Museum Adityawarman
Museum Adityawarman adalah museum budaya Sumatera Barat yang terletak di Kota Padang.[3] Museum ini diresmikan pada 16 Maret 1977 mengambil nama besar salah seorang raja Malayapura pada abad ke-14, Adityawarman yang sezaman dengan Kerajaan Majapahit.[3][4][5] Museum ini memiliki julukan Taman Mini ala Sumatera Barat.[6]
Didirikan | 1977 |
---|---|
Lokasi | Jl. Diponegoro No. 10, Belakang Tangsi, Padang Barat, Padang, Indonesia |
Jenis | Museum daerah |
Ukuran koleksi | 6.000 |
Direktur | Mardison, S.Pd., M.Pd. (Kepala UPTD Museum)[1] |
Kurator | Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat[2] |
Situs web | museumadityawarman |
Sebagai museum budaya, Museum Adityawarman menyimpan dan melestarikan benda-benda bersejarah, seperti cagar budaya Minangkabau dan sekitarnya beserta beberapa cagar budaya nasional. Salah satu di antaranya adalah bangunan yang berarsitektur Minang, rumah gadang.[3]
Pembangunan
Konstruksi museum dikerjakan pada 1974. Bangunan museum berada di areal lebih kurang 2,6 hektare dengan luas bangunan sekitar 2.854,8 meter persegi. Peresmian museum ditandai oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Prof. Dr. Syarif Thayeb.[7] Selanjutnya, museum ini diberi nama Museum Negeri Adityawarman Sumatera Barat berdasarkan Surat Keputusan Menteri No.093/0/1979 tanggal 28 Mei 1979.[7]
Koleksi
Koleksi utama yang terdapat di Museum Adityawarman dikelompokkan ke dalam sepuluh macam jenis koleksi, meliputi geologika/geografika, biologika, etnografika, arkeologika, historika, numismatika/heraldika, filologika, keramologika, seni rupa, dan teknalogika.[3] Koleksi lain yang dimiliki oleh museum ini adalah benda purbakala peninggalan Kerajaan Dharmasraya, yaitu berupa duplikat patung Bhairawa dan patung Amoghapasa.[5]
Ruang utama museum menampilkan diaroma yang mempresentasikan sistem adat yang dimiliki oleh masyarakat Minang dengan penjelas terstruktur mengenai hubungan kekerabatan dalam adat Minangkabau. Berbeda dari daerah-daerah lainnya di Indonesia yang pada umumnya memegang sistem kekerabatan patrilineal, Minangkabau sendiri menggunakan sistem matrilineal sehingga perempuan memegang pengaruh kuat di Minangkabau. Aktivitas perempuan Minang dipaparkan dengan apik di area museum. Mulai dari mengasuh anak, memasak untuk keluarga dan lingkungan lebih luas, sampai tradisi lisan yang berupa pantun sebagai sarana ibu menanamkan nilai kehidupan bagi anak. Kesenian banyak ditampilkan dalam upacara-upacara adat, salah satunya adalah upacara pernikahan. Di salah satu sudut museum terdapat ruang peragaan pelaminan pernikahan adat Minang. Tentu saja ruangan ini menjadi salah satu yang paling diminati oleh pengunjung.[3]
Selain itu, di bagian ruangan lain terdapat koleksi-koleksi benda bersejarah dan budaya dari Suku Mentawai. Meskipun masih sama-sama dalam satu daerah, yakni Sumatera Barat, Suku Mentawai menerapkan adat istiadat yang sama sekali berbeda yakni menerapkan sistem kekerabatan patrilineal.[3]
Referensi
- ^ https://disdik.sumbarprov.go.id/cabang-dinas/cabang-dinas-i/79-pejabat-administrator-dan-pengawas-pemprov-sumbar-dilantik.html/
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-12-07. Diakses tanggal 2021-12-13.
- ^ a b c d e f "Museum Adityawarman". Desti Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-05. Diakses tanggal 5 Mei 2014.
- ^ "Museum Negeri Adityawarman Sumatera Barat". Situs Resmi Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Barat. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-10-14. Diakses tanggal 20 Desember 2011.
- ^ a b "Museum Adityawarman". Wisata Melayu. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-08. Diakses tanggal 8 Mei 2014.
- ^ "Musem Adityawarman". Pos Metro Padang. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-08. Diakses tanggal 8 Mei 2014.
- ^ a b "Museum Negeri Provinsi Sumatera Barat "Adityawarman"". Asosiasi Museum Indonesia. Diakses tanggal 8 Mei 2014.