Etnis Angkola

Etnis Angkola Adalah Salah satu etnis Di Pulau Sumatera berada Di Sumatera Utara 223.255.225.74 21 Maret 2021 17.33 (UTC)Balas

Suku Angkola

Suku Angkola Adalah Salah satu Suku Terbesar Di Provinsi Sumatera Utara didalam kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia Yang Mayoritas Penganut Agama Islam berbeda dengan Suku Batak dan bukan bagian sub batak agar Masyarakat Dunia mengetahui perbedaan adat istiadat budaya dll yg sangat jauh berbeda Dalimuntheilmar (bicara) 21 Agustus 2021 15.08 (UTC)Balas

Setuju Dalimuntheilmar (bicara) 21 Agustus 2021 15.09 (UTC)Balas

bahasa angkola

”’Bahasa Kola Angkola”’ merupakan sebuah bahasa yang paling serupa dengan bahasa Mandailing, disamping terletak geografi yang berdekatan bahasa Mandailing sedikit lebih lembut intonasinya daripada bahasa Angkola . Bahasa Kola Angkolanesia meliputi daerah Padangsidempuan, Batang Toru, Sipirok, seluruh bagian kabupaten Tapanuli Selatan. Bahasa Mandailing, merupakan rumpun bahasa angkolaan, dengan pengucapan yang lebih lembut lagi daripada bahasa Angkolaan penggunaannya di daerah Kabupaten Mandailing-Natal Template:Bahasa daerah di Indonesia Angkola-Mandailing Kategori:Bahasa di Malaysia Kategori:Bahasa Melayu-Polinesia Angkola-Mandailing

Preview of references [1] Bahasa Angkola at Ethnologue (18th ed., 2015) Bukanbatak (bicara) 29 Agustus 2021 12.45 (UTC)Balas

Marga Marga Asli Suku Angkola of malay

SUKU ANGKOLA BERBEDA DENGAN SUKU BATAK ( BATAK ANGKOLA ) DIANTARA PERBEDAAN ITU YAITU BAHASA ADAT ISTIADAT DAN BUDAYA SERTA BERBEDA LELUHUR YG MENURUNKAN MARGA MARGA MALAY OF ANGKOLA TRIBE Dalimuntheilmar (bicara) 8 Oktober 2021 17.24 (UTC)Balas

LELUHUR ORANG ANGKOLA

SUKU ANGKOLA BUKAN BATAK ( Batak Angkola )

Angkola suku angkola adalah suku yang mandiri dan berdikari yg mempunyai adat istiadat budaya dan bahasa yg universal berbeda dengan batak dan batak angkola berada di wilayah sumatera utara sebelah selatan berbatasan dengan provinsi sumatera barat Dalimuntheilmar (bicara) 11 Oktober 2021 15.56 (UTC)Balas

Bahasa Kola Angkola adalah salah satu bahasa daerah yang terutama dipertuturkan di daerah Tapanuli bagian Selatan, meliputi Tapanuli Selatan, Padangsidimpuan, Padang Lawas Utara, Padang Lawas, dan sebagian kecil Mandailing natal, Sumatra Utara, Indonesia. Bahasa Kola Angkola termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia, dan merupakan bagian dari kelompok bahasa-bahasa Angkola. Bahasa Kola Angkola adalah bahasa yang paling mirip dengan bahasa Kola

Fakta Singkat Dituturkan di, Rumpun bahasa ...

