Pasar Batu Gerigis, Barus, Tapanuli Tengah

kelurahan di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara
Revisi sejak 10 Agustus 2023 10.47 oleh Wagino Bot (bicara | kontrib) (Bot: Mengganti kata Sumatra menjadi Sumatera, per diskusi)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Pasar Batu Gerigis adalah salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia.

Pasar Batu Gerigis
Negara Indonesia
ProvinsiSumatera Utara
KabupatenTapanuli Tengah
KecamatanBarus
Kodepos
22564
Kode Kemendagri12.01.01.1001 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS1204070015 Edit nilai pada Wikidata
Luas... km²
Jumlah penduduk... jiwa
Kepadatan... jiwa/km²
Peta
PetaKoordinat: 2°0′32.400″N 98°24′0.000″E / 2.00900000°N 98.40000000°E / 2.00900000; 98.40000000

Sejarah

sunting

Pada tanggal 24 Maret 2017 Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengunjungi Tugu Titik Nol Pusat Peradaban Islam Nusantara, di Kelurahan Pasar Baru Gerigis, Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah dan mengingatkan untuk menjaga kerukunan semua bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, ras dan agama, yang berjumlah 714 suku.[1] Dalam laporannya hari itu, Gubernur Sumatera Utara, Tengku Erry Nuradi, mengatakan bahwa Barus adalah salah satu kota tertua di Indonesia dan sudah terkenal di seluruh dunia sejak abad ke-6 Masehi dengan hasil hutan berupa kampar dan kemenyan. Tim Arkeolog yang berasal dari Ecole Francaise D’extreme-Orient (EFEO) Prancis yang bekerjasama dengan peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (PPAN) di Lobu Tua – Barus pada tahun 1995-1999 telah meneliti Barus sebagai kota sejarah tempat masuknya Agama Islam pertama di Indonesia. Ada makam tua di kompleks pemakaman Mahligai, Barus, yang di batu nisannya tertulis Syekh Rukunuddin wafat tahun 672 Masehi atau 48 Hijriah, menguatkan adanya komunitas Muslim di daerah ini pada era itu. Sekitar abad 9-12 Masehi, Kota Barus telah menjadi sebuah perkampungan multietnis dari berbagai suku bangsa seperti Arab, Aceh, India, China, Tamil, Jawa, Batak, Minangkabau, Bugis, Bengkulu, dan sebagainya.[1]

Referensi

sunting
  1. ^ a b Presiden: Keragaman Sebagai Aset Bangsa Diarsipkan 2018-10-10 di Wayback Machine. - PresidenRI.go.id - 25 Maret 2017

Pranala luar

sunting