Suku Siger

perhiasan kepala asal pulau Sumatera yang umumnya dikenakan oleh etnis (Pepadun, Saibatin–Lampung)
Revisi sejak 21 Juli 2023 16.51 oleh 140.213.233.194 (bicara) (Perbaikan penulisan)

Siger merupakan perhiasan kepala khas Indonesia (yang lazimnya dikenakan oleh wanita) yang umumnya dibuat dari bahan logam (emas, perak, tembaga, kuningan, dsb), berbentuk melekuk dan terkadang menyerupai fauna (terutama kerbau dan burung), dan terkadang dihiasi dengan batu permata.[1]

Berkas:Saibatin dan Pepadun.jpg
Siger khas masyarakat etnis Lampung
Salah satu tipe siger khas masyarakat etnis Jawa
Siger khas masyarakat etnis Sunda
Representasi siger dalam wayang golek

Terminologi

Istilah "siger" merujuk kepada siger yang 'mengurung' kepala, yang menekankan kepada 'pengurungan' hawa nafsu duniawi (yang dimanifestasikan melalui pernikahan),[2]:57-73 jadi secara umum siger dapat dimaknai sebagai simbolisasi untuk 'mengurung' atau mencegah hawa nafsu seksual sembarangan (melalui perkawinan yang sah).[3]:106-116

Segala pengistilahan siger ini kemudian dibawa dan diperkenalkan oleh masyarakat Banten ke daerah sekitarnya di Selat Sunda (utamanya Lampung) yang kemudian dikenali oleh masyarakat etnis Lampung sebagai sigekh ataupun sigeh[4][5] dalam bahasa Lampung dan juga oleh masyarakat etnis Abung dikenali sebagai   (sigokh) dalam bahasa Abung;[6] .

Signifikansi

Secara umum, siger dikenakan dalam berbagai acara sakral yang menonjolkan segi kebudayaan, salah satunya yakni lazim digunakan dalam pertunjukan kebudayaan dan prosesi seremonial pernikahan.

Etnis Bali

 
Penari Bali mengenakan siger

Pada masyarakat etnis Bali, siger umumnya digunakan dalam pertunjukan tari-tarian, salah satunya yakni siger yang digunakan dalam tari Manuk Rawa yang memiliki karakteristik siger berbentuk burung air.

Etnis Basemah

 
Para wanita Basemah mengenakan siger untuk penampilan tari Kebagh di Pagar Alam

Walaupun siger bukanlah merupakan bagian yang cukup signifikan dalam kebudayaan Basemah, akan tetapi siger (yang diadaptasi dari jenis siger khas Lampung) biasanya dikenakan pada pertunjukan tari Kebagh yang merupakan tarian khas Basemah dari daerah Pagar Alam.

Etnis Jawa

 
Penggambaran penari Srimpi oleh Tyra Kleen dalam bukunya berjudul Het Serimpi Boek yang mengisahkan perjalanan studi antropologinya tentang tarian ritual keraton Surakarta pada tahun 1920-an

Pada masyarakat etnis Jawa, siger biasanya digunakan dalam pertunjukan kebudayaan (salah satunya dalam bentuk tarian) yang umumnya ditampilkan di wilayah atau kawasan keraton dan sekitarnya. Selain itu, siger juga kerap digunakan dalam adat maupun ritus pernikahan khas Jawa Timur; diantaranya adalah adat Malang Keprabon,[7] Malang Keputren,[8] Sidoarjo Putri Jenggolo,[9] Blitar Kartika Rukmi, Blitar Kresnayana, dan lain sebagainya.[10] Dalam bahasa Jawa dialek timur, istilah siger (atau terkadang juga dieja sebagai singker ataupun singkar) juga memiliki sinonim; diantaranya yakni jamang (ꦗꦩꦁ​) ataupun jamaus (ꦗꦩꦲꦸꦱ꧀).[11]

Etnis Lampung

 
Pertunjukan tari Melinting, tarian khas Lampung yang menggunakan salah satu jenis siger yakni Sigekh Melinting

