Penyerbuk

Proses biologis yang terjadi pada tumbuhan

Penyerbuk adalah perantara penyerbukan tanaman.[1] Penyerbukan tanaman merupakan proses pemindahan serbuk sari (polen) dari anther ke stigma (kepala putik), dan perantaranya disebut penyerbuk. Penyerbuk dibagi menjadi dua yaitu penyerbuk abiotik seperti angin dan air, serta penyerbuk biotik yang terdiri dari berbagai jenis hewan.[1] Penyerbuk biotik seperti serangga, kupu-kupu, dll dapat mendatangi suatu tanaman karena umumnya tanaman tersebut memiliki mantel luar yang lengket, memiliki warna dan aroma yang menarik perhatian serangga.[1] Agen biotik yang paling banyak terdapat di alam adalah kumbang (Coleoptera) yang dapat membantu 88.3% tanaman berbunga (angiospermae) di seluruh dunia dunia untuk melakukan penyerbukan.[1]

Peran Penyerbuk

Penyerbuk berperan menimdahkan serbuk sari antar bunga, serbuk sari terbawa oleh penyerbuk dan sebagian diantaranya menyentuh kepala putik, terjadinya penyerbukan (pada tanaman buah) menghasilkan produksi buah-buahan dan bibit terbuahi, tanpa peran penyerbuk, hampir semua tanaman di kebun tidak dapat berproduksi. Hampir 90% (< 90%) tumbuhaan berbunga bergantung pada penyerbuk biotik dan 10% lainnya abiotik [2] (dengan pengecualian tanaman yang mampu melakukan Penyerbukan sendiri). Saat hewan bersentuhan dengan bunga, diharapkan ada sebagian tepung sari (polen) yang menempel pada tubuhnya dan akan ditransfer ke kepala putik. Di dalam hutan dan habitat alami lainnya, penyerbuk dibutuhkan untuk membantu produksi buah dan biji.[3] dan ada sekitar 1000 tanaman konsumsi (kebun pribadi maupun komersial) memerlukan peran penyerbuk untuk memproduksinya.[2]

Penyerbuk Abiotik

Penyerbuk abiotik merupakan sebutan dari penyerbuk tanpa keterlibatan organisme, seperti angin, dan air.

Penyerbuk Biotik

Penyerbuk Biotik merupakan sebutan dari Organisme yg membantu proses penyerbukan. Saat hewan bersentuhan dengan bunga, diharapkan ada sebagian tepung sari (polen) yang menempel pada tubuhnya dan akan ditransfer ke kepala putik (secara tidak sengaja).[1] Beberapa jenis serangga tertentu juga memiliki kotak polen pada kaki belakang yang berfungsi untuk mengangkut polen.[1], Di alam liar ada sekitar 200.000 jenis hewan penyerbuk, yang sebagian besar adalah serangga dan 1000 diantaranya vertebrata, mamalia, dan lainnya.[2][4]


Vertebrata

Beberapa spesies kelelawar buah [4] berperan penting menjadi penyerbuk sebagian jenis bunga di daerah tropis. Spesies burung pemakan madu juga sangat berperan sebagai penyerbuk biotik, terutama Burung kolibri dan penghisap madu, ketika burung-burung tersebut menghisap madu dari bunga ke bunga, paruh dan kepakan sayap turut membantu proses penyerbukan.[5] Vertebrata lainnya seperti monyet, lemur, posum, hewan pengerat dan kadal tercatat juga menyerbukkan sebagian tumbuhan.[6]

Manusia

 
Seorang pemulia tanaman sedang melakukan persilangan pada tanaman cabai

Manusiapun juga dapat menjadi penyerbuk dengan memberikan bantuan dalam penyerbukan, tetapi petani harus mengetahui cara dan waktu terbaik saat melakukan penyerbukan, varietas tanaman yang penyerbukannya butuh dibantu manusia seperti penyerbukan pada bunga buah naga,[7] vanili, dan beberapa komoditas dalam rumah kaca tertutup.

Penyerbukan tidak hanya dilakukan kepada tanaman yang butuh bantuan tangan, juga dilakukan (kepada tanaman lain) dengan tujuan tertentu, semisal mencegah penyerbukan silang (yang tidak diinginkan), juga untuk memproduksi varietas hibrida dengan dibantu penyerbukan silang.[8]

Lihat Pula

Referensi

  1. ^ a b c d e f (Indonesia) Noor Khomsah Kartikawati. "Polinator pada Tanaman Kayu Putih". Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta. Diakses tanggal 22 Mei 2010. 
  2. ^ a b c "US Forest Department: Pollinator Factsheet" (PDF). Diakses tanggal 2014-04-18. 
  3. ^ (Inggris) "Trees, Pollinators, and Responsible Pesticide Use for Minnesota's Woodlands".  Teks "url http://www.pollinator.org/Resources/MinnBroch.final.pdf " akan diabaikan (bantuan);
  4. ^ a b (Inggris) Abrol, Dharam P. (2012). Non Bee Pollinators-Plant Interaction. Pollination Biology. Chapter 9. hlm. 265–310. doi:10.1007/978-94-007-1942-2_9. ISBN 978-94-007-1941-5. 
  5. ^ (Inggris) Rodríguez-Gironés, Miguel A.; Santamaría, Luis (2004). "Why are so many bird flowers red?". PLoS Biology. 2 (10): e306. doi:10.1371/journal.pbio.0020350. PMC 521733 . PMID 15486585. 
  6. ^ (Inggris) Olesen, J. M. & A. Valido. 2003. Lizards as pollinators and seed dispersers: an island phenomenon. Trends in Ecology and Evolution 18: 177-181.
  7. ^ (Indonesia) Pusat Penyuluhan Pertanian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian. "PENYERBUKAN MANUAL BUAH NAGA, BP4KKP POLMAN". Situs resmi Departemen Pertanian. Diakses tanggal 2014.  [pranala nonaktif permanen]
  8. ^ (Inggris) Rai, Nagendra; Rai, Mathura (2006). Heterosis breeding in vegetable crops. New India Publishing. ISBN 978-81-89422-03-5. Diakses tanggal July 5, 2011. 

Daftar pustaka

  • Sprengel, C K. Das entdeckte Geheimnis der Natur im Bau und in der Befruchtung der Blumen. Berlin, 1793.
  • Fægri, K, and L. van der Pijl. The Principles of Pollination Ecology. New York: Pergamon Press, 1979.
  • Percival, Mary S. Floral Biology. New York: Pergamon Press, 1965.
  • Real, Leslie. Pollination Biology. New York: Academic Press, 1983.
  • Sihag, R.C. Pollination Biology: Environmental Factors and Pollination. Hisar: Rajendra Scientific Publishers,1995.
  • Sihag, R.C. Pollination Biology: Pollination, Plant Reproduction and Crop Seed Production. Hisar: Rajendra Scientific Publishers, 1995.
  • Sihag, R.C. Pollination Biology: Basic and Applied Principles. Hisar: Rajendra Scientific Publishers, 1997.
  • D’Amico G., Groppali R. & D’Amico N., 2011. Farfalle diurne pronube e fioriture nettarifere: segnalazioni per la Val Padana interna e indicazioni di profilo conservazionistico (Lepidoptera Hesperioidea, Papilionoidea). Bollettino della Società entomologica Italiana, 143 (3): 111-136.
  • Bertoglio R., Boni U., Camerini G., D’Amico G. & Groppali R., 2011. Il “Villaggio degli Insetti”: uno strumento per la didattica naturalistica. Biologi Italiani, XLI: 29-34.

Pranala luar