Soebandrio

politikus Indonesia (1914-2004)
Revisi sejak 1 November 2023 14.32 oleh Henri Aja (bicara | kontrib) (Membatalkan 1 suntingan by 103.144.170.190 (bicara): -> pranala keliru (🕵️‍♂️))
Untuk Soebandrio sebagai Kasau, lihat Soebandrio.

Laksamana Udara (Tit.) Dr. Soebandrio (Ejaan Republik: Subrandrio) (15 September 1914 – 3 Juli 2004) adalah politikus Indonesia yang sangat berpengaruh pada masa pemerintahan Presiden Soekarno. Lulusan Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta (GHS) ini pernah menjadi Duta Besar Republik Indonesia di London, Britania Raya, pada tahun 1950–1954 dan Moskwa, Uni Soviet, pada tahun 1954–1956.

Soebandrio
Wakil Perdana Menteri Indonesia
Masa jabatan
22 Februari 1966 – 18 Maret 1966
Menjabat bersama Johannes Leimena, Chairul Saleh dan Idham Chalid
PresidenSoekarno
Perdana MenteriSoekarno
Masa jabatan
13 November 1963 – 22 Februari 1966
Menjabat bersama Johannes Leimena dan Chairul Saleh
PresidenSoekarno
Perdana MenteriSoekarno
Masa jabatan
6 Maret 1962 – 13 November 1963
Menjabat bersama Johannes Leimena
PresidenSoekarno
Perdana MenteriSoekarno
Sebelum
Pengganti
Petahana
Sebelum
Menteri Luar Negeri Indonesia ke-10
Masa jabatan
9 April 1957 – 28 Maret 1966
PresidenSoekarno
Sebelum
Pengganti
Adam Malik
Sebelum
Kepala Badan Intelijen Negara ke-2
Masa jabatan
1959–1965
PresidenSoekarno
Sebelum
Pendahulu
Pirngadi
Pengganti
Soeharto
Sebelum
Duta Besar Indonesia untuk Britania Raya ke-1
Masa jabatan
1949–1954
PresidenSoekarno
Sebelum
Pendahulu
Tidak Ada
Pengganti
Soepomo
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir(1914-09-15)15 September 1914
Kepanjen, Malang, Keresidenan Pasuruan, Hindia Belanda
Meninggal3 Juli 2004(2004-07-03) (umur 89)
Jakarta, Indonesia
KebangsaanIndonesia
Partai politikPartai Sosialis Indonesia (Mantan Anggota)
AlmamaterSekolah Tinggi Kedokteran Jakarta
ProfesiPolitikus, diplomat
Karier militer
PihakIndonesia
Dinas/cabang TNI Angkatan Udara
Pangkat Laksamana Udara TNI (Tituler)
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Awal karier

 
Soebandrio, pada upacara yang menandai penyerahan Papua Barat ke Indonesia, tahun 1963

Soebandrio lahir di Kepanjen, Malang dan bersekolah di Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta (GHS). Sebagai mahasiswa kedokteran, dia aktif dalam gerakan kemerdekaan. Pada masa Perang Dunia II, dia bekerja untuk pasukan anti pendudukan Jepang sebagai praktisi medis. Setelah perang usai, dia diangkat menjadi sekretaris kementerian informasi.

Soebandrio merupakan pendukung Soekarno, dan pernah dikirim ke Eropa sebagai utusan khusus oleh Soekarno untuk mendirikan kantor informasi di London pada 1947. Pada tahun 1954 hingga 1956, dia ditunjuk sebagai duta besar Indonesia untuk Uni Soviet. Dalam masa-masa ini dia tertarik dengan pandangan kiri, meskipun Soebandrio tidak pernah dianggap sebagai komunis.

Kabinet kepresidenan

Pada tahun 1956, Presiden Soekarno memanggil Soebandrio pulang ke Jakarta untuk diangkat menjadi Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri.[butuh rujukan] Soebandrio kemudian menjabat sebagai Menteri Luar Negeri pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.[1] Pada November 1959, Soebandrio selaku Menteri Luar Negeri Indonesia mendirikan Badan Pusat Intelijen sekaligus menjadi pemimpin pertamanya.[2] Berikutnya, pada tahun 1960, ia ditunjuk sebagai Wakil Perdana Menteri pada Kabinet Dwikora I dan sebagai Menteri Hubungan Ekonomi Luar Negeri pada tahun 1962.[butuh rujukan] Soebandrio dengan demikian merangkap ketiga jabatan tersebut sekaligus.[3] Hingga tahun 1966, Soebandrio masih menjadi ketua dari Badan Pusat Intelijen. Selain itu, sebagai anggota dari Komando Operasi Tertinggi dalam Operasi Dwikora dan Trikora, ia juga menyandang pangkat Laksamana Udara tituler di TNI Angkatan Udara.

