Kerusuhan Anti Tionghoa di Bandung 1963

Revisi sejak 23 Juli 2023 05.25 oleh Renaldo97 (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi '{{inuse}} '''Kerusuhan Anti Tionghoa di Bandung 1963''' adalah peristiwa kerusuhan yang terjadi pada 10 Mei 1963 di Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Kerusuhan ini dipicu oleh keributan antara mahasiswa pribumi dan non-pribumi di kampus Institut Teknologi Bandung. == Kronologi == Pada 10 Mei 1963, lebih dari 200 mobil dan sepeda motor dirusak dan dibakar oleh para pemuda. Di kalangan mahasiswa [[ITB], muncul ketegangan antara pemuda "as...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Kerusuhan Anti Tionghoa di Bandung 1963 adalah peristiwa kerusuhan yang terjadi pada 10 Mei 1963 di Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Kerusuhan ini dipicu oleh keributan antara mahasiswa pribumi dan non-pribumi di kampus Institut Teknologi Bandung.

Kronologi

Pada 10 Mei 1963, lebih dari 200 mobil dan sepeda motor dirusak dan dibakar oleh para pemuda. Di kalangan mahasiswa [[ITB], muncul ketegangan antara pemuda "asli" dan pemuda "warga keturunan Tionghoa".

Konflik di ITB bermula dari ketegangan antar geng yang terjadi antar mahasiswa di Kampus Ganesha. Di kampus ini, pergantian jam kuliah biasa juga berganti ruang kelas karena menyesuaikan lokasi perkuliahan. Pada pergantian ruang kelas, terjadi perebutan kursi yang paling nyaman untuk mendengar kuliah dosen. Jika terlambat mem-booking kursi, maka dipastikan tidak akan mendapat tempat yang nyaman, akibatnya proses kuliah akan terganggu. Pada lomba perebutan kursi ini, mahasiswa Tionghoa lebih cepat bergerak karena mereka memiliki sepeda motor, sesuatu yang istimewa pada saat itu. Akibatnya, terjadi kecemburuan sosial yang mengakar menjadi sentimen etnis.

Kemudian, para mahasiswa pribumi menggalang kekuatan untuk memberi pelajaran kepada mahasiswa Tionghoa.

Akibat

Akibat dari kerusuhan tersebut, seperti yang diakui oleh Menteri / Kepala Staf Angkatan Kepolisian Negara Soekarno Djojonegoro dalam surat kabar, rumah dan toko-toko di bagian-bagian Jalan Asia Afrika, Jalan Braga, dan Jalan Otto Iskandardinata, serta Pasar Baru mendapat kerusakan.

Referensi

  • Aziz, Munawir. 2021. Bapak Tionghoa Nusantara: Gus Dur, Politik Minoritas, dan Strategi Kebudayaan. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara