Soebandrio
- Untuk Soebandrio sebagai Kasau, lihat Soebandrio.
Laksamana Udara (Tit.) Dr. Soebandrio (Ejaan Republik: Subrandrio) (15 September 1914 – 3 Juli 2004) adalah politikus Indonesia yang sangat berpengaruh pada masa pemerintahan Presiden Soekarno. Lulusan Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta (GHS) ini pernah menjadi Duta Besar Republik Indonesia di London, Britania Raya, pada tahun 1950–1954 dan Moskwa, Uni Soviet, pada tahun 1954–1956.
Soebandrio | |
---|---|
Wakil Perdana Menteri Indonesia | |
Masa jabatan 22 Februari 1966 – 18 Maret 1966 Menjabat bersama Johannes Leimena, Chairul Saleh dan Idham Chalid | |
Presiden | Soekarno |
Perdana Menteri | Soekarno |
Masa jabatan 13 November 1963 – 22 Februari 1966 Menjabat bersama Johannes Leimena dan Chairul Saleh | |
Presiden | Soekarno |
Perdana Menteri | Soekarno |
Masa jabatan 6 Maret 1962 – 13 November 1963 Menjabat bersama Johannes Leimena | |
Presiden | Soekarno |
Perdana Menteri | Soekarno |
Pengganti Petahana | |
Menteri Luar Negeri Indonesia ke-10 | |
Masa jabatan 9 April 1957 – 28 Maret 1966 | |
Presiden | Soekarno |
Kepala Badan Intelijen Negara ke-2 | |
Masa jabatan 1959–1965 | |
Presiden | Soekarno |
Duta Besar Indonesia untuk Britania Raya ke-1 | |
Masa jabatan 1949–1954 | |
Presiden | Soekarno |
Pendahulu Tidak Ada | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Kepanjen, Malang, Keresidenan Pasuruan, Hindia Belanda | 15 September 1914
Meninggal | 3 Juli 2004 Jakarta, Indonesia | (umur 89)
Kebangsaan | Indonesia |
Partai politik | Partai Sosialis Indonesia (Mantan Anggota) |
Almamater | Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta |
Profesi | Politikus, diplomat |
Karier militer | |
Pihak | Indonesia |
Dinas/cabang | TNI Angkatan Udara |
Pangkat | Laksamana Udara TNI (Tituler) |
Sunting kotak info • L • B |
Awal karier
Soebandrio lahir di Kepanjen, Malang dan bersekolah di Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta (GHS). Sebagai mahasiswa kedokteran, dia aktif dalam gerakan kemerdekaan. Pada masa Perang Dunia II, dia bekerja untuk pasukan anti pendudukan Jepang sebagai praktisi medis. Setelah perang usai, dia diangkat menjadi sekretaris kementerian informasi.
Soebandrio merupakan pendukung Soekarno, dan pernah dikirim ke Eropa sebagai utusan khusus oleh Soekarno untuk mendirikan kantor informasi di London pada 1947. Pada tahun 1954 hingga 1956, dia ditunjuk sebagai duta besar Indonesia untuk Uni Soviet. Dalam masa-masa ini dia tertarik dengan pandangan kiri, meskipun Soebandrio tidak pernah dianggap sebagai komunis.
Kabinet kepresidenan
Pada tahun 1956, Presiden Soekarno memanggil Soebandrio pulang ke Jakarta untuk diangkat menjadi Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri.[butuh rujukan] Soebandrio kemudian menjabat sebagai Menteri Luar Negeri pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.[1] Pada November 1959, Soebandrio selaku Menteri Luar Negeri Indonesia mendirikan Badan Pusat Intelijen sekaligus menjadi pemimpin pertamanya.[2] Berikutnya, pada tahun 1960, ia ditunjuk sebagai Wakil Perdana Menteri pada Kabinet Dwikora I dan sebagai Menteri Hubungan Ekonomi Luar Negeri pada tahun 1962.[butuh rujukan] Soebandrio dengan demikian merangkap ketiga jabatan tersebut sekaligus.[3] Hingga tahun 1966, Soebandrio masih menjadi ketua dari Badan Pusat Intelijen. Selain itu, sebagai anggota dari Komando Operasi Tertinggi dalam Operasi Dwikora dan Trikora, ia juga menyandang pangkat Laksamana Udara tituler di TNI Angkatan Udara.
