Kota Singkawang

kota di Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia


Kota Singkawang adalah sebuah kota (kotamadya) di Kalimantan Barat, Indonesia. Singkawang memperoleh status kota berdasarkan UU No. 12/2001 tanggal 21 Juni 2001.

Kota Singkawang
Daerah tingkat II
Motto: 
Bersatu Untuk Maju, Singkawang Berkualitas
Berkas:Peta-kecil.jpg
Peta Lokasi Singkawang
Peta
Kota Singkawang di Kalimantan
Kota Singkawang
Kota Singkawang
Peta
Kota Singkawang di Indonesia
Kota Singkawang
Kota Singkawang
Kota Singkawang (Indonesia)
Koordinat: 0°54′00″N 108°59′00″E / 0.9°N 108.9833°E / 0.9; 108.9833
Negara Indonesia
ProvinsiKalimantan Barat
Tanggal berdiri21 Juni 2001
Dasar hukumUndang-Undang RI, Nomor 12, Tahun 2001
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 5
  • Kelurahan: 26
Pemerintahan
 • BupatiHasan Karman, SH, MM
Luas
 • Total504 km² km2 (Formatting error: invalid input when rounding sq mi)
Populasi
 • Total197,079 (2.007)
 • Kepadatan351/km2 (910/sq mi)
Demografi
 • BahasaBahasa Indonesia,Hakka,Bahasa Melayu
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode BPS
6172 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon+62 562
Kode Kemendagri61.72 Edit nilai pada Wikidata
APBDRp 411.475.134.475,00
Situs webhttp://www.singkawang.go.id/

Berdasarkan Perda Kota Singkawang Nomor : 1 Tahun 2003 tentang Perubahan desa menjadi Kelurahan di Kota Singkawang, dan Perda Nomor : 2 Tahun 2003 tentang Pembentukan dan Perubahan Nama Kecamatan di Kota Singkawang Sesuai dengan ketentuan tersebut di atas, terdapat 5 (lima) Kecamatan dan 26 (dua puluh enam) Kelurahan Yaitu :

  1. Singkawang Barat, 4 (empat) Kelurahan
  2. Singkawang Utara, 7 (enam) Kelurahan
  3. Singkawang Selatan, 4 (empat) Kelurahan
  4. Singkawang Timur, 5 (lima) Kelurahan
  5. Singkawang Tengah, 6 (enam) Kelurahan

Sejarah

Awalnya Singkawang merupakan sebuah desa bagian dari wilayah kerajaan Sambas, Desa Singkawang sebagai tempat singgah para pedagang dan penambang emas dari Monterado. Para penambang dan pedagang yang kebanyakan berasal dari negeri China, sebelum mereka menuju Monterado terlebih dahulu beristirahat di Singkawang, sedangkan para penambang emas di Monterado yang sudah lama sering beristirahat di Singkawang untuk melepas kepenatannya, dan Singkawang juga sebagai tempat transit pengangkutan hasil tambang emas (serbuk emas). Waktu itu, mereka (orang Tionghua) menyebut Singkawang dengan kata San Keuw Jong, mereka berasumsi dari sisi geografis bahwa Singkawang yang berbatasan langsung dengan laut Natuna serta terdapat pengunungan dan sungai, dimana airnya mengalir dari pegunungan melalui sungai Sampai ke muara laut. Melihat perkembangan Singkawang yang dinilai oleh mereka yang cukup menjanjikan, sehingga antara penambang tersebut beralih profesi ada yang menjadi petani dan pedagang di Singkawang yang pada akhirnya para penambang tersebut tinggal dan menetap di Singkawang.

Pembentukan Pemerintah Kota Singkawang

 
Singkawang, 2007

Kota Singkawang semula merupakan bagian dan ibukota dari wilayah Kabupaten Sambas (UU. Nomor : 27 Tahun 1959) dengan status Kecamatan Singkawang, dan pada tahun 1981 Kota ini menjadi Kota Administratif Singkawang (PP Nomor 49 Tahun 1981), Kota ini juga pernah diusulkan menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Singkawang yaitu melalui usul pemekaran Kabupaten Sambas menjadi 3 (tiga) daerah Otonom. Namun Kotamadya Daerah Tingkat II Singkawang belum direalisir oleh Pemerintah Pusat, waktu itu hanya Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Bengkayang yang disetujui, sehingga wilayah Kota Administratif Singkawang menjadi bagian dari Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Bengkayang (UU Nomor : 10 Tahun 1999), sekaligus menetapkan Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Sambas beribukota di Sambas.

