Tjoa Ing-Hwie (terkadang disebut Tjoa Jien-Hwie,[1] Hanzi sederhana: 蔡云辉; Hanzi tradisional: 蔡雲輝; Pinyin: càiyúnhuī, 15 Agustus 1923 – 28 Agustus 1985) dikenal dengan nama Indonesia Surya Wonowidjojo adalah seorang pengusaha dan pembuat rokok Indonesia yang merupakan pendiri Gudang Garam, salah satu produsen rokok terbesar kelima di Indonesia. Ia berimigrasi ke Indonesia pada waktu berumur 3 tahun bersama keluarganya. Di Indonesia, mereka pertama kali menetap di Sampang, Madura. Surya sejak kecil sudah bergelut di bidang industri rokok. Ia sempat bekerja di pabrik rokok "93" milik pamannya. Ia kemudian keluar karena tidak puas. Pada usia 35 tahun, ia mendirikan perusahaannya sendiri, pabrik rokok Gudang Garam di Kediri, Jawa Timur. Konon, ilham pemberian nama Gudang Garam diperolehnya dari mimpi. Gudang Garam didirikannya pada tahun 1958 yang kemudian berkembang pesat dengan jumlah karyawan mencapai 500.000 orang yang menghasilkan 50 juta batang kretek setiap bulannya. Pada tahun 1966, Gudang Garam telah tercatat sebagai pabrik kretek terbesar di Indonesia.

Surya Wonowidjojo
LahirTjoa Ing-Hwie (蔡雲輝)
(1923-08-15)15 Agustus 1923
Fujian, Tiongkok
Meninggal28 Agustus 1985(1985-08-28) (umur 62)
Auckland, Selandia Baru
KebangsaanTionghoa-Indonesia
Pekerjaan
Dikenal atasPendiri Gudang Garam

Surya bekerja keras merintis bisnisnya. Ia bekerja tanpa modal yang cukup, kecuali kerja keras. Seringkali ia baru meninggalkan pabrik pada dinihari. Surya meninggal pada tahun 1985, meninggalkan perusahaannya Gudang Garam yang pada tahun 2001 sudah memiliki enam unit pabrik di atas lahan seluas 100 hektare, memiliki 40.000 buruh dan sekitar 3.000 karyawan tetap. Cukai rokok yang ia bayarkan mencapai lebih dari Rp100 miliar per tahunnya. Gudang Garam dilanjutkan oleh anaknya, Susilo Wonowidjojo.

Surya meninggal pada tanggal 28 Agustus 1985 di Auckland, Selandia Baru.[2][3]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Suryadinata, L. (2002). Negara dan etnis Tionghoa. Jakarta: LP3ES. hlm. 145. 
  2. ^ Kasali, R. (2005). Change!. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. hlm. 149–150. ISBN 9789792212327. 
  3. ^ Kasali, R. (1989). Studi Kasus PT. Gudang Garam. Jakarta: Lembaga Managemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. hlm. 5. Hingga akhirnya, 28 Agustus 1985, ia pergi untuk selamanya dan kemudian para penerusnya menyebut Surya sebagai penganut falsafah lilin. 

Daftar pustaka

  • 100 Tokoh yang Mengubah Indonesia, 2006.