Kesultanan Limboto
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. (Juli 2023) |
Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
|
Kesultanan Limboto yang mulanya disebut juga sebagai Kerajaan Limboto (Bahasa Gorontalo: Pohala'a Limutu) merupakan salah satu Kerajaan tertua di Semenanjung Utara Pulau Sulawesi, Indonesia.[1]
Kesultanan Limboto ليموت Pohala'a Limutu Kerajaan Limboto | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1330–1863 | |||||||||
Bahasa yang umum digunakan | Bahasa Gorontalo | ||||||||
Agama | Sunni Islam | ||||||||
Pemerintahan | Monarki Konstitusional | ||||||||
Raja/Sultan | |||||||||
• 1330 - 1340 | Olongia Mainua (Raja Mainua) | ||||||||
• 1340 - 1360 | Olongia Tolangohula (Ratu Tolangohula) bergelar "Mbu'i Bungale" | ||||||||
• 1671 - 1673 | Sultan Ilato bergelar "Ju Panggola" | ||||||||
Sejarah | |||||||||
• Didirikan | 1330 | ||||||||
• Wilayah Jajahan Hindia Belanda | 1863 | ||||||||
| |||||||||
Kesultanan Limutu merupakan Kesultanan kembar dengan Kesultanan Gorontalo yang terikat dalam perjanjian perserikatan dua Kesultanan bersaudara yang berbagi pengaruh hingga ke seantero Kawasan Teluk Tomini dan semenanjung utara Sulawesi.
Pada awalnya, Kerajaan Limboto terbentuk terlebih dahulu dibandingkan Kesultanan Gorontalo, yaitu pada tahun 1330. Luas wilayah Kesultanan Limboto meliputi tengah semenanjung Gorontalo hingga ke bagian utara (kini bagian dari Kabupaten Gorontalo Utara).
Kesultanan Limboto bersama dengan Kesultanan Gorontalo turut menjadi pusat penyebaran islam dan perdagangan yang paling disegani dan berpengaruh.
Ibukota Kesultanan
Dalam catatan hikayat leluhur Gorontalo, ibukota Kesultanan Limboto awalnya berada di Tomilito, kemudian berpindah ke Bongo. Terakhir, ibukota Kesultanan berpindah ke wilayah Hunggaluwa (kini bagian dari Kabupaten Gorontalo).
Berpindah-pindahnya lokasi ibukota Kesultanan ini biasanya mengikuti domisili Sultan atau Raja yang terpilih. Reruntuhan Istana Kesultanan Limboto sendiri dipastikan telah hancur karena kondisi alam atau ditinggalkan saat penjajah Belanda datang ke tanah Gorontalo. Saat ini, replika Istana Kesultanan Limboto dapat dijumpai di pusat Kota Limboto yang dikenal dengan nama Bantayo Po Boide.
Terbentuknya Kerajaan Limboto
Menurut hikayat leluhur terdahulu, wilayah Limutu (kini Limboto) diduduki oleh lima suku bangsa atau Pohala'a (ikatan kekeluargaan) yang masing-masing mempunyai Olongia atau Raja sendiri-sendiri. Pohala'a yang telah bermukim di Limutu saat itu adalah:
- Lumohedaa dengan Raja Mainua
- Dunggala dengan Raja Jilobua
- Tomilito dengan Raja Hemuto
- Hungayo dengan Raja Wonggodu
- Dunito dengan Raja Talango atau Tilango
Kerajaan-Kerajaan kecil atau Pohala'a inilah yang kemudian membentuk Kerajaan Limutu pada tahun 1330 dengan Raja pertamanya bernama Mainua.[2]
Referensi
- ^ Bagtayan, Z.A (2021). "Cerita Rakyat Gorontalo Janjia Lo U Duluwo". 7. Ideas: Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Budaya: 331-338. ISSN 2656-940X. Diakses tanggal 2023-07-07.
- ^ Yunginger, E., 2007. Cerita Rakyat Gorontalo. Pusat Bahasa.