Kondisi tersebut tidaklah membuat surut masyarakat Singkawang untuk memperjuangkan Singkawang menjadi Derah otonom, aspirasi masyarakat terus berlanjut dengan dukungan Pemerintah Kabupaten Sambas dan semua elemen masyarakat Seperti : KPS, GPPKS, Kekertis, Gemmas, Tim Sukses, LKMD, Para RT serta organisasi lainnya. Melewati jalan panjang melalui penelitian dan pengkajian terus dilakukan oleh Gubernur Kalimantan Barat maupun Tim Pemekaran Kabupaten sambas yang dibentuk dengan Surat Keputusan Bersama antara Bupati Sambas dan Bupati Bengkayang No. 257 Tahun 1999 dan No. 1a Tahun 1999 tanggal 28 September 1999, serta pengakjian dari Tim CRAIS, Badan Petimbangan Otonomi Daerah. Akhirnya Singkawang terwujud menjadi Daerah Otonom berdasarkan Undang-Undang Nomor : 12 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Singkawang, diresmikan pada tanggal 17 Oktober 2001 di Jakarta oleh Menteri Dalam Negeri dan otonomi Daerah atas nama Presiden Republik Indonesia.

Jumlah penduduk

Populasi penduduk kota Singkawang setiap tahun mengalami peningkatan. Berdasarkan data Dinas Sosial Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Singkawang pada tahun 2008, tercatat sebanyak 198.907 jiwa , mayoritas penduduk adalah orang hakka/khek sekitar 62%,selebihnya suku Melayu, Dayak,Tio Ciu dan Jawa. Jumlah ini naik dari tahun 2007 yakni 197.079 jiwa. Pada tahun 2006, sebanyak 188.300 bermukim di kota ini. Penduduk di kota ini tersebar di lima kecamatan, yakni Singkawang Selatan, Singkawang Timur, Singkawang Utara, Singkawang Barat dan Singkawang Tengah. Dari lima daerah ini, terdapat 26 kelurahan. Untuk Singkawang Selatan yang berbatasan dengan Kabupaten Bengkayang, pada 2006 terdapat 37.396. Tahun berikutnya 2007 ada 40.708 dan pada tahun 2008 yang lalu ada 41.466 manusia. Di Singkawang Timur pada 2006, terdapat 18.951 jiwa dan tahun 2007, 19.022 jiwa. Jumlah itu naik menjadi 19.054 pada tahun 2008.Singkawang Utara tahun 2006, terdapat 20.287 jiwa. Pada tahun berikutnya, 2007, dihuni oleh 21.160 jiwa. Peningkatan terjadi pada tahun 2008 menjadi 21.401 manusia.

Wilayah Singkawang Barat 2006 silam, tercatat 59.534 penduduk. Jumlah tersebut naik secara signifikan pada 2007 menjadi 60.307 jiwa. Pada 2008 sebanyak 60.656 manusia hidup di Singkawang. Terakhir di Singkawang Tengah tahun 2006 ada 52.132 jiwa. Sedankan 2007, terdapat 55.882 manusia. Jumlah yang signifikan terjadi pada 2008 menjadi 56.330 orang. Kesemua penduduk itu tersebar di wilayah Kota Singkawang yeng memiliki luas 504,00 Km2. Laju pertumbuhan penduduk Kota Singkawang pada tahun 2006 sekitar 5,6 persen

Budaya

Cap Go Meh

Seperti halnya bagi masyarakat Tionghoa di Indonesia lainnya, perayaan Imlek untuk menyambut tahun baru China merupakan tradisi termegah yang selalu dirayakan seluruh lapisan masyarakat Singkawang setiap tahun. Bagi mereka perayaan Imlek tidak ada bedanya dengan masyarakat Indonesia lainnya ketika merayakan Idul Fitri atau Natal. Tahun baru Imlek muncul dari tradisi masyarakat Tiongkok, yang dianggap sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas panenan dan sekaligus harapan agar musim berikutnya memperoleh hasil yang lebih baik. Imlek selalu dirayakan selama 15 hari berturut-turut dan hari puncak ke-15 disebut dengan Cap Go Meh. Dalam tradisi Tionghoa berarti malam ke-15 yang merupakan puncak perayaan Imlek, dan Cap Go Meh dirayakan secara khusus. Kalau mau ditelaah lebih jauh, Cap Go Meh di Indonesia sendiri merupakan perpaduan budaya Tiongkok dan Indonesia, yakni adanya lontong Cap Go Meh. Lontong adalah makanan asli Indonesia sedangkan Cap Go Meh adalah tradisi yang lahir dari Imlek.

