Ahmad Ardian
suntingAhmad Ardian (lahir di Pangkep, Sulawesi Selatan, 13 Maret 1990), merupakan nama pena dari Muhammad Ardi. Puisinya pertama kali diterbitkan di Majalah Sastra Lentera edisi 3 (2013), sebuah majalah lokal di daerahnya. Kemudian ikut tergabung dalam Antologi Puisi Senandung Cinta untuk Ibu 2 (2013).
Ardian lahir dan dibesarkan di Pangkep, terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Sastra UMI pada tahun 2008, dimana ia mulai menggeluti dunia sastra. Setelah mempublikasikan puisi pertamanya pada tahun 2009 di media sosial, Ardian terus menulis. Pusinya menyangkut berbagai tema, mulai dari Kehidupan, kematian, hingga Religius.
Kehidupan
suntingAhmad Ardian dilahirkan di Pangkep, Sulawesi Selatan pada 13 Maret 1990. Ia merupakan anak terakhir dari pasangan H. Syamsul dan (Alm.) Hj. Marwah, keduanya berasal dari kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Ayahnya hanya Petani dan Ibunya seorang Ibu rumah tangga biasa. Sebagai anakBungsu, orang tuanya selalu memanjakannya. Namun, Chairil cenderung seorang ekerja keras; sedikit cerminan dari kepribadian orang tuanya.
Ahmad Ardi mulai mengenyam pendidikan di sekolah dasar (SD) Negeri 8 Bontowa. Ia kemudian meneruskan pendidikannya di SMP Neg. 1 Labakkang. Sejak SMP, Ardian senang menulis lirik dan puisi untuk konsumsi pribadi. Walau pada kenyataannya, tak ada darah seni yang mengalir dari orang tuanya.
Pada usia 12 tahun, Ibunya wafat akibat penyakit diabetes, Ayah Ardian kemudian menikah saat ia masih duduk di bangku kelas 2 SMP. Sejak pernikahan ayahnya, hubungan dengan keluarga almahrum ibunya tidak lagi harmonis hingga ia mengenyam pendidikan strata satu. Ada beberapa puisi yang ia publikasikan di media sosial, sebagai guratan kegundahannya dan carut-marut keluarganya. Puisinya terposting di catatan akun Facebook Lamanya "Aredee Sang Marwah".
Memasuki Tahun 2011, Ia mulai intens menulis puisi dan memublikasikannya di media sosial. Saat itu Ia sedang bekerja di Rumah Bernyayi dengan tetap melanjutkan pendidikannya. Ini juga yang sedikit mempengaruhi isi maupun tema dalam puisinya hingga tahun 2012.
Penyair
suntingNama Ardian pertama kali muncul dalam dunia sastra setelah pemuatan tulisannya di Majalah Lentera Sastra pada tahun 2013, saat itu ia sudah berusia 23 tahun. Hampir semua puisi-puisi yang ia tulis merujuk pada kegundahan hidup. ia pernah mengirimkan puisi-puisinya keharian surat kabar untuk dimuat, Namun, tak pernah mendapat respon. Setelah pertemuannya dengan pihak Majalah Lentera Sastra, ia banyak diperkenalkan dengan penulis, termasuk Budayawan Pangkep, M Farid W Makkulau dan (Alm.) Asdar Muis R.M.S, Wartawan Senior, Penulis dan juga Budayawan Sulawesi Selatan.
Setelah pemuatan pertama karyanya, ia kemudian tergabung dalam Antologi Puisi Menolak Korupsi. Karena banyaknya jumlah penyair, buku itu kemudian di cetak dalam 2 jilid. 3 puisinya masuk di PMK Jilid 2a bersama Asdar Muis R.M.S dan Badaruddin Amir, Penyair Idan Cerpenis Sul-Sel asal Kabupaten Barru. Beberapa Perlombaan dan Seleksi Puisi pernah ia ikuti, walau sering gagal. 1 Puisinya yang berjudul "Waktu" terpilih dan dibukukan dalam Antologi Senandung Cinta untuk Ibu 2 (2013). Kemudian ikut kembali dalam Antologi Puisi Memo untuk Presiden (2014) arahan Sosiawan Leak. Tahun 2015, Ia berencana menerbitkan 1 buku yang memuat puisi-puisinya sejak 2011-2015.
Organisasi Kepemudaan & Sosial
suntingSejak kuliah, Ardian aktif di organisasi daerah, Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa (IPPM) Pangkep Koordinator UMI, yang kini sudah berdiri sendiri dengan nama IPPM Pangkep UMI. Hingga menyelesaikan studinya, ia tidak pernah terlibat di UKM apapun. ini Pula yang menyebabkan Karier Kepenyairannya agak lamban. Setelah merengkuh gelar Sarjana, ia kembali ke kampung halamannya dan Bekerja sebagai tenaga pengajar bahasa inggris di sebuah lembaga kursus. Selain bekerja, Ia juga terlibat dalam pembentukan organisasi Kepemudaan tingkat Kecamatan, Pemuda Labakkang. Kini ia terlibat beberapa kegiatan sosial, salah satunya Kelas Inspirasi yang merupakan bagian dari Indonesia Mengajar.