 di Pematang Siantar.[2]
Pada tanggal 25 April 2013, tim Kemenag RI Dirjen Bimas Kristen bersama dengan ketua STT HKBP mengadakan kunjungan dan mendapat sambutan dari Pimpinan HKBP. Pada tanggal 8 Mei 2013, Lembaga ini menjadi Sekolah Tinggi Diakones HKBP Program Stratum Satu (S1) dengan Program Studi Pastoral Konseling sesuai dengan SK KEMENAG RI Dirjen Bimas Kristen No. DJ.III/Kep/HK.00.5/195/2013. Sekolah Tinggi Diakones HKBP telah terakreditasi oleh BAN-PT dengan SK No.1262/SK/BAN-PT/Akred/S/XII/2015.[2][4]
Fasilitas
Fasilitas Utama[5]
- Aula
- Perpustakaan
- Ruang Ibadah
- Ruang Bimbingan Konseling
- Laboratorium Bahasa
- Laboratorium Multimedia
Fasilitas Pendukung[6]
- Ruang Makan
- Ruang Tata Boga
- Asrama
- Ruang Diskusi
- Ruang Tamu
- Ruang Keterampilan
- Ruang Penghimpunan Mahasiswa
Referensi
- ^ "Wisuda STD HKBP Balige, 7 lulus dengan predikat Pujian dan 21 Sangat Memuaskan". Diakses tanggal 2021-07-29.
- ^ a b c d e f g "Sejarah Sekolah Tinggi Diakones HKBP – ST DIAKONES HKBP". Diakses tanggal 2021-07-29.
- ^ wahananews.co; wahananews.co (2021-04-19). "Suster Nuria Dumomdom Br. Gultom, Sang Penentu Seragam Diakones HKBP Tutup Usia". Wahana News. Diakses tanggal 2021-07-29.
- ^ "Mengenal Lebih Dekat Sekolah Tinggi Diakones HKBP Balige". Diakses tanggal 2021-07-29.
- ^ "Fasilitas Utama – ST DIAKONES HKBP". Diakses tanggal 2021-07-29.
- ^ "Fasilitas Pendukung – ST DIAKONES HKBP". Diakses tanggal 2021-07-29.