Kepaksian Sekala Brak

kerajaan di Asia Tenggara
Revisi sejak 2 Agustus 2023 14.31 oleh Mexjhon (bicara | kontrib) (Pranala)


Kepaksian Sekala Brak adalah kerajaan bercorak Islam di wilayah Lampung sekarang yang berdiri sekitar abad ke-13.[1][2]

Istana kerajaan, Gedung Dalom, yakni pusat pemerintahan tradisional sebagai keraton kepaksian yang terletak disebelah barat jalan lintas [[[Pekon Balak, Batu Brak, Lampung Barat]]], Provinsi Lampung, Indonesia[3]

Sejarah

Dahulu penduduk Lampung awalnya beragama Animisme yang diperkirakan telah ada pada sebelum abad ke-3—abad ke 7 yang didirikan oleh Suku Tumi. Pada tahun 1883 M, terjadi ledakan besar Gunung Krakatau letusan paling mematikan dalam peradaman dunia [4]. Pada saat itu terjadi langit yang gelap, suhu lingkungan menurun dan terbentuknya selat Sunda, Indonesia.

  • Pada abad ke 7, daerah ini pernah di perintah oleh Sriwijaya dibuktikan dengan adanya prasasti hujung langit Sriwijaya yang ditemukan di Lampung Barat.
  • Pada abad ke 12, sebagian wilayah Ini kerajaan melayu di Darmasraya di pulau Sumatra, dikuasai Singosari, dengan adanya Ekspedisi Pamalayu.[5]
  • Pada abad ke 12-13, kerajaan ini mulai mengadopsi agama Islam yang dibawa oleh empat utusan Kerajaan Pagaruyung.[6] lalu Mendirikan Kepaksian Sekala Brak, dan akhirnya terbagi menjadi 4 wilayah kepaksian.
  • Pada abad ke 19, wilayah ini ditaklukkan oleh VOC.

Aksi Sekala Brak masih mewariskan keturunan hingga saat ini melestarikan adat dan budaya Sekala Brak. [7].

Royal palace

Bangunan fisik keraton kepaksian saat ini terbuat dari kayu dan selesai direnovasi pada tahun 1899-1900 Masehi[8]. Bangunan kerajaan berbentuk persegi panjang, ditopang oleh 36 tiang kayu besar, satu lengan manusia dewasa, bentuk luar bubungan atap menuju satu titik disebut Kawik Buttokh, lambang istana kerajaan dan lambang keesaan Allah SWT, tangga depan terletak ditengah bangunan, menandakan bangunan ini adalah istana sultan, ornamen empat garpu yang terpasang disudut luar dan di depan tangga, dengan segala macam ukiran 4, melambangkan keberadaan kepaksian sekala brak, menandakan tingkat peradaban yang tinggi[8]. Bangunan penunjang disebelah barat yakni lamban bandung dan lamban kagungan, sebelah timur yaitu anjungan dalom dan lamban kekhatuan, sebelah utara ialah lamban pakuon dan lamban akad jaman, sebalah selatan Jengan nyunjong[8]. Luas gedung keraton 10.000 metewr persegi, taman dipergunakan untuk upacara adat seperti tayuh bimbang paksi kerajaan, budaya sekura cakak buah, upacara penyambutan tamu kehormatan kepaksian, malaman pitu likukh, upacara pengukuhan, bedu'a buka[8]. Sat Dalom terletak disebelah kanan gedung dalom kerajaan tempat peristirahatan bagi para sultan dan keluarga saat berada di luar istana utama[8][9].

Kaputren

Ruangan tamu kediaman istana kerajaan, tempat-tempat peristirahatan wanita dan putri sultan ini memiliki luas bangunan 8x20 meter terahir direnovasi tahun 1991, ruang atas di belakang berukuran 10x20 meter tempat tinggal putri sultan pangeran pendahulu[10]

Pancuran Tujuh

Salui pitu merupakan peninggalan raja dan sultan di gedung dalom, sama seperti sumur tujuh di puncak gunung pesagi, Awalnya kerajaan dipimpin oleh seorang raja kepada sultan kepaksian yang membuat isi negeri makmur, sandang pangan melimpah, sultan sangat disayang rakyat[11]. Para raja, sultan, dan keluarga besarnya tinggal di gedung dalom[11]. Sebuah istana panggung yang megah dan luas pada masa itu, yang di halaman belakangnya terhampar sawah, makam, tempat pemandian dan gunung pesagi yang indah ditumbuhi pohon-pohon yang tersusun rapi[11].

Saat ini salui pitu di gunakan sebagai tempat pemandian umum yang dulunya merupakan tempat pemandian putri dan keluarga sultan di gedung dalom yang sangat terkenal dan masih terawat dengan baik[12]. Sumber mata air salui pitu dari atas tepatnya pemakaman Tambak Bata, Pacukh pitu tempat berlangsungnya ritual penobatan saat ini[12]. Pemandian pada bangunan keraton adat gedung dalom terdapat tujuh pancuran yang dalam bahasa Lampung salui berarti pancuran dan pitu berarti tujuh[12].

Pelaksanaan ritual ahir pendekar kepaksian yang dilaksanakan pada malam hari di salui pitu dengan ketentuan lain telah diatur dalam tata adat, keraton ini juga memiliki benteng berupa galian yang mengelilingi gedung dalom yang membentang dari humbahuwong hingga hanibung[13].

