Biak Nampe, Munte, Karo

desa di Kabupaten Karo, Sumatera Utara
Revisi sejak 12 Juni 2023 04.07 oleh AABot (bicara | kontrib) (fix)

GAMBARAN UMUM DESA BIAK NAMPE

Biak Nampe
Negara Indonesia
ProvinsiSumatra Utara
KabupatenKaro
KecamatanMunte
Kode pos
22161
Kode Kemendagri12.06.06.2022 Edit nilai pada Wikidata
Luas... km²
Jumlah penduduk... jiwa
Kepadatan... jiwa/km²
Peta
PetaKoordinat: 3°3′43.200″N 98°23′20.400″E / 3.06200000°N 98.38900000°E / 3.06200000; 98.38900000


Biak Nampe merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Munte, Kabupaten Karo, provinsi Sumatra Utara, Indonesia.

Desa Biaknampe merupakan pemukiman seluas 300 hektar yang terletak di kecamatan Munte Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Dua ratus (200) hektar lebih dari luas desa ini dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai lahan pertanian. Mulai dari bertani jeruk, jagung, hingga cengkih dan kopi sebagai tanaman selingan. Sedangkan, sisa luas lahan dari desa ini dimanfaatkan sebagai tempat mereka bermukim dan mengakses jalan.

Penduduk di desa ini dihuni oleh mayoritas umat Kristen dengan persentase sebesar 90% dan umat Islam sebagai minoritas dengan persentase 5% (±10 Kepala Keluarga). Adapun umat Kristen terbagi lagi menjadi umat Katolik (15%) dan umat Protestan (80%). Sampai saat ini rumah ibadah untuk umat Islam belum ada dikarenakan tidak adanya inisiatif warga untuk membangunnya. Sedangkan, untuk gereja, warga desa sudah memiliki GSRI, GPDI, GBKP, dan RK.

Di desa ini, masyarakat desa Biaknampe berinteraksi satu sama lain menggunakan bahasa Karo. Pelestarian bahasa daerah ini diperkuat lagi dengan adanya mata pelajaran tambahan di sekolah dasar, yakni mata pelajaran bahasa Karo. Walau begitu kental dan lekat menggunakan bahasa Karo, para pendatang tidak perlu khawatir akan situasi di Biaknampe. Warga Biaknampe akan menggunakan bahasa Indonesia bila hendak berkomunikasi dengan para pendatang.

Menyinggung soal pendidikan, desa Biaknampe hanya memiliki dua sekolah untuk tingkat PAUD. Untuk tingkat Sekolah Dasar, anak-anak di desa Biaknampe harus berjalan lagi ke perbatasan antara desa Biaknampe dengan desa Tanjung Beringin. Adapun Sekolah Dasar tersebut bernama SD Negeri 040513 Bungancole. Sedangkan, anak-anak yang sudah sampai di tingkat SMP dan SMA harus naik transportasi umum lagi ke Kabanjahe.

https://commons.wikimedia.org/wiki/File:IMG-20190804-WA0010(2).jpg

ASAL USUL SEBUTAN BIAKNAMPE

Tidak sedikit tempat-tempat di Indonesia memiliki sejarah atau dongeng atas nama yang dimilikinya sekarang. Misalnya saja, Gunung Tangkuban Perahu yang diambil dari cerita rakyat mengenai perahu yang ditendang hingga telungkup lalu menjadi gunung. Lalu ada lagi asal usul nama Danau Toba yang dipercaya berasal dari cerita rakyat mengenai Samosir yang tahu kalau dia adalah anak ikan lalu akhirnya si istri mengutuk suaminya beserta kampung itu menjadi danau dengan pulau di tengah-tengahnya.

Begitu pula dengan desa Biaknampe. Desa ini memiliki cerita rakyat juga atas asal usul nama ‘Biaknampe‘ yang sekarang. Menurut informan yang kami wawancara, ia mengatakan bahwa Biaknampe memiliki arti: ‘Aturannya di atas/Seharusnya di atas’.

