Sakera

Revisi sejak 14 Oktober 2023 08.23 oleh Mm4tchaaa (bicara | kontrib) (Mengembangkan Artikel)

Sakera adalah seorang tokoh pejuang legenda keturunan Pulau Madura. Ia berjuang melawan penjajahan Belanda sekitar permulaan abad ke-19. Sakera dikenal sebagai seorang ahli bela diri yang melawan pemerintahan Belanda di perkebunan tebu di daerah Bangil. Karena perlawanannya terhadap Belanda, Sakera akhinya ditangkap setelah dikhianati oleh salah satu rekannya sendiri. Ia dimakamkan di wilayah Bekacak, Kelurahan Kolursari. Daerah paling selatan di Kota Bangil. Legenda jagoan asli Madura ini sangat populer di Jawa Timur.[1]

Berkas:Sakera.jpg
Ilustrasi Sakera digambarkan dengan senjata khasnya, Arit

Sakera yang bernama asli Sadiman adalah golongan dari keluarga ningrat yang di sebut dengan kelas Mas, berlatar belakang Islam yang amat sholeh dan pekerja keras. Profesinya sebagai mandor di perkebunan tebu milik pabrik gula Kancil Mas Bangil. Ia dikenal sebagai seorang mandor yang baik hati dan sangat memperhatikan kesejahteraan para pekerja, sehingga dijuluki Sakera. Sakera adalah pejuang yang anti penjajahan.

Nama panggilan Sakera adalah Sadiman. Mengenai asal usulnya, Sakera berasal dari Madura dan kemudian menetap di wilayah Bangil. Sebelum menjadi pejuang melawan penjajah Belanda, Sakera bekerja sebagai mandor di perkebunan tebu di Kancil Mas Bangil yang dikelola oleh orang Belanda. Sakera punya dua orang istri pertama bernama Ginten, sementara yang kedua bernama Marlena. Juga menghidupi keponakannya yang bernama Brodin. Kehidupan yang nyaman sebagai mandor dan orang terpandang hilang ketika sakera dituding sebagai seorang pembunuh. Dia menjadi buronan Kompeni Belanda setelah berani melawan kepemimpinan Belanda saat itu.[2]

Suatu saat setelah musim giling selesai, pabrik gula tersebut membutuhkan banyak lahan baru untuk menanam tebu. Karena kepentingan itu orang Belanda ambisius untuk membeli lahan perkebunan yang seluas-luasnya dan dengan harga semurah-murahnya. Dengan cara yang licik, orang Belanda itu menyuruh Carik Rembang untuk bisa menyediakan lahan baru untuk Perusahaan dalam jangka waktu singkat dan murah, dengan iming-iming harta dan kekayaan. Sehingga Carik Rembang bersedia memenuhi keinginan tersebut. Carik Rembang pun menggunakan cara-cara kekerasan kepada rakyat dalam mengupayakan tanah untuk perusahaan.

Sakera pun selalu membela rakyat, karena sikap ketidakadilan yang berkali kali dilakukan oleh Carik Rembang. Sehingga Carik Rembang melaporkan hal ini kepada pemimpin perusahaan. Pemimpin perusahaan marah dan mengutus wakilnya Markus untuk membunuh Sakera. Suatu hari pekerja sedang istirahat di perkebunan, Markus marah-marah dan menghukum para pekerja serta menantang Sakera. Sakera yang mengetahui hal ini, marah dan membunuh Markus serta pengawalnya di kebon tebu. Sejak saat itu Sakera menjadi buronan polisi pemerintah Hindia Belanda. Suatu saat ketika Sakera berkunjung ke rumah ibunya, ia dikeroyok oleh Carik Rembang dan polisi Belanda. Karena ibu Sakera diancam akan dibunuh maka, Sakera akhirnya menyerah, dan dimasukkan ke penjara Di Bangil.

Siksaan demi siksaan dilakukan polisi Belanda kepada Sakera setiap hari. Selama dipenjara Sakera selalu merindukan keluarganya dirumah. Berbeda dengan Sakera yang berjiwa besar, sementara Sakera ada dipenjara. Perlawanan pun tetap dimulai, Carik Rembang dibunuh dan dilanjutkan dengan menghabisi para petinggi perkebunan yang memeras rakyat. Bahkan kepala polisi Bangil pun ditebas tangannya dengan celurit senjata khas yang digunakan Sakera.

