Tidjan
Tidjan bin H. Sjairin (dikenal sebagai Tidjan atau Tijan) adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia yang berasal dari Kampung Cimanggu Lamping, Kota Bogor yang gugur dalam sebuah pertempuran melawan penjajah Belanda di daerah Gunung Putri, Kabupaten Bogor.
Tidjan | |
---|---|
Lahir | 1930 Cimanggu Lamping, Kota Bogor, Jawa Barat |
Meninggal | 18 September 1948 Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat |
Kebangsaan | Indonesia |
Dikenal atas | Pejuang Kemerdekaan Indonesia |
Keluarga
Tidjan berasal dari keluarga yang terpandang, ayahnya bernama Hj. Syairin dan Ibunya Hjh. Khodijah. Ia lahir di Kampung Cimanggu Lamping, Desa Kedung Badak, Kecamatan Kedunghalang, Kabupaten Bogor yang kini berubah nama menjadi Gang Pahlawan Tidjan di Kedung Waringin, Tanah Sareal, Kota Bogor.
Kehidupan pribadi
Sejak kecil, Tidjan tidak bersikap seperti anak lainnya. Ia dikenal sebagai seorang anak yang sangat pemberani. Bahkan ketika usianya masih berumur 10 tahun, Tidjan kecil sering membantu laskar pejuang kemerdekaan pimpinan Sjahroni dengan menjadi mata-mata untuk mengetahui pergerakan tentara Belanda yang masuk daerah Cimanggu. Setelah berusia 12 tahun, barulah Ia mulai berani berjuang dengan ikut bergabung dalam laskar rakyat. Tak jarang pula, Tidjan muda mencari-cari kesempatan untuk mencuri senjata musuh yang disimpan di pos-pos penjagaan milik serdadu Belanda. Akibat ulahnya pula, tentara Belanda kemudian kerap melakukan pemeriksaan ke tiap-tiap rumah penduduk untuk mencari keberadaan senjata mereka.
Perjuangan
Kebencian Tidjan pada para penjajah kian menjadi setelah mengetahui bahwa kedatangan Belanda ternyata ingin kembali menjadikan Indonesia yang baru merdeka sebagai negara jajahan. Kemarahannya kian memuncak setelah mengetahui Pembantaian Rawagede, Karawang pada akhir 1947, di mana lebih dari 400 rakyat tak berdosa dibantai dengan sadis oleh Belanda.
Kematian
Tidjan gugur dalam sebuah pertempuran di daerah Gunung Putri pada 18 September 1948 setelah beberapa peluru musuh bersarang di tubuhnya. Menurut rekan-rekan seperjuangannya, Tidjan diberondong tembakan tentara NICA, sekitar 18 peluru bersarang di tubuhnya, bahkan jasad Tidjan pun sempat diinjak-injak oleh mereka.
Setelah kematiannya, jasad Tidjan kemudian dibawa rekan-rekan seperjuangan yang tergabung dalam laskar rakyat ke kampung halamannya di Cimanggu dan kemudian dimakamkan di pemakaman keluarga yang berada tidak jauh dari rumahnya.
Untuk mengenang jasa perjuangannya, kampung tempat kelahirannya kemudian diberi nama dengan nama Gang Pahlawan Tidjan, yang terletak di Kelurahan Kedung Waringin, Tanah Sareal, Kota Bogor.
Dokumenter
Kisah perjuangan Tidjan diabadikan pula dalam sebuah film layar lebar berjudul Laskar di Tapal Batas.