Hal ini dikarenakan sebuah kisah tentang seorang pemuda bernama Sebayak Sarinambah yang hendak mendirikan sebuah kerajaan di tanah Karo. Hanya saja, ia ingin membuat keputusan tentang di mana pusat kerajaan itu akan berdiri. Maka dari itu, Sebayak Sarinambah pun berinisiatif untuk melepas seekor kerbau untuk berjalan menyusuri tanah karo. Di mana kerbau itu berhenti, di situlah pusat kerajaan akan ia dirikan. Ia berharap kerbau itu berhenti di dataran (yang sekarang disebut dengan Biaknampe), sebab tanah di dataran tersebut sangat subur. Akan tetapi, kerbau itu malah terus berjalan hingga akhirnya berhenti di Munte (ada yang bilang di Buluh Naman).

Akibat lokasi pemberhentian kerbau itu adalah Desa Munte, bukan di atas/dataran tinggi. Maka Sebayak Sarinambah dan warga-warga yang bermukim di kerajaan sering mengatakan bahwa seharusnya kerajaan berdiri di atas. Jadi kalau ada yang bertanya mengapa kerajaan yang didirikan Sarinambah ada di Desa Munte, mereka sering menjawab “Biaknampe/Seharusnya diatas/aturannya diatas kami mendirikan kerajaan.” (cerita ini belum mendapat alur yang pasti dan terbukti. Masih sebatas jawaban dari satu-dua informan yang berusia cukup tua di Desa Biaknampe)

Biaknampe juga punya kisah lain akan sebutannya. Ada masyarakat yang mengatakan bahwa awalnya Biaknampe tidaklah bernama seperti sekarang. Dulu, sebelum masa kemerdekaan kala desa ini bermukim di dekat Gereja (GBKP), desa ini disebut dengan nama ‘Rantai Besi.’

DESA BIAKNAMPE: SEJARAH & ARKEOLOGI

Setiap lokasi tentu memiliki sejarahnya sendiri-sendiri. Mulai dari masa primitif, masa penjajahan Jepang dan Belanda, hingga masa Pasca-kemerdekaan. Namun belum ditemukan secara jelas alur sejarah yang pernah terjadi di desa Biaknampe.

Walau begitu, ada beberapa kata kunci mengenai masa-masa penting di Biaknampe. Sejauh ini, diketahui ada dua hal yang pernah terjadi di Biaknampe, yakni tahun 1946: Desa Biaknampe pernah dijadikan sebagai dapur umum pertempuran bagi pejuang Indonesia. Lalu, dikatakan juga oleh informan kami bahwa tahun 1947: warga desa Biaknampe menemukan temuan di sawah-sawah dan halaman gereja, yakni beberapa helm, peluru, hingga 24 keping logam lainnya. Namun benda ini dibakar tanpa alasan yang jelas.

(sejarah ini juga masih tidak valid akibat berasal dari satu-dua narasumber tanpa crosscheck lebih lanjut)

Terakhir, informan kami mengatakan bahwa desa Biaknampe merupakan tanah milik turunan dari marga Sembiring Milala.

Masih ada beberapa temuan lagi yang belum bisa didapatkan alur sejarah perjuangannya. Meski telah ditemukan sebuah makam yang membuktikan keadaan namanya di daftar pahlawan perjuangan. Nama pejuang itu yakni Mangkat/Pangkat Ginting. Akan tetapi, ini juga masih belum mendapatkan crosscheck akan kebenaran dan kepastian alur sejarahnya.

Pada suatu masa juga dikatakan bahwa dahulu rumah-rumah di desa Biaknampe masih berupa rumah adat yang besar-besar. Bahkan mampu menampung hingga beberapa kepala keluarga. Masyarakat juga klaim bahwa rumahnya lebih antik daripada rumah adat Karo di Lingga sekarang. Walaupun besar, keberadaan rumah-rumah adat yang besar tersebut bisa tidak terlihat dari kejauhan akibat tertutup oleh hutan lebat yang padat dan tak kalah besar.

