Pondok Pesantren Al-Fatah

sekolah di Indonesia

Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro adalah pondok pesantren yang terletak di Temboro, sebuah desa di Karas, Magetan. Lembaga pendidikan Islam ini dirintis oleh K.H. Shiddiq, kemudian dikembangkan oleh K.H. Mahmud Kholid Umar dan K.H. Ahmad Shodiq, dua tokoh Nahdlatul Ulama di Magetan. Dalam perkembangannya, Pondok Pesantren Al-Fatah lebih dikenal sebagai salah satu pusat Jamaah Tabligh di Asia Tenggara.

Pondok Pesantren Al-Fatah
Alamat
Desa Temboro, Kecamatan Karas

,

63395
Koordinat7°35′17″S 111°23′47″E / 7.587938°S 111.396438°E / -7.587938; 111.396438
Telepon/Faks.+62 351 864555
Situs webPP Al-Fatah Temboro
Informasi
JenisPondok pesantren
AfiliasiJamaah Tabligh
Didirikan
  • 1912 (halakah)
  • 1950 (pesantren)
Pendiri
Pengasuh
Kalender akademisMiladiyah
Jumlah santri±30.000
Lain-lain
Moto

Sejarah

Pendirian pesantren

Pondok Pesantren Al-Fatah pertama kali muncul sebagai halakah pengajian di bawah pimpinan K.H. Shiddiq pada 1912. Halakah tersebut bertahan sampai wafatnya Kiai Shiddiq pada 1950. Tampuk kepemimpinan diserahkan kepada anaknya, K.H. Mahmud Kholid Umar dengan K.H. Ahmad Shodiq sebagai wakilnya. Pada tahun yang sama, Kiai Mahmud dan Kiai Ahmad mengubah halakah pengajian tersebut menjadi pesantren salaf. Di luar pesantren, Kiai Shiddiq, Kiai Mahmud, dan Kiai Ahmad berperan dalam pembentukan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Magetan dengan Kiai Mahmud sebagai Rais Syuriah pertama.[1][2]

Di bawah pimpinan Kiai Mahmud, beberapa pembaruan sistem pendidikan mulai diterapkan di Al-Fatah. Madrasah ibtidaiyah (MI) didirikan pada 1965, kemudian disusul dengan pembukaan pendidikan guru agama (PGA) pada 1967. PGA tersebut dipecah menjadi madrasah tsanawiyah (MTs) dan madrasah aliyah (MA) pada 1985.[1]

Hubungan dengan Jamaah Tabligh

Jamaah Tabligh (JT) masuk ke Temboro pada 1984 oleh rombongan yang dipimpin oleh Profesor Abdus Sobur. Pada tahun yang sama, K.H. Noor Thohir, menantu Kiai Mahmud yang sebelumnya belajar di Arab Saudi, menghadiri ijtima' JT di Lahore, Pakistan. Dua tahun kemudian, K.H. Uzairon Thoifur Abdillah yang merupakan putra Kiai Mahmud bergabung dengan JT ketika masih belajar di Mesir.[1]

Setelah pulang ke Temboro pada 1987, Kiai Uzairon membentuk kelompok-kelompok khuruj yang terdiri dari para santri senior Al-Fatah untuk berdakwah ke tiap rumah di sekitar pondok. Sejak kegitan tersebut, gerakan JT di Temboro menjadi lebih intensif. Keberadaan JT yang terbilang baru di Magetan memunculkan isu-isu tak sedap mengenai Al-Fatah. Pada September 1989, Kiai Uzairon yang waktu itu menjabat sebagai Rais Syuriah NU Magetan memutuskan untuk keluar dari kepengurusan NU Magetan setelah melalui sidang yang diadakan oleh PCNU Magetan.[1][2][3]

Kiai Uzairon menggantikan ayahnya yang wafat pada 1996 sebagai pengasuh pesantren. Pada 2000, markas dakwah baru mulai dibangun di Trangkil untuk menampung santri dan rombongan JT yang jumlahnya semakin bertambah.[1] Besarnya pengaruh Al-Fatah dan JT di Temboro menjadikan desa tersebut memperoleh julukan Kampung Madinah.[4]

K.H. Uzairon Thoifur Abdillah wafat pada 2014. Pengurusan Al-Fatah diteruskan oleh dua adiknya, K.H. Ubaidillah Ahror dan K.H. Umar Fatahillah.[5]

Pendidikan

Corak keagamaan

Pondok Pesantren Al-Fatah secara umum tidak begitu berbeda dengan pondok pesantren NU di tempat lain dalam tradisi keagamaan. Pondok Pesantren Temboro mengikuti Syafiiyah dalam fikih, Asy'ariyah dalam akidah, dan Naqsyabandiyah dalam tarekat.[2] Pembeda utama Al-Fatah dengan pondok pesantren lain terletak pada keterikatannya yang kuat dengan Jamaah Tabligh. Kitab-kitab karangan Maulana Muhammad Zakaria al-Kandhlawi dan Maulana Muhammad Yusuf al-Kandhlawi menjadi bahan ajar selain kitab-kitab kuning yang umum dipelajari di pondok.[6] Para santri dan lulusan Temboro melakukan khuruj sebagaimana yang dilakukan anggota JT di tempat lainnya.[1]

Jenjang dan pondok

Pendidikan di Temboro yang paling dikenal ialah madrasah diniyah dengan masa belajar 10 tahun.[7] Selain madrasah diniyah, Al-Fatah juga memiliki madrasah tahfiz Quran, daurah hadis, RA, MI, MTs, dan MA.[6] Jumlah santri Temboro sampai 2021 ialah sekitar 22.000 orang dengan sekitar 1.000 santri berasal dari luar Indonesia.[4]

Al-Fatah Temboro terbagi atas tiga pondok, yakni Pondok Pusat, Pondok Utara, dan Trangkil Darussalam. Pondok putri dipusatkan di Trangkil Darussalam. Di luar Temboro, Al-Fatah memiliki 130 pondok cabang di Indonesia dan 4 pondok cabang di Malaysia.[4]

Rujukan

  1. ^ a b c d e f Yusuf, Mohammad (2019). Jamaah Tabligh Temboro, Magetan: Studi Gerakan Sosial Lokal Berorientasi Nilai. Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel. 
  2. ^ a b c "Mengenal Kiai H. Uzairon Thaifur Abdillah, Kiai Tablig Nusantara". Ulama Nusantara Center. 3 Juni 2020. Diakses tanggal 23 April 2022. 
  3. ^ "Meraksasa karena Tabligh (2)". Media Indonesia. 23 Juli 2019. Diakses tanggal 23 April 2022. 
  4. ^ a b c "Mengenal Kampung Madinah dan Pondok Pesantren Al Fatah Temboro". Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Magetan. 5 Juni 2021. Diakses tanggal 23 April 2022. 
  5. ^ Sukardi (21 Juli 2019). "Melihat keharmonisan Kampung Madinah di Temboro Magetan". ANTARA News. Diakses tanggal 23 April 2022. 
  6. ^ a b "Profil Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro". Iqra. 10 November 2021. Diakses tanggal 23 April 2022. 
  7. ^ "Di Ponpes Al Fatah Temboro, 30 Juz Al Qur'an Dikhatamkan dalam 20 Raka'at Tarawih plus 3 Raka'at Witir". Radio Republik Indonesia. 23 Mei 2018. Diakses tanggal 23 April 2022. [pranala nonaktif permanen]

Pranala luar