Laut Maluku

Laut di Indonesia yang terhubung dengan Samudra Pasifik
Revisi sejak 6 Oktober 2023 05.18 oleh Mercunusium (bicara | kontrib) (Perbaikan bahasa)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

0°25′S 125°25′E / 0.417°S 125.417°E / -0.417; 125.417

Laut Maluku
Molucca Sea
Molucca Sea is in Southeast Asia
Lokasi Laut Maluku (biru)
LetakAsia Tenggara
Jenis perairanLaut
Bagian dariSamudra Pasifik
Terletak di negaraIndonesia
Area permukaan200.000 km2 (77.000 sq mi)
Kedalaman maksimal4.810 m (15.781 ft)
PermukimanBitung, Ternate, Tidore
Peta
Peta

Laut Maluku terletak di barat Samudra Pasifik yang terletak di dekat Provinsi Maluku, Indonesia. Laut ini membatasi Laut Sulawesi di utara dan Laut Banda di selatan. Pulau pulau yang membatasi laut ini adalah kepulauan Indonesia seperti Halmahera, Seram, Buru, dan Sulawesi.

Aktivitas gempa

sunting

Laut ini merupakan area gempa bumi aktif. Gempa yang mencapai 6.3 SR terjadi pada 21 Desember 2005, yang berpusat di 190 km selatan Manado. Gempa berkekuatan 5.4 SR terjadi di daerah yang sama pada 16 Mei 2006, dan gempa bumi 6.1 SR mengguncang laut itu pada 19 Mei 2006. Aktivitas saat ini adalah gempa 5.5 pada 14 Juni 2006. Gempa bumi yang baru-baru ini terjadi mencapai 7.3 (PRE) yang terjadi pada 21 Januari 2007 dengan beberapa gempa kecil dengan rata-rata 5.0 SR dalam 24 jam setelah gempa pertama. Gempa yang belum lama terjadi terjadi pada 17 Maret 2007, yang mencapai 6.5 SR.[1] Sebuah gempa mencapai 5.2 SR terjadi pada 21 November 2007. Aktivitas paling terkini merupakan gempa yang mencapai 4.9 SR pada 1 Desember 2007.[2]

Tektonika Lempeng

sunting

Tektonika Lempeng di Laut Maluku masih menjadi perbincangan hangat bagi para ilmuwan kebumian. Karena ada fenomena unik yang terdapat di sekitar Laut Maluku. Yaitu terdapat dua buah kemenerusan gunung api yang membentuk busur yang saling bertolak belakang. Dua kemenerusan gunung api ini berada di Lengan Utara Pulau Sulawesi dan di Kepulauan Halmahera. Kenampakan dua buah kemenerusan gunung api ini sejalan dengan kajian seismotektonik yang menunjukkan adanya dua subduksi di daerah tersebut. Ada dua pendapat mengenai dua subduksi tersebut yaitu pendapat dari Hamilton dan Waluyo.

Pendapat Hamilton

sunting

Hamilton mengemukakan bahwa yang sedang terjadi di Laut Maluku merupakan subduksi ganda. Baik Busur Sangihe maupun Busur Halmahera saling menunjam mikro plate Laut Maluku. Implikasinya adalah mikroplate Laut Maluku akan semakin kebawah karena proses penunjaman dikedua sisinya dan mengakibatkan kedalaman Laut Maluku semakin dalam.

Pendapat Waluyo

sunting

Waluyo menggunakan kajian seismotektonik untuk meneliti tektonika lempeng di Laut Maluku dan mengemukakan bahwa tidak ada subduksi baru yang berkembang di Laut Maluku. Subduksi yang ada tetap ke arah barat dan timur dari sistem konvergen dengan zona Wadati-Benioff yang berlawanan arah. Busur Sangihe dan Halmahera akan saling mendekat satu sama lain dan cenderung akan naik keatas mikroplate Laut Maluku. Dua buah busur yang mengalami kolisi ini disebut dengan front-arc collision. Implikasinya dari pendapat Waluyo adalah adanya daratan yang akan muncul disekitar Laut Maluku hasil dari proses kolisi yang terjadi di Laut Maluku.

Catatan

sunting