Puncak acara Imlek atau Cap Go Meh ini dimaksud untuk menangkal gangguan atau kesialan di masa mendatang. Pengusiran roh-roh jahat dan peniadaan kesialan dalam Cap Go Meh disimbolkan dalam pertunjukan Tatung. Tatung adalah media utama Cap Go Meh. Atraksi Tatung dipenuhi dengan mistik dan menegangkan, karena banyak orang kesurupan, dan orang-orang inilah yang disebut Tatung. Upacara pemanggilan tatung dipimpin oleh pendeta yang sengaja mendatangkan roh orang yang sudah meninggal untuk merasuki Tatung. Roh-roh yang dipanggil diyakini sebagai roh-roh baik yang mampu menangkal roh jahat yang hendak mengganggu keharmonisan hidup masyarakat. Roh-roh yang dipanggil untuk dirasukkan ke dalam Tatung diyakini merupakan para tokoh pahlawan dalam legenda Tiongkok, seperti panglima perang, hakim, sastrawan, pangeran, pelacur yang sudah bertobat dan orang suci lainnya.

Roh-roh yang dipanggil dapat merasuki siapa saja, tergantung apakah para pemeran Tatung memenuhi syarat dalam tahapan yang ditentukan pendeta. Para Tatung diwajibkan berpuasa selama tiga hari sebelum hari perayaan yang maksudnya agar mereka berada dalam keadaan suci sebelum perayaan.

Dalam atraksi Tatung yang sudah dirasuki roh orang meninggal bertingkah aneh, ada yang menginjakinjak sebilah mata pedang atau pisau, ada pula yang menancapkan kawat-kawat baja runcing ke pipi kanan hingga menembus pipi kiri. Anehnya para Tatung itu sedikit pun tidak tergores atau terluka. Beberapa Tatung yang lain dengan lahapnya memakan hewan atau ayam hidup-hidup lalu meminum darahnya yang masih segar dan mentah. Di Singkawang banyak pribumi atau orang Dayak yang juga turut serta menjadi Tatung, mereka terdorong berpartisipasi karena ritual Tatung mirip upacara adat Dayak. Sejak pertama kali datang ke Singkawang masyarakat Tionghoa telah menjalin persahabatan erat dengan penduduk pribumi khususnya suku Dayak. Karena itu tidak ada kecanggungan di antara kedua etnis ini. Dahulunya Singkawang merupakan tempat transit para penambang emas yang berasal dari Tiongkok. Gelombang migrasi besar-besaran pada tahun 1760, membawa masyarakat suku Tionghoa Hakka dari Guangdong China selatan yang mendarat di Pulau Kalimantan. Mereka menetap untuk dipekerjakan sebagai kuli tambang emas dan intan di monterado, Kalimantan Barat. Meski secara fisik maupun budaya ada yang berasimilasi dengan penduduk pribumi, mereka juga tetap mempertahankan adat istiadat leluhur yang dipertahankan hingga kini. Karena pada umumnya mereka penganut Kong Hu Chu dan Budha maka perayaan Tahun Baru China menjadi tradisi istimewa yang senantiasa mereka rayakan.

Di era Orde Baru perayaan Imlek khususnya ritual Tatung dilarang dipertontonkan di depan umum. Tetapi di era reformasi mantan Presiden Gus Dur mengizinkan kembali, bahkan pemerintahan berikutnya Megawati Soekarnoputri mengesahkan dalam bentuk undang-undang. Dengan demikian warga Tionghoa di Singkawang khususnya menjadi lebih leluasa untuk menjalankan tradisi atau upacara keagamaan mereka. Di dunia pariwisata,Tatung berpotensi untuk menarik turis dalam negeri dan mancanegara. Selain mengangkat nama Singkawang di dunia internasional, Tatung juga ikut meningkatkan perekonomian daerah setempat.

Berkas:CGM2009.jpg
Cap Go Meh 2009

Gawai Dayak Naik Nango

Upacara Naik Dango yang merupakan kegiatan ritual seputar panen padi adalah ungkapan syukur masyarakat Dayak kepada Sang Pencipta akan hasil yang telah diperoleh. Upacara ini diadakan di setiap kabupaten termasuk kota Singkawang. Tempat penyelenggaraan dilaksanakan bergantian antar kecamatan setiap tahun, ditetapkan oleh Dewan Adat kabupaten setempat.Di samping upacara adat, diadakan pula pesta wisata dan budaya Naik Dango yang diisi dengan pertunjukan kesenian, lomba permainan tradisional, lomba kesenian daerah, pameran, seminar kebudayaan dan pasar rakyat.


