Cacarakan
Cacarakan adalah sebutan untuk aksara Jawa yang dimodifikasi untuk menuliskan bahasa Sunda dialek Priangan yang sempat digunakan secara terbatas di wilayah yang sekarang merupakan bekas keresidenan Priangan pada abad ke-18 sampai awal abad ke-20.[4][5] Sekarang, aksara ini sudah tidak digunakan lagi dan keberadaannya tergantikan oleh aksara Sunda Baku.[6][7]
Cacarakan ꦕꦕꦫꦏꦤ꧀ Aksara Sunda Cacarakan[1] Aksara Sunda Basisir Kalér[2] Aksara Sunda Jawa[3] | |
---|---|
Jenis aksara | |
Bahasa | Bahasa Sunda Priangan |
Periode | abad ke-18 hingga 20 |
Aksara terkait | |
Silsilah | Menurut hipotesis hubungan antara abjad Aramea dengan Brahmi, maka silsilahnya sebagai berikut:
Dari aksara Brahmi diturunkanlah:
|
Aksara kerabat | Carakan Madura |
Penggunaan Cacarakan bersamaan dengan penggunaan abjad Pegon oleh masyarakat Sunda, jika Cacarakan cenderung dipakai oleh kalangan bangsawan (ménak) yang berada di lingkungan yang feodal, maka masyarakat Sunda di luar itu cenderung memakai abjad Pegon, terutama oleh mereka yang dekat dengan lingkungan pesantren.
Etimologi dan penamaan
Dalam bahasa Sunda, cacarakan memiliki makna "meniru-niru aksara Carakan/Jawa". Dari sudut pandang tata bahasa Sunda Istilah "cacarakan" tebentuk dari kata dasar "caraka" yang mengalami proses reduplikasi dengan dwipurwa yang ditambah akhiran -an.[8]
Penamaan aksara ini kemudian lambat laun berubah penyebutannya seiring dengan meluasnya penggunaan aksara ini di Tatar Sunda, sehingga aksara ini juga disebut sebagai aksara Sunda, penamaan ini berawal dari buku karya G.J Grashuis yang berjudul "Handleiding voor Aanleren van het Soendaneesch Letterschrift" (Buku Petunjuk untuk Belajar Aksara Sunda) yang berisi tentang pedoman untuk menuliskan bahasa Sunda menggunakan aksara Cacarakan yang diterbitkan pada tahun 1860.[9]
Perbedaan dengan aksara Carakan Jawa
Terdapat beberapa perbedaan ortografi antara Cacarakan (Sunda) dengan Carakan (Jawa), yaitu:[3]
- Vokal [ɨ] <eu> ditulis sebagai Templat:Script/Javanese atau Templat:Script/Javanese, yang disebut sebagai paneuleung dalam Cacarakan (vokal ini tidak terdapat dalam Carakan).
- Vokal Mandiri yang terdapat di awal kata dalam Cacarakan ditulis dengan aksara sora (bahasa Jawa: aksara swara). Misalnya dalam Carakan, untuk menuliskan kata aksara, dapat diwakili dengan huruf /ha/ menjadi /haksara/ walaupun tetap dibaca sebagai aksara, sedangkan dalam Cacarakan tidak mengalami perubahan sehingga tetap ditulis sebagai /aksara/ untuk dibaca sebagai aksara.
- Vokal Mandiri [i] ditulis sebagai Templat:Script/Javanese dalam Cacarakan. Meskipun, bisa juga ditulis sebagaimana vokal i dalam aksara Carakan pada umumnya.
- Konsonan [ɲ] <ny> ditulis sebagai Templat:Script/Javanese untuk ngalagéna yang berdiri sendiri, sedangkan untuk pasangan diakritik ditulis sebagai Templat:Script/Javanese. Aksara Templat:Script/Javanese dalam Carakan tidak digunakan dalam Cacarakan.