Pada masyarakat etnis Lampung, siger umumnya hanya ditemui dalam masyarakat yang beradat pepadun dan saibatin, siger yang digunakan berjumlah sembilan lekuk atau biasa disebut sigekh lekuk siwo. Siger pada masyarakat pepadun melambangkan sembilan marga yang terdapat pada abung (Abung Siwo Megou). Sementara, pada masyarakat Lampung yang beradat saibatin jumlah lekuknya ada tujuh atau disebut dengan sigokh lekuk pitu. Lekukan yang berjumlah tujuh ini merupakan perlambang dari tujuh gelar (adok) dalam masyarakat saibatin.[12]

Simbol Lambang Lampung siger bisa ditemukan di hampir semua tempat di provinsi ini, termasuk di daerah-daerah kantong transmigrasi, sebagai lambang keagungan budaya.

Etnis Sunda

 
Mempelai wanita Sunda mengenakan siger

Siger memiliki peranan sangat penting bagi masyarakat etnis Sunda, utamanya dalam ritus pernikahan. Pakaian adat tradisional Sunda secara umum dikarakterisasi dengan penggunaan siger bagi kaum wanita, yang mana hal tersebut mengindikasikan bahwa siger sejak masa kuno telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kebudayaan Sunda (salah satunya dalam bidang kosmetologi).[13]

Referensi

  1. ^ Wibisana, Wahyu (1986). Arti Perlambang Dan Fungsi Tata Rias Pengantin Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Budaya Daerah Jawa Barat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. 
  2. ^ Djunatan, Stephanus (2009). "The Nuance of Affirmation: The Epistemological Foundation of Sundanese Wisdom" [Nuansa Penegasan: Landasan Epistemologi Kearifan Sunda] (dalam bahasa Inggris and Bahasa Indonesia). 25 (1). The term siger tengah, or 'comprehensive awareness', is the third feature, which maintains both sides and simultaneously causes them to correlate. 
  3. ^ Sumardjo, Jakob (2018). "Revitalisasi Kearifan Lokal Sunda". Jurnal Budaya Nusantara (dalam bahasa Inggris and Bahasa Indonesia). 1 (2). 
  4. ^ "Sigeh Pengunten - Pringsewu". Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2015. 
  5. ^ "Sigeh Penguten". Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2014. 
  6. ^ Handirzon, Mirzon (2017). "Makna Filosofis Sigokh Pada Masyarakat Adat Lampung Saibatin (Studi Pada Marga Pugung Penengahan Kecamatan Lemong Kabupaten Pesisir Barat)". Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung. 
  7. ^ "Pakaian Pengantin Malang Keprabon". kebudayaan.kemdikbud.go.id. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2016. 
  8. ^ "Keanggunan Dalam Busana Pengantin Malang Keputren". kebudayaan.kemdikbud.go.id. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2016. 
  9. ^ "Pengantin Putri Jenggolo, Tatacara Perkawinan di Sidoarjo". kebudayaan.kemdikbud.go.id. Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan Republik Indonesia. 2019. 
  10. ^ "Jarang Terekspos, 6 Riasan Pengantin Adat Jawa Timur Ini Keren Parah". idntimes.com. Jawa Timur: IDN TIMES. 2020. 
  11. ^ "Adat Kemanten Malang". jawatimuran.disperpusip.jatimprov.go.id. Malang: Dinas Perpustakaan & Kearsipan Jawa Timur. 2012. 
  12. ^ Ciciria, Deri (2015-09-03). "Siger Sebagai Wujud Seni Budaya Pada Masyarakat Multietnik di Provinsi Lampung". Panggung. 25 (2). doi:10.26742/panggung.v25i2.8. ISSN 2502-3640. 
  13. ^ "Sundanese Bridal Makeup Guideline in Art Education Perspective" [Tata Rias Pengantin Sunda Dalam Perspektif Pendidikan Seni]. International Conference on Local Wisdom-2019 (dalam bahasa Inggris). 2019. 

Catatan

Pranala luar