Tahlilullah

Sultan Banjar
Revisi sejak 2 Desember 2023 15.27 oleh Sibiru45 (bicara | kontrib)

Raden Bagus bergelar Soeria Angsa 02/ Suriansyah II (Suria Diwangsa) atau Sultan Amarullah (Amru'llah) Bagus Kasuma atau Sultan Tahlilullah/Tahirullah (bin Sultan Saidullah) adalah Sultan Banjar yang memerintah tahun 1660-1700/12.[2][3][4][5][6]

Tuan Yang Maha Mulia Paduka Seri Sultan Amarullah Bagus Kasuma/Tahlilullah/Tahirullah/Tahlil-Lillah
SULTAN BANJAR VII
Berkuasa1660-1700
Penobatan1660
SultanLihat daftar
KelahiranRadèn Bagoes (Sultan Amrullah Bagus Kasuma)
Pemakaman
WangsaDinasti Banjarmasin
AyahSaidullah dari Banjar Sultan Ratu Anom doellah/ Sultan Sa'idillah
Anak1. ♂ Pangeran Ratu Anom Putra Mahkota Sultan Muda Suria Alam dari Banjar Sultan Tahmidullah 01/Panembahan Tengah

2. ♂ Pangeran Dipati Pangeran Dipati Anom Pangeran Mangkubumi ("wakil" Putra Mahkota) 3 Desember 1720 sampai 21 Februari 1730 Pangeran Suria Dilaga bergelar Panembahan Kusuma Dilaga

3..♂ Pangeran Dipati Pangeran Dipati Anom Pangeran Mangkubumi ("wakil" Putra Mahkota) Pangeran Purba Negara (Pangarang-Purba-Negarree)
AgamaIslam Sunni
Makam Sultan Tahlilullah di Keraton, Martapura, Kabupaten Banjar

Terlahir dengan nama Raden Bagus (anak Sultan Saidullah). Setelah mangkatnya ayahnya, ia sebagai Putera Mahkota yang belum dewasa, sehingga antara tahun 1660-1663 ia diwakili oleh mangkubumi kerajaan Pangeran Dipati Mangkubumi (Pangeran Dipati Martapura/Pangeran Tapesana/Raden Halit bin Sultan Mustain Billah) yang menjadi Wali Sultan bernama Pangeran Ratu bergelar Sultan Ri'ayatullah.

Mulai tahun 1663 sampai tahun 1679, Jabatan Wali Sultan diambil alih oleh Pangeran Dipati Anom 02 alias Sultan Dipati Anom bin Sultan Inayatullah yang kemudian bergelar Sultan Agung alias Suria Nata 02.[7]

Namun sebelumnya dalam keadaan krisis politik tersebut, Pangeran Ratu/Sultan Rakyatullah dan Dewan Mahkota Kesultanan Banjar masih sempat melantik Raden Bagus dengan gelar Sultan Amarullah Bagus Kasuma (Sultan Tahlilullah).[7]

Selanjutnya pada tahun 1679 Pangeran Suria Angsa (Raden Bagus) dan Pangeran Suria Negara (Raden Basus), keduanya putera Sultan Ratu Anom alias Sultan Saidullah berhasil membinasakan Sultan Dipati Anom/Sultan Agung/Suria Nata 02 dan Pangeran Dipati (anak Sultan Dipati Anom). Sejak itu Pangeran Suria Angsa menjadi Kepala Negara Kesultanan Banjar hingga mangkatnya tahun 1700.

Menurut George Bryan Souza (2004:126) dalam "The Survival of Empire: Portuguese Trade and Society in China and the South China Sea 1630-1754".[8]

The Portugues from Macao were already trading when the VOC arrived at Banjarmasin in 1679 intent upon securing that trade and ousting Macao's country trader from that market.

The ambitions of the Portuguese country traders involved in this market were greather than VOC firstimagined. The Company learnt that on account of an internal power struggle, Sultan Dipati Anom was challenged by his nephews, Sultan Ratu's two sons, Suria Angsa and Suria Negara, and Portuguese aid had been enlisted by the insurgents against Sultan Dipati Anom. The Portuguese from Macao were embarked upon their first attempt to establish their monopoly over Banjarmasin's pepper production.

The Portuguese policy of intervention and supporting Sultan Dipati Anom's overthrow was eventually successful with Suria Angsa becoming Sultan and the Portuguese obtaining commercial privileges. These commercial privileges did not amount to a monopoly but sufficiently upset the VOC, which was already displeased with Banjarmasin's interminable political unrest, that the Company ceased to trade at Banjarmasin in 1681; the VOC was convinced that it could secure additional pepper stocks from increased production at Palembang and Bantam.

(Orang-orang Portugis dari Makau sudah berdagang ketika VOC tiba di Banjarmasin pada tahun 1679 dengan maksud mengamankan perdagangan itu dan mengusir pedagang negara Makao dari pasar itu.