Seiring kemajuan zaman, rumah-rumah adat berganti menjadi rumah-rumah papan pada umumnya. Bahkan sudah ada yang memiliki rumah berbahan utama batu. Sehingga, eksistensi rumah adat di desa ini sudah tidak ada lagi sekarang selain jambur/los semata.

TEKNOLOGI

Sistem teknologi masyarakat desa Biaknampe sudah menyentuh 90% mesin untuk di kebun jeruk. Sedangkan untuk pengolahan kopi masih berupa alat tradisional. Dalam hal penyediaan mesin fotocopy masih tergantung dengan mesin fotocopy di kantor kepala desa. Listrik di sekolah masih tidak tersedia.

MASALAH UTAMA DESA BIAKNAMPE

1. BUMDES (Badan Usaha Milik Desa)

Desa Biaknampe merupakan desa paling cepat membuat BUMDES dibandingkan desa lain di kecamatan Munte, seperti Barungkersap, Tanjung Beringin, Bandar Meriah, dan Buluhnaman. Tapi, keberadaan BUMDES belum mampu membantu perekonomian warga di Desa Biaknampe. Hal ini dikarenakan pengelolaan uang dan manajemen BUMDES nya masih belum efektif. Sejauh ini BUMDES sudah bergerak di bidang sembako dan pangan lain.

2. Teknologi Informasi dan Digital

Desa Biaknampe memiliki fasilitas cukup memadai untuk akses jaringan internet. Dikarenakan ada 3-4 titik WiFi yang tersedia di desa Biaknampe. Satu titik WiFi dari kantor Kepala Desa dan sisanya dari warung-warung kopi di sana.

Meski memiliki jaringan internet yang terfasilitasi WiFi, tapi aspek teknologi informasi digital di desa ini masih punya banyak kekurangan seperti tidak adanya Website Desa, titik koordinat desa yang tak terlacak sehingga mempersulit administrasi tentang lokasi desa, serta penyediaan mesin fotocopy dan tempat print yang cuma bisa didapat dari kantor kepala desa.

Tidak hanya dari segi fisik, hal ini dipersulit lagi dengan keterbatasan pengetahuan warga dalam memanfaatkan teknologi informasi digital di desa. Sehingga pengetahuan warga sebatas menggunakan teknologi digital secara mendasar tapi tidak mendalam. Seperti penggunaan smartphone dan laptop untuk bersosial media dan game online.

3. Sumber Daya Manusia

Sumber daya alam yang tinggi tidak akan membuat desa menjadi maju bila sumber daya manusia nya masih kurang. Desa Biaknampe memiliki potensi sumber daya alam yang tinggi dikarenakan kondisi geografis yang mendukung. Hanya saja, sumber daya manusia di sana masihlah minim potensi.

Masalah sumber daya manusia di desa Biaknampe ini antara lain:

· Skill digital dan teknologi yang masih minim

· Kesadaran akan pentingnya kebersihan. Hal ini didorong pula oleh ketiadaan Tempat Pembuangan Akhir dan pola aktivitas masyarakat yang bisa dibilang ‘Lebih bersih Ladang dibandingkan Rumah’ karena kesehariannya dalam bertani.

· Tidak adanya keberanian dalam mengambil risiko untuk bermatapencaharian selain bertani jeruk, jagung, kopi dan lain-lain.

· Empati para perantau untuk kembali dan mengabdi bagi desa Biaknampe sesuai bidang keilmuan yang ia enyam di kota perantauannya.

· Model pembelajaran kreatif untuk tingkat PAUD dan Sekolah Dasar

4. Listrik dan Aliran Air

Listrik di desa Biaknampe hampir tidak pernah padam sama sekali. Bahkan seluruh rumah sudah teraliri oleh listrik. Tapi sayangnya, listrik tersebut tidak sampai ke SDN 040513 Bungancole. Sekolah tersebut tidak teraliri oleh listrik dan air bersih. Bahkan mereka harus menampung air hujan atau membawa air bersih dari rumah mereka masing-masing bila hendak menyiram tanaman.