Perdagangan

Singkawang terkenal sebagai kota perdagangan terbesar kedua di Kalimantan Barat setelah Kota Pontianak. Letaknya di pantai barat sangat strategis, yakni berada di antara kabupaten Sambas dan Bengkayang, sangat menguntungkan Singkawang dalam mengembangkan daerahnya sebagai sentra bisnis dan pemasaran produk dari dan ke wilayah di sekitarnya. Selain juga menampung dan mendistribusikan barang-barang yang tidak diproduksi di Singkawang dan daerah sekitarnya, seperti barang-barang sandang, alat-alat pertanian dan lainnya. Sebagian besar barang yang diperdagangkan merupakan hasil bumi, seperti produk pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan, dan hasil kerajinan atau industri kecil di Singkawang dan kabupaten tetangga.

Pertanian dan Peternakan

Di Singkawang, wilayah yang cocok untuk pengembangan pertanian tanaman pangan dan hortikultura terdapat di Kecamatan Singkawang Selatan, Utara, dan Timur. Wilayah itu memiliki potensi yang cukup besar, baik dari segi lahan yang tersedia maupun jenis tanaman yang sesuai untuk dikembangkan. Lahan yang luas dan tanah yang subur serta tenaga kerja 11.829 orang merupakan faktor yang sangat mendukung bagi pengembangan agroindustri.

Tanaman jagung, misalnya, banyak diusahakan di Singkawang Selatan dan Timur. Komoditas ini baru tahun 2001 diusahakan di Singkawang Selatan seluas 10 hektar. Kebutuhan jagung untuk pakan ternak-sebagian besar untuk ayam ras petelur-di Singkawang sangat besar, yakni 100 ton per hari. Singkawang sendiri belum bisa memenuhi kebutuhan pakan ternak tersebut, karena produksi tahun 2001 baru sekitar 20 ton. Hingga kini kebutuhan itu disuplai Kabupaten Bengkayang sebanyak 40 ton dan sisanya dari Semarang, Lampung, bahkan dari Cina.

Hasil pertanian itu selain dijual dalam bentuk buah segar, juga mulai diolah. Jeruk siam dan nanas, misalnya, dibuat sari jeruk, minuman ringan, dan nanas dalam kaleng. Demikian pula pisang, dipasarkan dalam bentuk tepung pisang, pisang selai, dan keripik pisang. Usaha industri ini mulai berkembang walau masih dalam skala industri kecil. Industri secara umum banyak terdapat di Singkawang Barat, berupa industri pengolahan bahan makanan dan minuman ringan. Ada juga industri furnitur dari kayu yang bahan baku serta pemasarannya bersifat lokal.

Hasil peternakan, terutama ayam petelur dan babi. Produksi peternakan selain untuk konsumsi sendiri, beberapa peternak besar, terutama telur ayam dan babi, juga dipasarkan ke luar Kota Singkawang. Bahkan telur ayam menguasai hampir 95 persen pasar di Kalimantan Barat.

Industri

Hasil industri yang menjadi produk andalan adalah keramik. Industri ini telah lama berkembang dan pasarannya pun merambah ke mancanegara meskipun masih berskala industri kecil. Ada delapan unit usaha yang bergerak di bidang usaha keramik dan dikelola turun-temurun. Pembuatan keramik tradisional itu terdapat di Desa Sakok, Kelurahan Sedau, Singkawang Selatan. Buatannya sangat menarik dan artistik bergaya Dinasti Ming. Ciri khasnya terletak pada desain yang berupa gambar naga. Keramik ini telah memenuhi pasaran ekspor ke Singapura, Malaysia, dan negara lainnya. Kota singkawang juga terkenal dari hasil industri kecil dengan makanan khasnya yaitu tahu dan mie Singkawang.Dan ini sering dijadikan oleh oleh bagi para pelancong yang datang ke Singkawang.Rasa dan Aroma tahu Singkawang memiliki ciri khas tersendiri. Makanan berbahan dasar kedelai yang dibuat secara tradisional ini terasa lembut dan terlihat bersih, berbeda dengan tahu umumnya yang mungkin terasa sedikit asam. Hasil sampingan dari pembuatan Tahu Singkawang, adalah bubur tahu dan air tahu.

Ekonomi

  • APBD = Rp. 411.475.134.475,00
  • Pendapatan Asli Daerah = 22.687.606.110,00
  • Dana Perimbangan = 325.144.108.000

Festival

  • Tahun Baru Imlek Jan/Feb
  • Cap Go Meh dirayakan 15 hari setelah Imlek Jan/Feb
  • Gawai Dayak Naik Dango bulan May
  • Hari proklamasi Kemerdekaan RI 17 August

Pranala luar