Pada periode ini, Soebandrio dikenal sebagai arsitek sayap kiri politik luar negeri Indonesia. Ia terlibat pada persekutuan Indonesia–Republik Rakyat China dan Konfrontasi Indonesia–Malaysia, yang menciptakan kebencian antara Indonesia dan barat, terlebih Amerika Serikat dan Britania Raya. Dia juga terlibat dengan Krisis Selat Sunda pada tahun 1964, saat HMS Victorious yang merupakan kapal Induk Britania Raya melewati perairan Indonesia tanpa izin.[4]

Kejatuhan Sukarno

Pasca-Gerakan 30 September, Soebandrio divonis hukuman mati oleh Mahkamah Militer Luar Biasa dengan dakwaan terlibat dalam gerakan tersebut yang menunjukkan pengetahuan atau keterlibatannya.[5] Akan tetapi, vonis dikurangi menjadi hukuman seumur hidup. Pada tahun 1995, ia dibebaskan karena alasan kesehatan hingga wafat pada tahun 2004.

Referensi

  1. ^ Situmorang, N., dan Sudibyo, R. S. (2017). Adam Malik Menembus Empat Zaman: Memperingati 100 Tahun Adam Malik. Jakarta Selatan: Arsip Nasional Republik Indonesia. hlm. 5. ISBN 978-602-6503-10-7. 
  2. ^ Bhakti, I. N., Mengko, D. M., dan Siregar, S. N., ed. (2018). Intelijen dan Politik Era Soekarno (PDF). Jakarta: LIPI Press. hlm. 7. ISBN 978-602-496-028-5. 
  3. ^ Roosa, John (2008). Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto (PDF). Jakarta: Institut Sejarah Sosial Indonesia dan Hasta Mitra. hlm. 184. ISBN 978-979-17579-0-4. 
  4. ^ Easter, Davis (2012). Britain and the Confrontation with Indonesia, 1960–66. I.B. Tauris. hlm. 100. ISBN 9780857721150. 
  5. ^ * Hughes, John. 2002. The End of Sukarno – A Coup that Misfired: A Purge that Ran Wild. Archipelago Press, hlm. 19, ISBN 981-4068-65-9.

Bacaan lanjutan

  • Segeh, Sjafri. 1966. Soebandrio, Durno Terbesar Abad XX. Padang: Trimuf.
  • Soebandrio. 1957. Indonesia in the United Nations: Speech by the Minister for Foreign Affairs, dr. Soebandrio. Jakarta: Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia.
  • Soebandrio. 2001. Kesaksianku tentang G30S. Jakarta: Forum Pendukung Reformasi Total.
  • Soebandrio. 2006. Yang Saya Alami - Peristiwa G30S: Sebelum, Saat Meletus, dan Sesudahnya. Jakarta: Bumi Intitama Sejahtera, ISBN 979-95553-9-6.
Jabatan politik
Didahului oleh:
Johannes Leimena
Wakil Perdana Menteri Indonesia
1962–1966
Bersama dengan: J. Leimena (1960–66)
Chaerul Saleh (1963–66)
Idham Chalid (1966)
Diteruskan oleh:
Sultan Hamengkubuwono IX
Didahului oleh:
Roeslan Abdulgani
Menteri Luar Negeri Indonesia
1957–1966
Diteruskan oleh:
Adam Malik
Jabatan diplomatik
Posisi baru Duta Besar Indonesia untuk Uni Soviet
1954–1956
Diteruskan oleh:
Lambertus Nicodemus Palar
Posisi baru Duta Besar Indonesia untuk Britania Raya
1949–1954
Diteruskan oleh:
Soepomo
Jabatan pemerintahan
Didahului oleh:
Pirngadi
Kepala Badan Pusat Intelijen
1959–1965
Diteruskan oleh:
Soeharto