Dengan cara yang licik pula polisi Belanda mendatangi teman seperguruan Sakera yang bernama Aziz untuk mencari kelemahan Sakera. Dengan iming-iming akan diberi imbalan kekayaan oleh pemeritah Belanda di Bangil. Aziz menjebak Sakera dengan licik, akhirnya Sakera pun terjebak dan dilumpuhkan ilmunya dengan memukulkan "Jamur Kuning" ke badannya. Lagi-lagi Belanda berhasil menangkap kembali Sakera yang kemudian diadili oleh pemeritah Belanda di Bangil dan diputuskan untuk dihukum gantung. Sakera gugur digantung di Penjara Bangil dan Ia dimakamkan di Bekacak, Kelurahan, daerah paling selatan Kota Bangil, Pasuruan, Jawa Timur.

Semangat perjuangan yang dilakukan Sakera tidak pernah terdokumentasikan bagi masyarakat, dan belum masuk di dalam kategori Pahlawan Nasional Indonesia. Di karenakan Sakera termasuk salah satu dari banyaknya Pahlawan Di Indonesia. Yang memperjuangkan daerahnya sendiri dari keganasan penjajahan Belanda. Sehingga Nama dan Jasa-jasanya Sakera, hanya bisa di dengar di daerahnya sendiri.

Celurit senjata andalan

Meski banyak keterbatasan, Pak Sakera membangkitkan semangat juang masyarakat untuk melawan penindasan kolonial. Pak Sakera selalu menggunakan sabit sebagai senjata untuk menumpas kediktatoran Belanda. Kedengarannya sederhana namun nyatanya bisa membuat Belanda kewalahan. Pengguna arit yang dilakukan inilah yang menimbulkan stigma kekerasan di kalangan masyarakat Madura. Stereotip ini dibentuk oleh pengaruh belanda pengaruh Belanda yang bertujuan merusak nama baik Pak Sakera. Falktanya, Pak Sakera hanya "Garang" dalam perlakuannya terhadap Belanda namun dianggap berwibawa oleh rakyat. Dan kami mengetahui bahwa Pak Sakera juga seorang yang religius. Bahkan konon Pak Sakera meminta izin untuk mennunaikan Shalat subu menjelang kematiannya di tangan Belanda[3]

Pahlawan yang jarang dikenal

Berbeda dengan pahlawan nasional lainnya, nama Pak Sakera cukup asing di telinga masyarakat kecuali masyarakat Jawa Timur dan Pulau Madura. Sepanjang hidupnya, pak Sakera selalu mengenakan baju bergaris merah putih dan celana hitam, digambarkan sebagai pahlawan pemberani yang tidak takut melawan penjajah. Selain dianggap sebagai pahlawan yang dapat membantu masyarakat mendapatkan kembali hak-hak nya, Pak Sakera juga dianggap sebagai simbol keberagaman. Meski mayoritas orang jawa, namun penduduk Pasuruan juga sangat terbuka dengan kedatangan Pak Sakera. Hingga munculnya budaya Pendalungan ciri khas masyarakat Tapal kuda Jawa Timur didominasi oleh perpaduan budaya Jawa dan Madura. Inilah kisah Pak Sakera, pendekar asal Pasuruaqn yang menjadi korban adu domba dan godaan kekayaan belanda, Meski namanya masih asing di telinga sebagian orang, namun semangat juangnya patut apresiasi dan dikenal banyak khalayak. Oleh karena itu, stereotip yang diterima secara umum oleh masyarakat Madura tidak diperlakukan dengan cara yang sama.[4]

Referensi

[1] [2][pranala nonaktif permanen] [3][pranala nonaktif permanen]

  1. ^ "Cerita Sakera". Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Pasuruan. 
  2. ^ "Legenda Sakera Jawara Berdarah Madura Dari Bangil Pasuruan". TribunusAntara.com. 2023-06-21. Diakses tanggal 2023-10-14. 
  3. ^ "Mengenal Pak Sakera, di Balik Stigma Carok Kekerasan Orang Madura". suara.com. 2021-09-02. Diakses tanggal 2023-10-14. 
  4. ^ Paragram.id (2020-06-29). "Mengenal Sakera, Pahlawan Islam Asal Madura yang Gak Banyak Dikenal Orang". Paragram.id. Diakses tanggal 2023-10-14.