Fabula dan sjužet

Revisi sejak 17 Juli 2023 09.25 oleh InternetArchiveBot (bicara | kontrib) (Rescuing 3 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.5)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)


Fabula dan sjužet pertama kali dikembangkan oleh salah satu ahli formalisme Rusia, Victor Shlovsky. Fabula merupakan dasar cerita secara kronologis dan logis, sedangkan sjuzet adalah sarana atau jalan yang digunakan untuk mewujudkan suatu jalan cerita.[1] Konsep fabula dan sjuzet pertama kali diperkenalkan oleh kelompok formalisme Rusia, terutama oleh Victor Shlovsky.

Sejarah

sunting

Formalisme Rusia adalah nama sebuah kelompok yang mengembangkan metode formal. Kelompok ini muncul di Rusia yang kelahirannya dimulai oleh esai yang ditulis oleh Victor Shlovsky yang diterbitkan oleh Piter di St. Petersburg pada tahun 1914.

Formalisme Rusia muncul sebagai reaksi terhadap aliran kritik sastra yang berlaku di Rusia saat itu, yang mana lebih mementingkan isi dan ciri sosial sebuah karya sastra. Sedangkan formalisme Rusia lebih mementingkan pola bunyi dan juga tata bahasa.

Para ahli meyakini bahwa studi seperti itu sangat mungkin dan memang pantas dilakukan. Ahli formalis yakin bahwa studi mereka akan membawa pembaca untuk meningkatkan kemampuan membaca mereka dalam hal teks-teks sastra menjadi lebih tepat. Untuk itulah, kajian ini muncul dengan mengkaji teks sastra dengan kaitan struktur bahasanya.[1][2]

Kaum formalis awalnya bertujuan untuk menjadikan ilmu sastra berdiri sendiri dari ilmu-ilmu lain. Oleh sebab itu, mereka mencari ciri khas yang membedakan sastra dari ungkapan bahasa lain, yaitu puisi bukanlah imaji atau emosi, melainkan kata-kata. Menurut mereka, teks karya sastra adalah fakta yang terdiri atas kata-kata dan terlepas dari cerminan masyarakat. Mereka beranggapan bahwa teks karya sastra adalah objek tersendiri yang dikaji secara khusus.[2]

Konsep ‘defamilarisasi’ dan ‘deotomatisasi’ digunakan kaum formalis untuk melepaskan karya sastra dari kehidupan sehari-hari. Dalam artian, pandangan mengenai hal-hal sehari-hari dalam karya sastra akan disajikan dengan pandangan yang baru. Hal ini bertujuan agar pembaca tertarik dengan bentuk dan menyadari apa yang ada di sekelilingnya.[3]

Konsep

sunting

Perbedaan antara ‘cerita’ dan ‘alur’ diberi tempat penting dalam teori naratif kaum formalis Rusia. Kaum formalis menekankan bahwa hanya ‘alur’ (sjuzet) sebenarnya bersifat kesastraan, sedangkan ‘cerita’ (fabula) hanya sebagai awalan yang akan diolah oleh pengarang. Sjuzet bukan hanya rangkaian cerita, tetapi juga sebagai sarana yang digunakan untuk menyela dan menunda penceritaan, dan juga untuk menarik perhatian pembaca terhadap prosa tersebut. Penyusunan sjuzet dilandasi oleh pandangan defamiliarisasi, yang mana mereka menolak memandang peristiwa-peristiwa sebagai hal yang khas dan sudah lazim.[2]

Fabula didefinisikan sebagai deskripsi dari sebuah rangkaian peristiwa yang urut dan terdapat relasi kausal di dalamnya. Konsep fabula tersebut digunakan sebagai kebalikan dari konsep sjuzet yang kebanyakan diterjemahkan sebagai ‘plot’ atau ‘strukturnaratif’. Menurut kaum formalis, ‘alur’ (sjuzet) berkaitan dengan cara penyajian makna dalam teks tertentu, sedangkan ‘cerita’ (fabula) berkaitan dengan formasi plot.[2]

Yang membedakan genre dalam karya sastra bukanlah sifat gaya yang khas, tetapi pertentangan yang mempengaruhi genre sastra tersebut. Pertentangan yang terdapat di dalam prosa adalah antara unsur fabula dan unsur sjuzet. Fabula merujuk kepada urutan peristiwa menurut waktu, sedangkan sjuzet menurut tertib. Sjuzet mewujudkan kesan defamiliarisasi terhadap fabula, karena ciri gaya khas sjuzet tidak diciptakan sebagai alat untuk menyampaikan fabula.[1]

Menurut ahli formalis, sjuzet di dalam karya sastra merupakan defamiliarisasi dari fabula. Defamiliarisasi (penganehan, pengasinan) adalah konsep tentang proses dalam munculnya karya sastra yang merupakan perbedaan maupun pertentangan dengan realitas sehari-hari yang bersifat fakta dan objektif menjadi sesuatu yang luar biasa adanya.[1]

Defamiliarisasi itu ada dalam teks sastra berupa sjuzet. Menurut Victor Shlovsky, sjuzet tidak hanya terbatas pada susunan peristiwa-peristiwa cerita, tetapi juga pada semua sarana atau alternatif yang dipergunakan untuk menyela dan menunda penceritaan, digresi-digresi, permainan-permainan tipografis, pemindahan bagian-bagian buku (kata pengantar, persembahan, dan sebagainya), serta yang digunakan sebagai penarik perhatian pembaca terhadap suatu karya sastra prosa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sjuzet berisi mengenai seluruh teknik penceritaan yang merupakan perwujudan dari konsep demafiliarisasi.[1]

Fabula merupakan 'cerita' yang difamiliarisasi di dalam sjuzet tentunya tidak bisa langsung muncul, hal ini tentunya disebabkan oleh hal-hal tertentu. Salah satu hal yang dapat menjadi penyebab munculnya fabula adalah peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari (fakta). hal tersebut berarti fakta atau peristiwa dari kehidupan sehari-hari bisa menjadi salah satu sebab munculnya fabula dalam suatu karya sastra.[2]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e Saleh, Fatulloh (2014-01-29). "Teori Formalisme–Balaghah". Buletin Al-Turas (dalam bahasa Inggris). 20 (1): 147–158. doi:10.15408/bat.v20i1.3753. ISSN 2579-5848. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-12-05. Diakses tanggal 2022-12-05. 
  2. ^ a b c d e Rokhmansyah, Alfian (2017-02-24). "ORDE BARU SEBAGAI LANDASAN FABULA DALAM NOVEL ENTROK KARYA OKKY MADASARI: KAJIAN FORMALISME RUSIA". CaLLs (Journal of Culture, Arts, Literature, and Linguistics). 1 (1): 39–51. doi:10.30872/calls.v1i1.708. ISSN 2549-7707. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-12-05. Diakses tanggal 2022-12-05. 
  3. ^ Pelita, Kurikulum. "4Abstrak Formalisme". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-12-05. Diakses tanggal 2022-12-05.