Pemandian

Pacukh pitu terletak dibelakang istana kerajaan tempat mata air berada dibawah pemakaman para sultan Tambak Bata dengan ukuran 7x9 meter, kamar mandi wanita dengan 4 pancuran, 1x2 meter ruang ganti, dan wc 2x1 meter. Kamar mandi pria 6x7 meter denga 3 pancuran, ruang ganti 1x2, wc 2x1. Renovasi terahir tahun 1991[14][15]

Benteng

Benteng-benteng dari jaman penjajahan fortugis, belanda hingga jama Jepang pada masa sultan pendahulu yang memerintah yaitu berupa galian siring dengan lebar 5-8 meter, dengan kedalaman 2-3 meter dan panjang diperkirakan 1500 meter, saat ini benteng tersebut berada ditengah-tengah perkebunan kopi masyarakat dan sebagian telah tertimbun badan jalan dan bangunan rumah mencakup 4 desa, desa kotabesi, canggu pekon balak, kegeringan, pekon awi "hanibung" kecamatan Batu Brak, Lampung Barat. Hingga saat ini8 benteng tidak pernah direnovasi, diperkebunan kopi masyarakat benteng masih utuh. Benteng yang berada di belakang gedung dalom merupakan tebing dan jurang yanga sangat-sangat tinggi dan dialiri sungai way Semaka, way tippon yang terbentang dari mulang maya hingga hanibung.

Regalia

Lambang dari sultan pangeran berdaulat pemegang pucuk tertinggi didalam kedatuan, kerajaan, kepaksian, atau kesultanan yakni pemegang pusaka sebagai berikut:

  • Tunggu Sultan Iskandar Zulkarnain
  • Tunggul Ratu Mumelar Paksi
  • Tunggul Ngegalang Paksi
  • Keris Rakian Naga Batu Handak
  • Pedang Ringgau
  • Rakian Istinja Darah
  • Togkat Pembesar Negeri
  • Keris Alif Jaya
  • Keris Tunggang Menang
  • Pemanohan Setegak Bumi
  • Rakian Surya Penantang
  • Pedang Semilau
  • Tombak Petakha Lima
  • Pedang Alif Jaya
  • Pedang Inggris
  • Pedang Tabuh Jakhang
  • Pedang Selalau
  • Pedang Cekhita Memala
  • Pedang Berbaris
  • Pedang Punggawa
  • Pedang Tamil
  • Pedang Lidah Api
  • Pedang Pn Ringgau
  • Pedang Batu Kappak
  • Pedang Kawal Saibatin
  • Pedang Kawal Ratu
  • Tongkat Pn Ringgau
  • Tunggul Berbaris
  • Tunggul Bendera Tengah
  • Tunggul Umpu Ratu Selalau
  • Tumbak Benekhang
  • Tumbak Sejagat
  • Tumbak Sejunjung
  • Payan Hamakha
  • Tumbak Tumbuk Khata
  • Tumbak Senggiling
  • Tumbak Siakh Belang
  • Terisula Kawal Ratu
  • Gippul Dalom
  • Pengukop
  • Payan Simuli pemberian Ratu Pesagi[16]

Galeri

Referensi

  1. ^ https://arrahim.id/alvina/jejak-islam-di-tanah-sang-bumi-ruwai-jurai-lampung/
  2. ^ https://metropolis.co.id/2018/08/14/4-umpu-sekala-brak-lampung-anak-raja-pagaruyung-minangkabau/
  3. ^ https://cahayaagung.id/2022/02/11/paksi-pak-skala-brakgedung-dalam-kepaksian-pernong/
  4. ^ Abdurrachman, M., Widiyantoro, S., Priadi, B., dan Ismail, T. (2018). Geochemistry and Structure of Krakatoa Volcano in the Sunda Strait, Indonesia. Geosciences, 8(4), 111.https://www.mdpi.com/2076-3263/8/4/111
  5. ^ Kitab Negara Kertagama | Perpustakaan Balai Arkeologi D.I.Y. http://perpusbalarjogja.kemdikbud.go.id/index.php?p=show_detail&id=222&keywords=
  6. ^ "4 Umpu Sekala Brak Lampung 'Anak Raja Pagaruyung Minangkabau'". Metropolis.co.id. 14 Agustus 2018. Diakses tanggal 2022-08-25. 
  7. ^ Raditya, Iswara N. "Mengenal Kerajaan Sekala Brak sebagai Leluhur Lampung". tirto.id. Diakses tanggal 2021-04-10. 
  8. ^ a b c d e https://astacala.org/2012/06/pekon-balak-budaya-lestari/
  9. ^ Prof.Dr., Sudjarwo (5). KPL menjawab sejarah (edisi ke-1). Bandar Lampung: Masa kini mandiri. hlm. 35. ISBN 9786025270529. 
  10. ^ Prof.Dr., Sudjarwo (5). KPL menjawab sejarah (edisi ke-1). Bandar Lampung: Masa kini mandiri. hlm. v. ISBN 9786025270529. 
  11. ^ a b c https://cahayaagung.id/2020/03/27/salui-pitu/
  12. ^ a b c https://www.sudutwisata.com/2022/08/lembah-batu-brak-lembah-terindah-di-lampung.html?m=1
  13. ^ https://www.pariwisatalampungbarat.com/2020/05/lembah-batu-brak-keindahan-ngarai.html?m=1
  14. ^ Prof.Dr., Sudjarwo (5). KPL menjawab sejarah (edisi ke-1). Bandar Lampung: Masa kini mandiri. hlm. 83-87. ISBN 9786025270529. 
  15. ^ https://www.pariwisatalampungbarat.com/2020/05/lembah-batu-brak-keindahan-ngarai.html?m=1
  16. ^ Prof.Dr., Sudjarwo (5). KPL menjawab sejarah (edisi ke-1). Bandar Lampung: Masa kini mandiri. hlm. 53-59. ISBN 9786025270529. 

Pranala luar