Untuk pengairan di desa Biaknampe, mereka tergantung pada aliran air dari Barungkersap. Namun air yang mengalir tidak terlalu bersih dan perlu penyaringan lagi untuk dipakai masak air ataupun mandi. Kamar mandi di desa ini sendiri masih menggunakan kamar mandi umum bagi yang rumahnya tidak teraliri air.

PENDIDIKAN DI DESA BIAKNAMPE

Desa Biaknampe tidak memiliki SMP dan SMA. Para murid yang sudah berada di tingkat ini harus pergi naik angkutan umum lagi ke Kabanjahe untuk melanjutkan pendidikan. Sedangkan untuk tingkat SD, mereka akan berangkat ke perbatasan desa Biaknampe dengan desa Tanjung Beringin. SD tersebut bernama SDN 040513 Bungancole. Sekolah ini pun masih memiliki beberapa masalah seperti tidak adanya aliran listrik dan air akibat jauhnya jarak dari kedua inti desa. Akses jalan yang rusak dan berbatu. Lalu tenaga ajar yang masih minim dalam hal kuantitas dan model pembelajaran.

Media belajar di sekolah ini sangat lengkap. Bahkan memiliki alat peraga yang bisa dikatakan sangat banyak. Tak sampai di situ, buku ajar juga lengkap dan disertai dengan buku-buku non-fiksi di perpustakaan, seperti dongeng dan lain-lain.

Sebagai sebuah lembaga pendidikan, SD Negeri ini punya program serius untuk kemajuan sekolahnya, antara lain seperti kaderisasi tenaga pendidik agar lebih aktif dan berpartisipasi dengan setiap proses kemajuan sekolah. Sebab, tahun 2024 diperkirakan sudah banyak guru senior yang akan pensiun dan saat ini tenaga didik yang muda masih berjumlah sedikit sebagai pengganti mereka nanti.

Lalu program implementasi bersama dengan mahasiswa KKN pada tahun selanjutnya, terkhusus jurusan PGSD guna berkolaborasi dengan guru-guru SD di sini.

Pada tingkat PAUD, Biaknampe memiliki dua sekolah PAUD. Di mana salah satunya dinaungi oleh gereja GBKP. Media belajar/alat peraga di salah satu PAUD sudah lengkap dan cukup memadai. Walau mereka memerlukan taman bermain khusus anak-anak PAUD sebagai hiburan mereka kala di sana.

ORGANISASI ATAU LEMBAGA KEMASYARAKATAN

1. Karang Taruna

Organisasi yang menaungi anak-anak muda untuk terlibat dalam kemajuan desa. Saat ini sedang dikerahkan untuk memberdayakan pembesaran kolam ikan sebagai target kemajuan BUMDES dan gerakan awal pariwisata di Barungkersap.

2. Lembaga Marga-marga

Lembaga ini memiliki jumlah sebanyak marga yang ada di kampung. Berfungsi sebagai pendorong adanya gotong royong bila ada sebuah acara-acara penting.

3. Simpan-Pinjam (UP2K-PKK)

ADAT & KESENIAN

1. Kerja Tahun

Sebuah acara yang dibuat setahun sekali untuk memperingati panen para warga selama bertani. Acara ini identik dengan silaturahmi ke rumah-rumah lalu diisi dengan acara makan bersama. Para tamu wajib makan di tempat tuan rumah sebagai bentuk tata krama. Bila tidak, maka dianggap tidak menghormati tuan rumah. Makanan yang tersaji biasanya adalah Cimpa, rendang, sop, dan tape, lemang rires. Untuk buahnya, pisang dan jeruk.

2. Jambur

Dua sampai tiga (2-3) kali setahun. Masyarakat di Biaknampe akan membicarakan setiap permasalahan dan program ke depan desa Biaknampe di Jambur/los. Masalah utama yang sering dibahas di Jambur adalah ketersediaan air bersih ke seluruh rumah desa.

