Perubahan sosial dalam sebuah masyarakat pasti akan selalu terjadi, karena perubahan sosial sendiri merupakan sebuah proses yang selalu melekat dalam perkembangan masyarakat yang semakin modern. Berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan di masyarakat terutama masyarakat pedesaan. Keadaan ini mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat terutama pada kehidupan sosial ekonomi yang mengalami perubahan dan peningkatan. Bentuk perubahan yang terjadi di masyarakat pedesaan adalah diferensiasi sosial. Konsep diferensiasi sosial lebih menekankan pada adanya sejumlah kedudukan dan peranan yang berbeda dalam masyarakat yang memberikan kemampuan mengakses sumber daya (kekayaan, kekuasaan, kehormatan, dll) secara berbeda-beda Calhoun (1994) dalam Kolopaking (2003). Diferensiasi merujuk pada proses dimana seperangkat aktivitas sosial yang dibentuk oleh sebuah institusi sosial terbagi di antara institusi sosial yang berbeda-beda. Diferensiasi sosial juga menggambarkan terjadinya peningkatan spesialisasi bagian-bagian masyarakat yang diikuti terjadinya peningkatan heterogenitas di dalam masyarakat desa. Setiap manusia selalu mengalami perubahan. Siklus perubahan yang dialami manusia dimulai sejak lahir, bayi, anak-anak, remaja, dewasa, tua, dan mati. Perubahan terjadi pada setiap individu dalam lingkungan masyarakat, dan masing-masing individu juga sekaligus menjadi unsur dari sistem sosial dalam masyarakat tersebut. Sebagaimana konsep kebudayaan sebagai hasil cipta, rasa, dan karsa manusia, maka kebudayaan dapat dibedakan menjadi dua hal, yaitu kebudayaan materiil dan immateriil. Demikian pula perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat juga dapat dikategorikan menjadi perubahan yang bersifat materiil dan immateriil. Perubahan yang menyangkut manusia dan masyarakat inilah yang dinamakan perubahan sosial. Segala hal yang berkaitan dengan kehidupan pasti mengalami perubahan, artinya bahwa perubahan terjadi karena adanya kehidupan. Tanpa kehidupan, maka tidak akan terjadi perubahan. Setiap masyarakat dengan sendirinya pasti mengalami perubahan. Kita dapat mengamati perubahan yang terjadi di lingkungan sosial kita, dari keluarga, kampung, desa, kecamatan, kabupaten, dan seterusnya. Perubahan dalam masyarakat dapat berupa perubahan nilai-nilai sosial, norma-norma, pola perilaku, organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan sosial, kekuasaan, dan sebagainya. Perubahan pada zaman modern seperti sekarang ini cenderung lebih cepat daripada zaman tradisional. Salah satu penyebabnya adalah dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Perubahan sosial bergerak ke dua arah, yaitu ke arah yang positif dan ke arah yang negatif. Perubahan ke arah positif dinamakan perkembangan atau dinamika. Sedangkan perubahan ke arah yang negatif terdapat banyak istilah seperti halnya degradasi, kemunduran, dan lain sebagainya. Setiap perubahan sosial baik yang positif maupun negatif membawa akibat atau dampak bagi masyarakat. Dampak dari suatu perubahan pada umumnya berlangsung lama meskipun penyebabnya sederhana saja. Dengan demikian, sebagai individu dan anggota masyarakat kita harus menyadari arti penting perubahan, dan memaknainya untuk kelangsungan hidup yang lebih baik. Ini berarti perubahan yang diharapkan adalah perubahan ke arah positif atau berupa perkembangan.

Kemajuan pembangunan di berbagai sektor telah menyebabkan tingginya partisipasi pendidikan dan kemajuan teknologi. Tingginya tingkat pendidikan mempengaruhi tingkat ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Ini merupakan contoh perubahan yang berdampak positif. Kemajuan positif tersebut di sisi lain dapat menyebabkan perubahan negatif.

Kamuflase militer

Dalam peperangan pada masa lampau kamuflase tidak banyak digunakan. Pasukan-pasukan pada abad ke-19 cenderung mengenakan warna-warna yang cerah dan berani, serta rancangan-rancangan yang mencolok. Semua ini dimaksudkan untuk membuat lawan kecil hati, meruntuhkan mental dan nyali, menarik rekrut, memperkuat ikatan dalam kesatuan atau mempermudah identifikasi satuan dalam kabut perang.

Satuan-satuan perintis yang lebih kecil dan tidak reguler pada abad ke-18 adalah orang-orang pertama yang mengadopsi warna-warna hijau dan coklat pucat. Pasukan-pasukan besar mempertahankan warnanya hingga akhirnya diyakinkan untuk menggantinya. Setelah menderita banyak korban, tentara Britania di India pada 1857 mencelup warna celana mereka yang merah menjadi warna-warna netral, mulanya dengan warna lumpur yang disebut khaki (dari bahasa Urdu yang berarti 'berdebu'). Ini hanyalah upaya sementara, dan baru menjadi standar di kalangan dinas militer di India pada tahun 1880-an. Tapi baru setelah Perang Boer Kedua pada 1802, seragam seluruh tentara Britania distandarkan dengan warna ini untuk seragam tempur mereka.

Amerika Serikat segera mengikuti Britania, mengadopsi warna khaki pada tahun yang sama. Rusia mengikutinya, sebagian, pada 1908. Tentara Italia menggunakan grigio-verde ("kelabu-hijau") di Pegunungan Alpen dari 1906 dan seluruh tentara pada 1909. Jerman mengadopsi warna feldgrau ("kelabu lapangan") pada 1910.

Tentara-tentara lainnya tetap mempertahankan warna-warna yang lebih cerah. Pada permulaan Perang Dunia I Prancis mengalami kekalahan besar karena pasukan-pasukannya mengenakan celana merah (garance) sebagai seragam mereka. Ini diubah pada awal 1915, sebagian karena korban yang jatuh dan sebagian lagi karena warna merah diproduksi di Jerman. Tentara Prancis juga mengadopsi jaket dengan warna baru "biru cakrawala". Tentara Belgia mulai menggunakan seragam khaki pada 1915.


Referensi

Pranala luar