Selain itu, jika dalam Carakan Jawa terdapat sebanyak 20 huruf konsonan, maka dalam Cacarakan Sunda hanya ada 18 huruf konsonan (aksara <dha> dan <tha> tidak dipakai dalam Cacarakan) walaupun pada kenyataanya bentuk ortografi aksara <dha> pada Carakan digunakan untuk menggantikan bentuk ortografi aksara <da> pada Cacarakan.[10] Untuk melihat perbedaan keduanya dengan lebih jelas, perhatikan tabel di bawah ini:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa bentuk aksara /dha/ pada Carakan digunakan untuk merepresentasikan bunyi "da" dalam Cacarakan. Sedangkan untuk merepresentasikan bunyi "nya", digunakan huruf /na/ yang ditambahkan dengan pengkal dalam Carakan atau pamingkal dalam Cacarakan. Untuk pasangan huruf yang lainnya, Cacarakan tetap menggunakan pasangan yang sama dengan yang terdapat pada Carakan. Hanya saja saat pemberian sandhangan (Carakan) atau rarangkén (Cacarakan) menggunakan aturan yang dimodifikasi untuk merepresentasikan bunyi vokal pada bahasa Sunda.[10]
Dalam aksara sora, huruf /i/ ditulis dengan rangkaian huruf /a/ yang ditambah dengan wulu (Carakan) atau panghulu (Cacarakan). Dalam Carakan tidak ada vokal khusus yang digunakan untuk bunyi /e/ (pepet), sedangkan dalam Cacarakan huruf /e/ pepet ditulis secara mandiri dengan menuliskan rangkaian huruf /a/ yang ditambah dengan pepet (Carakan) atau pamepet (Cacarakan). Vokal lain yang hanya terdapat dalam Cacarakan adalah vokal yang digunakan untuk merepresentasikan bunyi [ö] atau huruf /eu/ yang cukup dominan digunakan dalam bahasa Sunda. Huruf /eu/ ditulis dengan rangkaian huruf /a/ ditambah dengan tarung (Carakan) dan pepet (Carakan) yang disebut sebagai paneuleung dalam Cacarakan.[11][3]
Latin | -a | panghulu (-i) | panyuku (-u) | panéléng (-é) | panolong (-o) | pamepet (-e) | paneuleung (-eu) | panyecek (-ng) | pangwisad (-h) | panglayar (-r) | pamingkal (-y-) | panyakra (-r-) | pamaéh (ø) |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Cacarakan | - | Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese |
Latin | ka | ki | ku | ké | ko | ke | keu | kang | kah | kar | kya | kra | k |
Cacarakan | Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese |
Angka Arab | 0 | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
enol | hiji | dua | tilu | opat | lima | genep | tujuh | dalapan | salapan | |
Cacarakan | Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese |
Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese |
Cacarakan | koma
(koma) |
titik
(titik) |
pipa
(pembatas angka) |
adeg-adeg
(tanda mulai) |
---|---|---|---|---|
Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese | Templat:Script/Javanese |
Contoh
UDHR Pasal 1:
Sakumna jalma gubrag ka alam dunya téh sipatna merdika jeung boga martabat katut hak-hak anu sarua. Maranéhna dibéré akal jeung haté nurani, campur-gaul jeung sasamana aya dina sumanget duduluran.
ꦱꦏꦸꦩ꧀ꦤꦗꦭ꧀ꦩꦒꦸꦧꦿꦒ꧀ꦏꦄꦭꦩ꧀ꦝꦸꦤꦾꦠꦺꦃꦱꦶꦥꦠ꧀ꦤꦩꦼꦂꦝꦶꦏꦗꦼꦵꦁꦧꦺꦴꦒꦩꦂꦠꦧꦠ꧀ꦏꦠꦸꦠ꧀ꦲꦏ꧀ꦲꦏ꧀ꦄꦤꦸꦱꦫꦸꦮ꧉ꦩꦫꦤꦺꦃꦤꦢꦶꦧꦺꦫꦺꦄꦏꦭ꧀ꦗꦼꦵꦁꦲꦠꦺꦤꦸꦫꦤꦶ꧈ꦕꦩ꧀ꦥꦸꦂꦒꦲꦸꦭ꧀ꦗꦼꦵꦁꦱꦱꦩꦤꦄꦪꦢꦶꦤꦱꦸꦩꦔꦼꦠ꧀ꦢꦸꦢꦸꦭꦸꦫꦤ꧀
Lihat pula
Rujukan
Catatan kaki
- ^ Rosyadi 1997, hlm. 16.
- ^ Rosyadi 1997, hlm. 51.
- ^ a b c Coolsma 1985, hlm. 7.
- ^ Permadi 2019, hlm. 262.
- ^ Ruhailah 2010, hlm. 49.
- ^ Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 343/SK.614-Dis.PK/99
- ^ Republik Indonesia 2014.
- ^ Ekadjati 1999.
- ^ Rosyadi 1997, hlm. 17.
- ^ a b Coolsma 1985, hlm. 5.
- ^ Coolsma 1985, hlm. 6.
Daftar pustaka
- Tim Unicode Aksara Sunda (2008). Direktori Aksara Sunda untuk Unicode (PDF). Bandung: Dinas Pendidikan Pemprov Jawa Barat.
- Mulyana, Nana dkk (2008). Katalog Naskah Kuno Museum Negeri Sri Baduga. Bandung: Balai Pengelolaan Museum Sri Baduga.
- Coolsma, Sierk (1985) [1904]. Tata Bahasa Sunda. Diterjemahkan oleh Widjajakusumah, Rusyana, Husein, Yus. Jakarta: (Penerbit Asli) Fa. A.W. Sijthoff. OCLC 13986971.
- Permadi, Tedi (2019). "Struktur dan Komponen Tiga Surat Segel Tanah di Priangan". Jumantara: Jurnal Manuskrip Nusantara. 9 (261). doi:10.37014/jumantara.v9i2.252 .
- Ruhaliah, Ruhaliah (2010). "Jejak Penjajahan pada Naskah Sunda: Studi Kasus pada Surat Tanah". Jurnal Manuskrip Nusantara. 1 (1). doi:10.37014/jumantara.v1i1.104 .
- Rosyadi (1997). Pelestarian Dan Usaha Pengembangan Aksara Daerah Sunda (PDF). Jakarta: Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Pusat Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan.
- Ekadjati, Edi S. (1999). Direktori Edisi Naskah Nusantara. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan Masyarakat Pernaskahan Nusantara. ISBN 9794613347.
- Republik Indonesia (2014). "Perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra dan Aksara Daerah". jabarprov.go.id.
Pranala luar
- Panduan Penulisan Cacarakan Sunda
- Pedoman Ejaan Bahasa Sunda Yang Disempurnakan
- Kamus Sunda-Indonesia Repositori Kemdikbud
- Kamus Bahasa Sunda-Inggris oleh F.S. Eringa
- Konverter Aksara Latin-Aksara Sunda di kairaga.com
- Tabel Karakter Unicode Aksara Sunda di unicode-table.com