Sebenarnya ada beberapa adat lagi di desa ini. Khususnya identik dengan adat Karo. Adat pernikahan dan pemakaman adalah beberapa dari adat khas Karo yang masih mereka jalankan.

MATA PENCAHARIAN WARGA DESA BIAKNAMPE

Ada sekitar 20-30 Kepala Keluarga yang bercocok tanam jenis kol, cabe, tomat, dan padi. Bahkan kol sempat diekspor ke Malaysia dan Singapura. Akibat irigasi air yang memburuk, mata pencaharian warga beralih ke tani jagung. Namun sekarang, tani jeruk menjadi mata pencaharian paling besar yang dilakukan oleh para warga. Lalu menjadikan kopi dan cengkih sebagai mata pencaharian sampingan selain bertanam jeruk.

Di bidang wirausaha atau bisnis, masyrakat di desa ini sudah ada yang berbisnis kopi dan uis nipes (kain khas Karo).

POTENSI BESAR DESA BIAKNAMPE

1. Kolam Ikan

Desa Biaknampe memiliki kolam ikan yang dipelihara sangat serius. Warga dari luar maupun dalam dilarang untuk memancing di sini. Hal ini berujung pada banyaknya ikan besar di dalam kolam.

2. Bahasa Karo

Bahasa Karo di desa Biaknampe masih lekat di diri warga. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Bentuk komunikasi seperti ini sangat cocok untuk dunia musik dan film pendek yang sedang bergelora di aspek kesenian nasional. Khususnya bagi produk musik dan film yang berbahasa asing (selain bahasa Indonesia).

3. Langit Senja Biaknampe

Senja di langit desa Biaknampe sangat indah. Titik geografis seperti ini sangat pas bila dijadikan tempat turis untuk berfoto menikmati senja maupun fajar.

4. Pertanian Jeruk

Ladang jeruk di desa Biaknampe sangat luas. Bahkan ladang jeruk di desa ini lebih luas dipergunakan daripada untuk tempat tinggalnya sendiri. Angka mata pencaharian untuk ladang jeruk di sini menyentuh 90% dibandingkan mata pencaharian lain.

Meski begitu, banyak buah jeruk yang sudah termakan hama ataupun rusak menjadi sia-sia tak termanfaatkan untuk bahan pembuatan produk unik lain.

5. Titik Geografis

Desa Biaknampe diapit oleh sekitar 5 desa di Kecamatan Munte. Letak desa seperti ini sangat potensial bila dimanfaatkan sebagai pusat pembelanjaan/kebutuhan warga desa lain. Sehingga warga dari desa lain tidak harus pergi ke Kabanjahe untuk membeli beberapa barang/ produk. Mereka cukup pergi ke Biaknampe untuk membeli kebutuhan pertanian, usaha, dan kehidupan sehari-hari masyarakat umum.

6. Aman Tenteram Penuh Keramahan

Biaknampe termasuk desa yang sangat aman di kecamatan Munte. Keamanan ini membuat kenyamanan tinggi bagi siapapun yang mengunjunginya. Bahkan kasus kehilangan di desa ini hampir dikatakan tidak pernah terjadi. Selain itu, keramahan para warga dalam menyambut para pendatang sangat hangat dan loyal. Ditambah lagi, solidaritas tinggi dan adat yang kental menambah kesan sebenarnya dari suatu kampung yang beradab.

TARGET PROGRAM DESA KE DEPAN

Program desa Biaknampe terfokus pada adanya tempat wisata kuliner. Khususnya wisata kuliner kolam air. Dikarenakan adanya kolam ikan yang sudah dua tahun diberdayakan oleh masyarakat untuk tercapainya target desa ini.

Adapun target lain dari desa ini adalah pendidikan sekaligus peningkatan mutu sumber daya manusia di bidang pengajaran dan teknologi digital. Terakhir, efektivitas-optimalisasi BUMDES sebagai penggerak ekonomi masyarakat desa untuk tahun seterusnya. Kabupaten Karo Sumatra Utara