Simaninggir, Hulu Sihapas, Padang Lawas Utara

desa di Kecamatan Hulu Sihapas, Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatera Utara
Revisi sejak 10 Agustus 2023 09.07 oleh Wagino Bot (bicara | kontrib) (Bot: Mengganti kata Sumatra menjadi Sumatera, per diskusi)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Simaninggir adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Hulu Sihapas, Kabupaten Padang Lawas Utara, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia.

Simaninggir
Negara Indonesia
ProvinsiSumatera Utara
KabupatenPadang Lawas Utara
KecamatanHulu Sihapas
Kode pos
22733
Kode Kemendagri12.20.09.2005 Edit nilai pada Wikidata
Luas... km2
Jumlah penduduk... jiwa
Kepadatan... jiwa/km2
Peta
PetaKoordinat: 1°29′52″N 99°24′57″E / 1.49778°N 99.41583°E / 1.49778; 99.41583

Sejarah

sunting

Desa Simaninggir dahulu namanya Desa Mangoba. Nama Mangoba ini diambil dari nama salah seorang pembuka kampung ini yaitu Sutan Mangoba Harahap. Desa ini 100% dihuni oleh marga Harahap yang berasal dari Sungai Duriaan Kec Sipirok. Desa ini dibuka tahun 1890 an bersama-sama dengan pembukaan desa Pangirkiran oleh marga Sihombing dan marga Hasibuan, jadi sekarang penghuninya sudah generasi yang ke 5 dan ke enam. Desa Simaninggir dahulunya dibyuka oleh empat parompuan yaitu: Sutan Mangoba, Sutan Soriamas, Japandangan, dan Chalipa Muhammad Jamin. Sutan Mangoba dan Sutan Soriamas adalah kakak beradik, sedangkan Japandangan sepupu mereka dan Muhammad Jamin adalah berasal dari Aek Dapdap Tabusira. Sutan Mangoba ini memiliki delapan anak laki-laki tanpa anak perempuan sehingga penghuni Simaninggir sebagian besar turunan dari Sutan mangoba. Sutan Soriamas memiliki tiga anak laki-laki, Japandangan memiliki beberapa anak laki-laki tetapi yang tinggal di Simaninggir hanya satu orang namanya Sutan Malim. Sutan Malim ini memiliki banyak saudara laki-laki tetapi semua menganut agama kristen sedangkan yang menganut Islam hanya Sutan Malim sendiri beserta keturunannya. Saudaranya yang beragama kristen semuanya mendapat pendidikan di sekolah Zending dan semuanya menjadi pegawai atau kerani dan tinggal di kota, misalnya di Surabaya, Palembang dan sebagainya.

Muhammad Jamin memiliki dua anak laki-laki satu orang jadi malim di Desa Sampuran Simarloting namanya Fakih Hasan dan satunya tetap tinggal di Simaninggir namanya Ja Nore atau Ja Haluppang atau nama kecilnya Solatun. Turunan dari Janore ini sekarang sudah pindah semua ke daerah Panti pada tahun 1960-an dan berkampung di Desa Sungai Pimping, Kecamatan Padang Gelugur, Kabupaten Pasaman. Disamping itu di Simaninggir ini pernah tinggal satu keluarga marga Siregar yang merupakan mora dari marga Harahap. Mereka ini semua menganut agama kristen dan sekarang sudah pindah semua ke Angkola Julu Padang Sidempuan.

Desa Simaninggir ini dulu memiliki dua anak desa yaitu Tor Godang dan Aek Rogas. Penduduk Tor Godang juga marga Harahap berasal dari Sungai Durian Kec Sipirok masih bersaudara jauh dengan Sutan mangoba. Penduduk Aek Rogas juga demikian berasal dari Sungai Durian Kec Sipirok masih saudara kandung dari Sutan Mangoba.

Pada tahun 1950 an penduduk Simaninggir terkenal penduduk yang rajin bersekolah walaupun sekolah dasar masih ke Tiang Aras yaitu sekolah Zending dengan jarak sekitar 10 km. Hampir setiap rumah ada anaknya yang sekolah di Padang Sidimpuan. Anak-anak yang bersekolah tersebut sekarang keturunannya tersebar di Jakarta, Medan, Palembang dan Surabaya. Pada tahun 1955 sudah ada anak Simaninggir yang tamat dari Universitas Gajah Mada Yogya dan melanjutkan sekolahnya ke Valadivostok, Rusia.

