Waduk Pacal
Waduk Pacal adalah sebuah waduk yang dibangun di Kedungsumber, Temayang, Bojonegoro untuk menampung air dari salah satu anak Bengawan Solo, yakni Sungai Pacal yang berhulu di Gunung Pandan. Bendungan dari waduk ini adalah bendungan beton pertama di Indonesia. Waduk ini terutama dimanfaatkan untuk mengairi lahan pertanian seluas sekitar 4.500 hektar di Bojonegoro.[1] Daya tarik utama dari waduk ini adalah bendungan yang kokoh dengan arsitektur khas kolonial Belanda.[2]
Waduk Pacal | |
---|---|
Lokasi | Kedungsumber, Temayang, Bojonegoro, Jawa Timur |
Koordinat | 7°22′03″S 111°52′08″E / 7.3674°S 111.869°E |
Kegunaan | Irigasi |
Status | Beroperasi |
Mulai dibangun | 1927 |
Mulai dioperasikan | 1933 |
Pemilik | Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat |
Kontraktor | Pemerintah Hindia Belanda |
Bendungan dan saluran pelimpah | |
Tipe bendungan | Beton |
Tinggi | 35 m |
Panjang | 90 m |
Volume bendungan | 91.000 m3 |
Membendung | Sungai Pacal |
Jumlah pelimpah | 1 |
Tipe pelimpah | Tanpa pintu |
Kapasitas pelimpah | 303 m3 / detik |
Waduk | |
Luas tangkapan | 84 km2 |
Luas genangan | 520 hektar[1] |
Sejarah
Pada tahun 1888, para ahli telah menggagas proyek Solo Vallei Werken untuk mengembangkan irigasi bagi lahan pertanian seluas 100.000 hektar di bagian hilir Bengawan Solo, dan pada tahun 1893, pemerintah Hindia Belanda pun menyetujui proyek tersebut. Tetapi, proyek tersebut kemudian dibatalkan, karena membutuhkan biaya yang terlalu besar. Pada tahun 1910, untuk menggantikan proyek tersebut, pemerintah Hindia Belanda pun merencanakan pembangunan tujuh waduk di bagian hilir Bengawan Solo, termasuk waduk ini. Waduk ini lalu mulai dibangun pada tahun 1927 dan mulai dioperasikan pada tahun 1933. Waduk ini dibangun pada masa malaise, sehingga cukup membantu masyarakat sekitar dalam memperoleh pendapatan.[1]
Wisata
Jalan menuju waduk ini merupakan daya tarik tersendiri. Jalan membelah hutan jati dan tebing-tebing yang digunakan sebagai ladang masayarakat. Jalan menuju Waduk Pacal terbilang mulus, karena merupakan jalan provinsi yang mengarah ke Nganjuk. Sepanjang perjalanan, dapat dijumpai hutan jati di Pegunungan Kendeng. Di bagian selatan waduk, juga terdapat semacam pulau kecil. Air dari waduk ini juga mencapai bawah Jembatan Kedungjati. Di musim kemarau, tanah di sekeliling waduk dimanfaatkan sebagai ladang dan kebun oleh masayarakat setempat.
Di musim hujan, ratusan pemancing dari dalam dan luar Bojonegoro memenuhi Waduk Pacal. Para pemancing terkadang juga memanfaatkan belasan pulau-pulau kecil di dalam waduk sebagai tempat memancing dengan memanfaatkan perahu milik warga yang tarifnya hanya sekitar Rp 20.000. Di sekitar Waduk Pacal juga tersedia warung-warung yang bersedia membakarkan ikan hasil pancingan.
Sedimentasi
Pada tahun 2014, Dinas Pengairan Jawa Timur menyatakan bahwa Waduk Gongseng akan dibangun untuk menggantikan Waduk Pacal, karena Waduk Pacal mengalami sedimentasi sebesar 200.000 meter kubik per tahun. Walaupun rutin dilakukan, pengerukan hanya mampu mengangkat 50.000 meter kubik sedimen per tahun, atau hanya 25% dari total sedimen, sehingga memang sudah seharusnya Waduk Pacal tak dioperasikan lagi. Akibat sedimentasi, Waduk Pacal hanya mampu menampung air sebanyak 21 juta meter kubik dan mengairi 13 ribu hektar lahan pertanian. Padahal ketika baru dioperasikan pada tahun 1933, waduk ini mampu menampung air sebanyak 41 juta meter kubik dan mengairi 16.600 hektar lahan pertanian.[3]
Lihat pula
Referensi
- ^ a b c Sinaro, Radhi (2007). Menyimak Bendungan di Indonesia (1910-2006) (dalam bahasa Indonesia). Tangerang Selatan: Bentara Adhi Cipta. ISBN 978-979-3945-23-1.
- ^ "Wisata di Waduk Pacal" Website eastjava.com
- ^ "Waduk Gongseng Bojonegoro, Bakal Gantikan Waduk Pacal" Diarsipkan 2014-11-10 di Wayback Machine. website kanalbojonegoro.com