Bahasa AngkolaDituturkan diSumatra Utara, Indonesia

Rumpun bahasa

Austronesia

Melayu-Polinesia

MP Inti

Sumatra Barat Laut

Bahasa Angkola

kola Selatan

Bahasa Angkola

Sistem penulisan

Angkola, LatinKode bahasaISO 639-3kvv

https://ms.wiki-indonesia.club/wiki/Bahasa_Angkola?wprov=sfla1 Dalimuntheilmar (bicara) 11 Oktober 2021 15.57 (UTC)Balas
<p>Angkola itu Suatu suku Mandiri </p>
<p>Bukti daerah daerah sekitar yg dikenal sekarang Tapanuli bagian selatan yg terdiri dari bebrapa kotamadyaya dan kabupaten bagian dari Dulunya Wilayah Mungkin Melayu tua<br />Prasasti Gunung tua berbahasa Melayu tua</p>
<p>Prasasti Gunung tua berangka tahun 946 saka (1024/1025 M), Suryya<br />Masa kekuasaan Rajendra Chola Dinasty</p>
<p>Sepuluh abad yang lalu, sebelum Kerajaan Panai berdiri, nama Panai atau Pannai telah ada. Nama ini ditemukan pada tahun 1030 masehi dalam sebuah prasasti. Oleh Prof. Nilakanta Sastri, seorang sarjana India, mahaguru Universitas Madras, pada tahun 1940 menterjemahkan isi prasasti tersebut ke dalam bahasa Inggris. Prasasti ini merupakan peninggalan Raja Rayendra Cola I, Kerajaan Tanjore (India Selatan), yang mana pernah melakukan penyerangan ke beberapa wilayah, termasuk wilayah Pulau Sumatera. Daerah yang menjadi tempat penyerangan di Pulau Sumatera antara lain Kerajaan Lamuri (Aceh), Pannai (Sumatera Timur), dan Sriwijaya (Sumatera Selatan).<br />hingga akhirnya Raja Kadaram (Sang Rama Wijayatunggawarman) dapat ditawan. Hal ini sangat berbeda dengan nama Pannai, sepertinya tidak terjadi pertempuran.</p>
<p>Dapat ditarik kesimpulan yaitu, masuknya Raja Rayendra Cola I ke wilayah Pannai sepuluh abad yang lalu, mereka hanya menemukan daerah itu (Padang Lawas) masih sedikit penghuninya, belum ada kesatuan hukum, ataupun belum ada ikatan kelompok yang dapat dikatakan sebagai sebuah Kerajaan.</p>
<p>Paďa tahun 1024 M<br />Chola memulai invasi militer terhadap Sriwijaya, dipimpin langsung oleh Rajendra Chola. Sebelum menuju Sriwijaya, armada Chola terlebih dahulu menduduki kepulauan Andaman dan Nikobar. Kemudian, karena selat Malaka dijaga ketat, mereka menyerbu melalui jalur laut di bagian barat Sumatra dan selat Sunda yang sepi pengamanan. Dengan cepat, mereka menaklukkan Barus, pesisir Minangkabau dan Sunda, Lampung, Bengkulu, serta Komering. Kala itu, sebagian besar pasukan Sriwijaya tengah dikonsentrasikan di Tambralingga untuk menghadapi serbuan pasukan Khmer.</p>
<p>Pada tahun 1025 M<br />Satu persatu kota di Sriwijaya diduduki dan dibumihanguskan oleh armada Chola. Berturut-turut Palembang, Bangka, Jambi, Gelanggi, Panai, Muar, Gangga Negara, hingga pusat pemerintahan Sriwijaya di Kedah takluk. Maharaja Sangrama Wijayatungga (bersama dengan saudarinya) yang tengah berada di Kedah ditangkap dan dibawa ke Chola sebagai tawanan perang. Sang Maharaja kemudian dibebaskan kembali setelah mengaku takluk pada Rajendra Chola, sementara saudarinya diambil sebagai istri oleh Rajendra Chola. Kerajaan Sriwijaya pun menjadi bawahan Chola. Sementara