Pada periode ini, Soebandrio dikenal sebagai arsitek sayap kiri politik luar negeri Indonesia. Ia terlibat pada persekutuan Indonesia–Republik Rakyat China dan Konfrontasi Indonesia–Malaysia, yang menciptakan kebencian antara Indonesia dan barat, terlebih Amerika Serikat dan Britania Raya. Dia juga terlibat dengan Krisis Selat Sunda pada tahun 1964, saat HMS Victorious yang merupakan kapal Induk Britania Raya melewati perairan Indonesia tanpa izin.[4]
Kejatuhan Sukarno
Pasca-Gerakan 30 September, Soebandrio divonis hukuman mati oleh Mahkamah Militer Luar Biasa dengan dakwaan terlibat dalam gerakan tersebut yang menunjukkan pengetahuan atau keterlibatannya.[5] Akan tetapi, vonis dikurangi menjadi hukuman seumur hidup setelah adanya intervensi dari Elizabeth II & Lyndon Baines Johnson yang menolak vonis hukum mati Soebandrio. Pada tahun 1995, ia dibebaskan karena alasan kesehatan hingga wafat pada tahun 2004.
Referensi
- ^ Situmorang, N., dan Sudibyo, R. S. (2017). Adam Malik Menembus Empat Zaman: Memperingati 100 Tahun Adam Malik. Jakarta Selatan: Arsip Nasional Republik Indonesia. hlm. 5. ISBN 978-602-6503-10-7.
- ^ Bhakti, I. N., Mengko, D. M., dan Siregar, S. N., ed. (2018). Intelijen dan Politik Era Soekarno (PDF). Jakarta: LIPI Press. hlm. 7. ISBN 978-602-496-028-5.
- ^ Roosa, John (2008). Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto (PDF). Jakarta: Institut Sejarah Sosial Indonesia dan Hasta Mitra. hlm. 184. ISBN 978-979-17579-0-4.
- ^ Easter, Davis (2012). Britain and the Confrontation with Indonesia, 1960–66. I.B. Tauris. hlm. 100. ISBN 9780857721150.
- ^ * Hughes, John. 2002. The End of Sukarno – A Coup that Misfired: A Purge that Ran Wild. Archipelago Press, hlm. 19, ISBN 981-4068-65-9.
Bacaan lanjutan
- Segeh, Sjafri. 1966. Soebandrio, Durno Terbesar Abad XX. Padang: Trimuf.
- Soebandrio. 1957. Indonesia in the United Nations: Speech by the Minister for Foreign Affairs, dr. Soebandrio. Jakarta: Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia.
- Soebandrio. 2001. Kesaksianku tentang G30S. Jakarta: Forum Pendukung Reformasi Total.
- Soebandrio. 2006. Yang Saya Alami - Peristiwa G30S: Sebelum, Saat Meletus, dan Sesudahnya. Jakarta: Bumi Intitama Sejahtera, ISBN 979-95553-9-6.
Jabatan politik | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Johannes Leimena |
Wakil Perdana Menteri Indonesia 1962–1966 Bersama dengan: J. Leimena (1960–66) Chaerul Saleh (1963–66) Idham Chalid (1966) |
Diteruskan oleh: Sultan Hamengkubuwono IX |
Didahului oleh: Roeslan Abdulgani |
Menteri Luar Negeri Indonesia 1957–1966 |
Diteruskan oleh: Adam Malik |
Jabatan diplomatik | ||
Posisi baru | Duta Besar Indonesia untuk Uni Soviet 1954–1956 |
Diteruskan oleh: Lambertus Nicodemus Palar |
Posisi baru | Duta Besar Indonesia untuk Britania Raya 1949–1954 |
Diteruskan oleh: Soepomo |
Jabatan pemerintahan | ||
Didahului oleh: Pirngadi |
Kepala Badan Pusat Intelijen 1959–1965 |
Diteruskan oleh: Soeharto |