Tari Merak

salah satu tarian di Indonesia
Revisi sejak 23 September 2023 03.06 oleh Kustianarn (bicara | kontrib)

Tari Merak

Tari Merak pertama kali diciptakan oleh Raden Tjetje Somantri pada tahun 1955 dan ditata ulang oleh muridnya yakni Irawati Jogasuria (Irawati Durban Ardjo) dari tahun 1965 dan dianggap selesai tahun 1984. Tari Merak hasil tataan Irawati Durban inilah yang sekarang dikenal dan dipakai masyarakat umum bahkan terkenal hingga kancah internasional. Tidak heran kalau seniman Bali juga, di antaranya mahasiswa Denpasar menciptakan tari manuk rawa yang konsep dan gerakannya hampir mirip dengan tari merak.[1]

Tari Merak karya Rd. Tjetje Somantri yang dipentaskan saat malam kesenian KAA di halaman belakang kantor Gubernur Kota Bandung tahun 1955
Tari Merak karya Rd. Tjetje Somantri yang dipentaskan saat malam kesenian KAA di halaman belakang kantor Gubernur Kota Bandung tahun 1955

Sejarah Singkat

Tari merak berasal dari Kota Bandung Jawa Barat yang diciptakan oleh Rd. Tjetje Somantri pada tahun 1955. Tarian ini menggambarkan keindahan burung-burung merak yang menari di alam bebas .Kostumnya merupakan hasil tataan TB. Oemaj Martakoesoemah, sedangkan Gending tarinya ditata oleh Kayat (Abah Kayat) dengan menggunakan iringan lagu Bendrong Sorog.

Tari Merak dipentaskan pertama kali dalam acara malam kesenian Konferensi Asia-Afrika pertama tahun 1955, di halaman belakang kantor Gubernur Kota Bandung (Gedung Pakuan). Selain Tari Merak, ditampilkan pula dua tarian lain yakni Tari Topeng Koncaran dan Tari Kukupu (Kupu-kupu).

Dalam perkembangannya antara kurun waktu 1955-1958, Tari Merak karya Rd. Tjetje Somantri hanya 7 kali ditampilkan, yakni pada tanggal 6 April 1955 di Gedung Pakuan dalam rangka Uji Coba untuk acara KAA 1955, 18 April 1955 saat Malam Kesenian KAA 1955, 2 September 1955 di Bandung (acara dan tempat tak diketahui), 26 Oktober 1956 di Hotel Orient, 10 Mei 1957 di Gedung Pakuan dalam acara menyambut kunjungan Presiden Rusia, K.E. Vorosyilov, 12 Desember 1957 di Hotel Orient, dan terakhir kali dipentaskan pada tanggal 17 November 1958 di Yayasan Pusat Kebudayaan Bandung.

Tarian produksi Badan Kesenian Indonesia (BKI) Bandung ini tidak terlalu terkenal. Menurut beberapa muridnya kostum pada bagian sayap terbuat dari rangka kayu, sehingga tidak nyaman saat dipakai oleh penari, dan desain kostum tersebut dianggap tidak dapat menampakan keindahan dari burung merak, malah terlihat seperti burung lain.

Pada tahun 1965, salah satu murid dari Rd. Tjetje Somantri yakni Irawati Jogasuria (Irawati Durban Ardjo) membuat Tari Merak yang terinspirasi dari Tari Merak karya gurunya. Tari Merak karya Irawati dipentaskan pertama kali di Istora Senayan sebelum akhirnya diberangkatkan dalam acara Misi Kesenian Kepresidenan ke tiga negara yakni Korea Utara, Jepang, dan RRT. Di Korea Utara, Tari Merak dipentaskan di hadapan Presiden Kim Il Sung.

Tari Merak dipentaskan di Korea Utara dihadapan Presiden Kim Il Sung tahun 1965
Tari Merak dipentaskan di Korea Utara dihadapan Presiden Kim Il Sung tahun 1965

Pada Tahun 1970, Tari Merak menjadi salah satu materi tari yang dipentaskan dalam acara Japan Expo di Osaka.

Pada tahun 1984, Irawati diminta untuk menampilkan Tari Merak di Gedung Merdeka Bandung dengan 12 orang penari, hal tersebut merupakan suatu tantangan besar bagi Ira. Pada kesempatan ini, Ira kemudian menata kembali gerak Tari Merak dengan menambahkan gerak baru, serta mengurangi gerak sebelumnya yang dianggap tidak perlu, dan Iringannya ditata kembali oleh Aim Abdurochim. Kostumnya yang Indah merupakan hasil desain Ira dan dibuat oleh kakak iparnya yakni Ibu Kusumah. Tari Merak kemudian dianggap selesai.

Perkembangan selanjutnya Tari Merak kemudian menyebar dimana-mana, bahkan bisa dikatakan Tari Merak menyebar se-Indonesia bahkan dipelajari di luar negri.

Tari Merak Sunda kemudian menginspirasi banyak seniman lain untuk membuat Tari Merak, diantaranya Pak Bagong Kussudiardja dari Yogyakarta, bapak S. Maridi dengan Merak Subalnya, dan beberapa seniman lainnya. Kini Tari Merak Sunda telah menjadi warisan budaya tak benda (WBTB) Indonesia, dan sedang dalam tahap pengusulan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia (WBTB) oleh UNESCO, semoga dapat segera terwujud.


Ciri Khas

Dalam setiap tarian pasti memiliki ciri khas yang membedakan antara tarian satu dengan yang lainnya serta menjadi penanda kelebihan dan keunikan tarian tersebut. Tari merak ini memiliki beberapa ciri yang langsung dapat dikenali, di antaranya:

  1. Motif Busana (kostum) yang dikenakan penari menyerupai motif bulu merak, menggambarkan bentuk dan keindahan bulu tersebut. Kain dan bajunya menggambarkan bentuk dan warna bulu-bulu merak; hijau, biru, dan/atau hitam.[1] Ditambah lagi ekor merak yang sedang dikembangkan. Gambaran merak akan jelas dengan memakai siger yang dipasang di kepala setiap penarinya.[1]
  2. Gerakan dalam tari merak menggambar tingkah laku merak jantan yang sedang mencari perhatian betinanya dengan gerakan yang gemulai.[2]

Jenis

Terdapat berbagai jenis Tari Merak, diantaranya

  1. Tari Merak karya Rd. Tjetje Somantri (1955) dan Tari Merak Sunda karya Irawati Durban Ardjo (1965) dari Jawa Barat
  2. Tari Merak karya Bagong Kussudiardja dari Yogyakarta
  3. Tari Merak Subal karya S.Maridi dari Surakarta
  4. Tari Merak Ponoaragan (Jawa Timur)
  5. Tari Merak Angelo (Bali)
  6. Tari Merak Merah (Palembang)

Rujukan

  1. ^ a b c Rusliana, Iyus.2009.Kompilasi Istilah Tari Sunda.Bandung: Jurusan Tari, STSI Bandung.
  2. ^ "Ciri-ciri Tari Merak Kesenian Masyarakat Sunda". Informasi Budaya Jawa. 2018-03-06. Diakses tanggal 2019-03-05.