Tombatu, Minahasa Tenggara

kecamatan di Kabupaten Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara
Revisi sejak 21 Agustus 2009 08.47 oleh Marcon (bicara | kontrib)

Tombatu adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara, Indonesia. Kecamatan Tombatu terdiri dari desa Molompar Satu, Molompar dua, Tomabtu 1, Tombatu 2 Tombatu 3, Betelen, Mundung, Mundung 1, Esandom, Winorangian, Tonsawang (Nevy Kawulusan) Letak Tombatu berada di Selatan Gunung Soputan, sekitar 15 km dari ibukota kabupaten: Ratahan. Nama tua Tombatu adalah Toundanow. Artinya: daerah yang banyak air. Terdapat beberapa danau dan yang terbesar adalah Danau Bulilin.

Tombatu
Negara Indonesia
ProvinsiSulawesi Utara
KabupatenMinahasa Tenggara
Pemerintahan
 • Camat-
Populasi
 • Total- jiwa
Kode Kemendagri71.07.05 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS7109050 Edit nilai pada Wikidata
Luas- km²
Desa/kelurahan-

Orang Tombatu terkenal dengan keramahtamahannya, mudah bergaul dan saling hormat menghormati. Anak-anak kecil di Tombatu, secara turun temurun mempunyai kebiasaan memberi hormat kepada siapa saja orang tua yang berpapasan di jalan. Walau tidak kenal, ketika berpapasan, anak-anak itu akan memberi salam, "Selamat pagi Om", atau tante, kak, dlsb. Kemudian orang tua tersebut akn memanggil anak itu dan bertanya, "Kamu anak siapa?". Anak itupun menyebut nama orangtuanya, dan orang itu berkata, "Sampaikan salam untuk papamu, dari Om Frans", misalnya.

Tombatu memiliki sebuah danau kecil bernama Bulilin. Dulu danau bulilin adalah tempat mandi anak-anak Tombatu. Tetapi sekarang sudah menjadi tempat memelihara ikan yang disebut "Karamba". Danau Bulilin sekarang terancam karena pertumbuhan katu (salah satu tumbuhan yang daunnya bisa dijadikan atap) yang kian tak terkendali dan beberapa pengelola karamba yang tidak dapat menjaga kebersiha danau sendiri.

Di Tombatu sendiri terdapat beberapa organisasi kepemudaan yang membidangi pecinta alam. Salah satunya adalah KPA Baranei yang merupakan cikal bakal lahirnya organisasi kepemudaan pecinta alam yang serupa. Bahkan, kinerja KPA Baranei sendiri sudah mendapatkan penghargaan dari pemerintah maupun perorangan yang peduli terhadap lingkungan.

Penghasilan masyarakat Tombatu, seperti Minahasa pada umumnya adalah Kopra, cengkeh dan vanili. Pada awal tahun 2000, banyak persawahan di Tombatu yang sudah diuruk dan dibangun rumah penduduk. Apalagi ke Polong, ke arah Tonsawang, persawahan luas bernama Sisim telah berubah menjadi perkampungan. Salah seorang tokoh masyarakat daerah Polong, Bapak Erens mamahit, hanya pasrah saja ketika persawahan yang hijau telah berubah menjadi perkampungan penduduk.

Tanah Tombatu rata-rata subur karena daerah pegunungan. Suhu sekitar 25-30 derajat celsius. Ekonomi penduduk terfokus ke pertanian berupa Kopra, Cengkeh, Vanili dan rempah-rempah. Agama mayoristas Kristen Protestan. Suku mayoritas: Minahasa dengan sub etnis Tounsawang dan Pasan . Tingkat kesejahteraan cukup bagus dibandingkan dengan kecamatan di Indonesia. Ditandai dengan tingkat melek huruf yang tinggi dan kecilnya angka kemiskinan. Tombatu juga mempunyai tradisi gotong royong yang disebut "Mapalus". Anggota mapalus dalam jumlah puluhan disebut Kelup. Kelompok kelup tersebut biasanya membangunkan anggota mereka pada jam 03.00 subuh dengan terompet. Suara terompet tersebut akan membangunkan masyarakat seluruh kampung. Anggota "Mapalus" segera bangun, mempersiapkan diri untuk berangkat ke kebun. Dalam perjalanan ke kebun, mereka berjalan berjejer seperti "kaki seribu" yang diiringi dengan berbagai alat musik, seperti tambur, gendang, dll, yang dipukul secara berirama oleh 4-5 orang, sampai ke tempat tujuan. Mereka bekerja selama 8 jam sehari. Petang hari mereka akan pulang berjalan kaki dengan cara yang sama dan mendekati kampung, biasanya banyak anak-anak yang berdiri di pinggir jalan melihat kedatangan grup mapalus, karena waktu mereka berangkat pagi-pagi, anak-anak itu belum bangun.

Di Tombatu juga terdapat berbagai macam gereja. Tetapi gereja yang paling menonjol adalah gereja GMIM, Pantekosta, Advent dan Katolik. Banyak putra-putri Tombatu yang menjadi pendeta dan kini menjadi gembala sidang di perantauan, misalnya Noch Supit gembala GPdI di Riau, Pdt. Piet Tiouw di Bagansiapi-api, Pdt. James Pangau di Jakarta, Ferdinand Kindangen di daerah Sulawesi Selatan serta Pdt. Buce Pelleng di Tonasa, Makassar.