Tambralingga dianeksasi oleh Khmer. Kahuripan mulai melancarkan ekspansi ke seluruh Bumi Jawa untuk menghapus hegemoni Sriwijaya di sana. Beberapa bangsawan Sriwijaya dikabarkan hijrah ke Kalimantan dan Filipina akibat invasi Chola, dimana mereka menjadi penguasa dari beberapa koloni Sriwijaya di sana. Salah satunya adalah kedatuan Madyaas, yang kemudian lepas menjadi negara merdeka. Biksu Atisha pulang kembali ke Benggala, setelah menyelesaikan pendidikan Buddha-nya dari Guru Besar Dharmakirti. Ia sendiri kemudian menjadi seorang Guru Besar yang giat menyebarkan Buddha Dharma di jazirah Bharata (India) dan Tibet.</p>
<p>Pada tahun 1028 M<br />Rajendra Chola menunjuk Sri Dewa sebagai raja baru Sriwijaya dibawah dinasti Chola, menggantikan Sangrama Wijayatungga. Sebelumnya, armada Chola terlebih dahulu menaklukkan Lamuri dan Langkasuka, dua negeri bawahan Sriwijaya terakhir di Tanah Melayu yang belum tunduk pada Chola. Koloni-koloni Sriwijaya di Kalimantan dan Filipina kemungkinan besar melepaskan diri menjadi negara-negara merdeka.</p>
<p>Dari keterangan diatas, adanya nama Panai tentu setidaknya melibatkan nama sungai Panai (Barumun) ataupun sungai Batang Pane, anak cabang sungai Barumun. Diduga, nama sungai-sungai ini telah ada sebelum datangnya Raja Rayendra Cola I, kemudian dengan nama sungai inilah mereka gunakan untuk dituliskan dalam prasasti dan sangat dimungkinkan Kerajaan panai adalah nama salah satu kerajaan yg didirikan oleh Dinasty chola</p>
<p>DIMANA PADA MASA RAJENDRA CHOLA BERKUASA ATAU MENGUASAI WILAYAH KEKUASAAN SRIWIJAYA PADA ANGKA TAHUN PERSIS RAJENDRA CHOLA MULAI BERKUASA YAITU DIANTARA TAHUN 1024 M / 1025 M ATAS KERAJAAN SRIWIJAYA TERGURAT PADA PRASASTI GUNUNG TUA SEBAGAI BUKTI SEJARAHNYA</p>
<p>Prasasti Gunung tua ini ditemukan di daerah Gunung Tua, Padang Lawas, Tapanuli Selatan dan saat ini prasasti Gunung Tua disimpan di Museum Nasional Jakarta.<br />Transkripsi Prasasti Gunung Tua (Setianingsih, dkk, 2003 : 11-12) :</p>
<ol><!-- wp:list-item -->
<li>Swasti śaka warsātita 946 caitramāsa, tithi tritiya sukla, śekrawāra, tatkala juru pa</li>
<li>ndai suryya barbuat bhatāra lokanātha, imānikuśala mūlā ni sarvva satva sādhāranikr</li>
<li>tvā, anu ttarā yām samyayakram bodhau parināmam yāmi<br />Terjemahan :</li>
<li>Selamat tahun saka 946, bulan Caitra, hari ketiga masa bulan terang, hari jumat. Ketika itu juru pandai yang bernama</li>
<li>Suryya membuat (patung) bhatara Lokanātha, dari semua pekerja yang baik dari segala pembuatan, harapan saya</li>
<li>bagi semua kebijaksanaan yang tinggi dan lengkap<!-- wp:list -->
<ul><!-- wp:list-item -->
<li>Melayu Tua</li>
<li>Angkhola</li>
<li>Kerajaan chola mandala</li>
<li>Prasasti Gunung Tua</li>
</ul>
</li>
</ol>
<figure class="wp-block-image size-large"><img src="https://angkolaorg.files.wordpress.com/2023/10/16970514285491893541373846243273.jpg?w=710" alt="" class="wp-image-559"/></figure>
Ang.chola (bicara) 12 Oktober 2023 03.52 (UTC)Balas
Kembali ke halaman "Angkola".