Sekarang Simaninggir memiliki dua anak desa yaitu Tor Halihi dan Balaka Sundung. Anak Desa Aek Rogas dan Tor Godang sudah menjadi Lobu (bekas huta). Penduduk Simaninggir dengan anak desanya sekarang ini lebih kurang 65 rumah tangga jauh berkurang dibanding kondisi tahun 1950-an sekitar 100 rumah tangga.

Pada tahun 1958 (pada saat pemberontakan PRRI)banyak penduduk Simaninggir yang pindah ke Aek Godang (di belakang SD Negeri Aek Godang). Hal ini disebabkan penduduk tidak kuat menahan tekanan dari para pemberontak PRRI pada malam hari dan tentara TNI pada siang hari. Desa Simaninggir ini merupakan front pertempuran bagi kedua belah pihak. Tentara TNI bermarkas di Aek Godang dan Tabusira dan tentara PRRI bermarkas di Sialang. Berkali-kali terjadi pertempuran di dalam desa Simaninggir ataupun di luar Desa Simaninggir. Sebagai bekas-bekasnya masih ada kuburan tentara PRRI (orang Minang)di dekat Tor Baturosak.

Pada tahun 1960 an terjadi lagi perpindahan penduduk dari Desa Simaninggir ke Panti Pasaman Sumatera Barat. Mereka membuka satu kampung disana diberi nama Huta Imbaru (dekat Sungai Manis. Satu kampung itu berasal dari Simaninggir dan semuanya turunan dari Sutan Mangoba. Disamping berkampung di Huta Imbaru, turunan Sutan Mangoba ini ada yang berkampung di Suka Dame satu dan ada di Desa Cengkeh Panti. Desa ini mulai mendapat sekolah pada tahun 1949, mulai berdiri SD Negeri Mangoba tapi baru kelas 1 sampai kelas 3. Gurunya waktu itu marga siregar berasal dari Sipirok namanya Guru Budiman berdua dengan putra daerah yang bernama Nuddin Harahap, sesudah tahun 1955 dibukalah kelas 4,5 dan 6 kemudian masuklah guru guru negeri pindahan sebanyak 5 orang yaitu Gindo Harahap, Marasaib Hasibuan, Alfred Saing, Muhammad Daim Harahap, Topsir Siregar. Pada Tahun 1958 saat pemberontakan PRRI guru Budiman tidak tahan mengajar di Simaninggir karena diperas terus oleh tentara PRRI dan akhirnya yang bersangkutan pindah ke Siantar. Sejak itu kualitas sekolah ini gurunya semakin lengkap dengan masuknya guru negeri sebanyak 5 orang. Sekarang Desa Simaninggir ini memiliki 2 buah sekolah Dasar negeri satu buah di Desa Induk Simaninggir dan satu buah lagi di Desa Anak Tor Halihi. Yang bersekolah di SD negeri Simaninggir adalah anak-anak dari Desa Sitabar dan Sukadame sedangkan yang bersekolah di SD Tor Halihi adalah anak-anak desa Parmeraan.

Desa Simaninggir ini sekarang sudah terjangkau oleh kenderaan roda 4 karena jalan sudah di aspal. Jalan masuk dari Aek Godang lewat Desa Sampuran Simarloting dan Desa Pangirkiran. Jarak Aek Godang - Simaninggir lebih kurang 12 km. Desa ini sudah menikmati penerangan listrik, walaupun sering dapat pemadaman karena kabelnya yang jauh jaraknya.

Mata pencaharian penduduk terutama dari perkebunan bawang, tembakau, cabe, kacang, disamping bertanam padi. Sawah di Simaninggir memiliki bendungan dengan tali air panjangnya 5 km lebih. Kalau musim kemarau air sungai Aek Rogas kering sehingga sawahnya juga kering.

Disamping berkebun dan bertanam padi penduduk Desa Simaninggir hampir seluruhnya maragat (membuat gula dari air nira aren). Pohon aren sangat banyak dan kualis airnya sangat bagus. gula merah dari pohon aren Simaninggir terkenal paling bagus (sangat morsik).