Benteng Willem I
Benteng Fort Willem I atau lebih dikenal dengan nama Benteng Willem I adalah bangunan bersejarah yang berada di Ambarawa, Semarang, Jawa Tengah. Benteng yang dibangun pada tahun 1834 dan selesai 1845, ini berada dekat dengan Museum Kereta Api, atau di belakang Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ambarawa, dan berada di kompleks Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II Ambarawa. Benteng ini pernah digunakan sebagai lokasi pengambilan gambar untuk film Soekarno yang di sutradarai oleh Hanung Bramantyo.[1][2][3]
Benteng Willem I Ambarawa | |
---|---|
Bagian dari Lembaga Pemasyarakatan Kelas II Ambarawa | |
Terletak di Ambarawa, Semarang di Indonesia | |
Koordinat | 7°48′01″S 110°21′58″E / 7.800293°S 110.3661642°E |
Jenis | Benteng |
Informasi situs | |
Pemilik | Kementerian Hukum dan HAM RI |
Terbuka untuk umum | Sebagian dari bangunan |
Kondisi | Dijadikan museum |
Sejarah situs | |
Dibangun | 1845 |
Sejarah
Menggunakan istilah pendem atau pendhem (bahasa Jawa) karena benteng ini berada di bawah tanah atau terkubur, sebagai siasat perang. Untuk menjangkau situs sejarah ini ada dua jalan masuk, pertama dapat melewati jalan alternatif dekat dengan RSUD Ambarawa. Dan yang ke-dua melewati pintu masuk ke Lapas Ambarawa, dan dan dari situ bangunan benteng terletak disebelah kirinya.
Pada tahun 1840-an ketika dibawah kekuasaan pemerintah kolonial Hindia-Belanda di Jawa, Ambarawa merupakan titik sumbu strategis antara Semarang dan Surakarta. Sejak awal abad-18, VOC membangun benteng benteng di sepanjang jalur Semarang – Oenarang (sekarang Ungaran) – Salatiga – Surakarta (Solo). Rancangan ini dimaksudkan untuk pengembangan hubungan dengan Kesultanan Mataram. Kamp-kamp militer juga dibangun di kota kota yang dilalui, tak terkecuali Ambarawa. Pada masa kekuasaan Kolonel Hoorn, tahun 1827-1830, sempat ada barak militer dan penyimpanan logistik militer, dan pada tahun 1834 dibangunlah sebuah benteng modern di Ambarawa yang kemudian diberi nama Benteng Willem I yang pembangunannya berakhir pada tahun 1845.
Pada tahun 1853 sampai tahun 1927 digunakan sebagai barak militer Hindia-Belanda atau KNIL yang terhubung ke Magelang, Yogyakarta, dan Semarang melalui jalur kereta api. Pada umumnya benteng dibangun dengan prinsip defensif dan kuat yang dimaksudkan untuk pertahanan dari serangan musuh. Sering dijumpai pula dibangun parit mengelilingi benteng untuk memaksimalkan pertahanan. Namun Benteng Willem I ini ternyata memiliki desain yang berbeda. Dengan banyak jendela, benteng ini bukan dirancang untuk pertahanan. Kemungkinan adalah untuk barak militer dan penyimpanan logistik militer. Di benteng ini juga tidak dilengkapi bangunan sebagai tameng. Dan tidak ada bekas bekas lubang di puncak puncak dinding seperti halnya pada benteng benteng peninggalan Portugis yang dirancang untuk memasang meriam.
Riwayat benteng
No | Tahun | Keterangan |
---|---|---|
1 | 1834-1845 | Pembangunan benteng |
2 | 1865 | Terjadi gempa bumi besar yang mengakibatkan beberapa bagian bangunan benteng hancur |
3 | 1927 | Benteng Willem I disesuaikan dari penjara tawanan anak anak menjadi penjara tahanan politik dan tahanan dewasa |
4 | 1942–1945 | Dikuasai Jepang dan dipergunakan sebagai kamp militer |
5 | 1945 | Markas besar TKR (Tentara Keamanan Rakyat) |
6 | 1950 | Sebagai penjara dewasa dan barak militer |
7 | 1985 | Sebagai penjara anak anak dan barak militer |
8 | 1991 | Sebagai Penjara kelas IIB dan barak militer |
9 | 2003–sekarang | Lapas Kelas II A dan barak militer |
Lihat pula
Referensi
- ^ Jateng Tribun News: Benteng Willem I, diakses 23 Juli 2015
- ^ Hello Semarang: Benteng Pendem, antara hidup dan mati[pranala nonaktif permanen], diakses 23 Juli 2015
- ^ Ardiyanta: Suasana klasik Benteng Pendem Ambarawa, diakses 23 Juli 2015