Sjarif Usman
Kolonel Sjarif Usman (lahir 17 Juni 1919 di Muaro Paneh) adalah pejuang kemerdekaan dan politikus Indonesia pada masa Orde Lama. Ia pernah menjadi anggota DPR-RI periode 1956–1959 dari Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia mewakili daerah Jakarta.[1] Ia juga pernah memimpin Yayasan Ibnu Chaldun yang menaungi Universitas Ibnu Chaldun.[2][3]
Sjarif Usman merupakan perwira militer keluaran Giyugun pada masa pendudukan Jepang di Sumatra Barat.[4] Pada awal kemerdekaan, ia memimpin satuan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Solok. Setelah itu, ia memimpin Resimen I yang berkedudukan di Bukittinggi dan membawahi embat batalyon, yakni Padang Panjang, Bukittinggi, Payakumbuh, dan Pasaman.[5]
Pada masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia, ia memimpin Legiun Sjahid di bawah Tentara Republik Indonesia (TRI) hasil penggabungan satuan lasykar di Sumatra Tengah, tindak lanjut Dekrit Presiden No. 3 Tahun 1947.[6] Ia aktif menuangkan pemikirannya dengan menulis di beberapa majalah Islam, terutama dalam katiannya dengan ketentaraan, seperti dalam majalah Penoentoen Perdjoeangan.[1]
Selepas penyerahan kedaulatan, Sjarif Usman terjun ke dunia politik. Ia bergabung dengan Masyumi dan diserahi tugas memimpin Bagian Penerangan. Ia memimpin majalah bulanan Suara Masyumi.[1] Semasa duduk di DPR-RI, Sjarif menjabat sebagai Ketua Seksi Pertahanan Parlemen.[7] Setelah Masyumi dibubarkan oleh Presiden Soekarno, ia memimpin Panitia Rehabilitasi Masyumi dengan dukungan berbagai organisasi kemayarakatan Islam yang belum berafiliasi kepada sesuatu partai politik.[8]
Kehidupan awal dan pribadi
Setelah mengenyam pendidikan dasar, ia masuk ke Islamic Collage di Padang. Ia melanjutkan studi di Rechtshoogeschool (Sekolah Tinggi Hukum) Batavia dan Jurusan Ekonomi Akademi Nasional.[1]
Mula-mula, ia bekerja sebagai guru Schakelschool dan Sekolah Persatuan Muslim di Jakarta. Setelah itu, ia pulang ke Padang dan menjadi Direktur Sekolah Dagang Menengah Taman Asia.[1]
Salah seroang anaknya yakni Lily Sjarif, penyanyi Minang legendaris yang menjadi istri Gubernur Jambi Abdurrahman Sayoeti.[2]
Karya
- Bahaja Merah di Indonesia (bersama Mohammad Isa Anshary dan Jusuf Wibisono)[9]
- Mengapa rakyat Indonesia mendukung Presiden Suharto?
- Islam Membangun Dunia dengan Peradaban yang Sempurna
- Hendak Kemana Nasionalisme Asia? (dua julid)
Referensi
- ^ a b c d e Hasil Rakjat Memilih Tokoh-tokoh Parlemen (Hasil Pemilihan Umum Pertama - 1955) di Republik Indonesia. C.V Gita. 1956. hlm. 187–188.
- ^ a b Mingguan Djaja. Pembangunan Ibu Kota Djakarta Raya. 1969.
- ^ The World of Learning 1977-78 (dalam bahasa Inggris). Europa. 1977. ISBN 978-0-905118-13-0.
- ^ ""menyerang sebuah batalion Jepang di Payokumbuah" - Penelusuran Google". www.google.com. Diakses tanggal 2023-06-13.
- ^ Zed, Mestika (2001). Ahmad Husein: perlawanan seorang pejuang. Pustaka Sinar Harapan. ISBN 978-979-416-721-2.
- ^ Pejuang kemerdekaan Sumbar-Riau: pengalaman tak terlupakan. Yayasan Pembangunan Pejuang 1945 Sumatra Tengah. 2001.
- ^ Sari, Selly Ratna; Arafah, Elmeizy; Guttifera, Guttifera; Puteri, Rizki Eka Puteri; Sa'adah, Raudhatus (2022-10-13). "Penyuluhan Kelompok Petani dalam Budidaya dan Pengolahan Ikan Lele dengan Cara Pemberian Bumbu Alami di Kabupaten Banyuasin". Jurnal Nusantara Mengabdi. 2 (1): 29–36. doi:10.35912/jnm.v2i1.799. ISSN 2808-6163.
- ^ Hakiem, Lukman. Dari Panggung Sejarah Bangsa: Belajar dari Tokoh dan Peristiwa. Pustaka Al-Kautsar.
- ^ Fauzan, Pepen Irpan (2019-07-01). Negara Pancasila vis-a-vis Negara Islam: Pemikiran Politik M. Natsir dan M. Isa Anshary (1945-1960). STAIPI Garut Press. ISBN 978-623-90066-5-5.