Jembatan Dewi

Jembatan di Indonesia
Revisi sejak 7 September 2023 10.22 oleh Benia372 (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi ''''Jembatan Dewi''' adalah jembatan yang membentang di atas Sungai Martapura, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Jembatan ini menghubungkan Jalan Ahmad Yani dengan daerah Pasar Sudimampir. Jembatan ini merupakan salah satu jembatan tertua di Kota Banjarmasin. {{Infobox bridge |bridge_name=Jembatan Dewi |official_name= |image=jmpl|ka|200px|Jembatan Dewi di Kota Banjarmasin |crosses = Sungai Martapura |l...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Jembatan Dewi adalah jembatan yang membentang di atas Sungai Martapura, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Jembatan ini menghubungkan Jalan Ahmad Yani dengan daerah Pasar Sudimampir. Jembatan ini merupakan salah satu jembatan tertua di Kota Banjarmasin.

Jembatan Dewi
Berkas:JembatanDewi.jpg
Jembatan Dewi di Kota Banjarmasin
Koordinat3°19′21″S 114°35′42″E / 3.32259°S 114.59495°E / -3.32259; 114.59495
MelintasiSungai Martapura
LokalKota Banjarmasin, Kalimantan Selatan
Lokasi
PetaKoordinat: 3°19′13″S 114°35′35″E / 3.32028°S 114.59306°E / -3.32028; 114.59306

Jembatan Dewi adalah jembatan yang sudah memiliki sejarah panjang. Dulunya, Jembatan Dewi dinamai Jembatan Coen. Jembatan ini dibangun pada zaman Hindia Belanda. Nama Jembatan Coen berasal dari nama Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang bernama Jan Pieterszoon Coen.

Jembatan ini juga merupakan jembatan ringkap terpanjang pertama yang ada di daerah dan menghubungkan wilayah Pulau Tatas dengan jalan Oelin menuju Hulu Sungai. Dalam perkembangannya, pada tahun 1935 ringkapan di tengah jembatan direnovasi sehingga dapat dilewati kapal-kapal laut.

Saat Jepang masuk ke Banjarmasin, jembatan Coen diledakkan oleh pasukan Algemene Vernielings Corps (AVC) Belanda, sebelum meninggalkan Banjarmasin agar tidak bisa digunakan Jepang.

Pada Agustus 1942, Jepang kembali membangun jembatan ini dan diberi nama Jembatan Yamato Bashi. Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu pada tahun 1945, dua tahun kemudian tepatnya tahun 1947, jembatan ini kembali dipergunakan oleh pemerintah Hindia Belanda yang berusaha kembali menjajah kembali Indonesia. Nama Jembatan Coen kembali digunakan hingga sampai Belanda menyerahkan kedaulatan Indonesia.

Setelah Belanda meninggalkan Banjarmasin jembatan tersebut berubah namanya menjadi Jembatan Ahmad Yani dan diresmikan pada awal Pelita 3 di era Orde Baru.

Pranala Luar