Ambisi para pedagang negara Portugis yang terlibat dalam pasar ini lebih besar daripada yang dibayangkan oleh VOC. Kompeni mengetahui bahwa karena perebutan kekuasaan internal, Sultan Dipati Anom ditantang oleh kedua keponakannya, dua putra Sultan Ratu, Suria Angsa dan Suria Negara, dan bantuan Portugis telah didaftar oleh pemberontak melawan Sultan Dipati Anom. Portugis dari Macau memulai upaya pertama mereka untuk memonopoli produksi lada Banjarmasin.

Kebijakan intervensi Portugis dan mendukung penggulingan Sultan Dipati Anom akhirnya berhasil dengan Suria Angsa menjadi Sultan dan Portugis memperoleh hak-hak komersial. Hak-hak komersial ini tidak sama dengan monopoli tetapi cukup mengecewakan VOC, yang sudah tidak senang dengan kerusuhan politik tak berkesudahan Banjarmasin, bahwa Perusahaan berhenti berdagang di Banjarmasin pada tahun 1681; VOC yakin bahwa itu dapat mengamankan stok lada tambahan dari peningkatan produksi di Palembang dan Banten. )

[8]

Pada masa kekuasaan Sultan Saidillah sekitar tahun 1685, Portugis mengirim seorang pastur bernama Ventigmilia.[9] Jenderal Macau seperti Andrea Coelo Viera, Aloysius Francesco Cottigno, maupun Kapten Kapal Emmanuelle Araugio Graces, sama-sama ingin menjadi sponsor perjalanan pastor Antonio Ventimiglia ke tanah Borneo. Penjelajahannya dimulai per tanggal 16 Januari 1688 dari Macau. Pada tanggal 2 Februari 1688, Antonio Ventimiglia tiba di Banjarmasin dengan kapal Potugis (sekutu Sultan Suria Angsa), untuk mengembangkan agama Katolik di udik negeri Banjar di sepanjang sungai Barito dan akhirnya ia meninggal di udik pada tahun 1691.[10][11][12][13][14]

Sultan Tahlilullah mangkat dan dimakamkan di salah satu daerah di Martapura, yaitu Kelurahan Keraton.

Surat tanggal 2 September 1682

Menurut Arsip Nasional Republik Indonesia, korespondensi antara Raja Banjar Sultan Tahlilullah kepada VOC-Belanda terjadi sejak tanggal 26 Oktober 1664 sampai 20 November 1698. Sebuah surat bertanggal 2 September 1682 dikirim ke Batavia oleh Sultan Tahlillullah dari Mindanao (Maguindanao), suatu tempat yang sangat jauh dari kerajaannya sendiri, menunjukkan adanya hubungan antara Banjar dan Mindanao pada masa itu.[15]

Bagan Silsilah

Salah satu versi silsilah Sultan Tahlil-lillah.[16][17][18][19]

♂ Sultan Sayidillah
♂ Sultan Tahlil-lillah
♂ Sultan Tahmidillah
♂ SULTAN BANJAR IX.♂ Sultan Chamidullah Panembahan Kuning

Chamiedoela -Hamidulah[20]
sulthan hamidillah[18]
♂ Pangeran Mangkubumi Tamjidillah I Sepuh dari BanjarPangeran Mangku Dalaga
(Pangeran Sepuh)
pangerang Souria delaga

pangérang dipatty Soeria di Laga[20]
Pangeran IsaPangeran Mangku DilagaPangeran Nata Mangkubumi Sunan Nata Alam

Pangeran Nata Dilaga
Pangeran Wira Nata
Pangeran Mangku NegaraPangeran Ibrahim

Adapun Silsilah Sultan Tahlil-lillah (Tahlil-lullah) versi hikayat Tutur Candi, ada satu generasi yang hilang (Sultan Tahmidillah 1).[21][22]

♂ Sultan Sa'idillah
♂ ♂ Sultan Tahlillillah
Sultan Tamjidillah Pangeran Nullah
(P. Mangkubumi)
♂ Pangeran Mas♂ Pangeran Dipati
(Raja di Kusan/Tanah Bumbu)
♂ Pangeran Istana Dipati♂ Pangeran Wira Kasuma
Didahului oleh:
Pangeran Suryanata (ke-2)
Sultan Banjar
1660-1700
Diteruskan oleh:
Panembahan Kusuma Dilaga

Album

Referensi

  1. ^ http://www.tribunnews.com/regional/2017/11/14/makam-keramat-di-desa-telok-selong-jadi-perhatian-arkeolog
  2. ^ "Regnal Chronologies Southeast Asia: the Islands". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-01-11. Diakses tanggal 2013-10-02. 
  3. ^ (Belanda) J. M. C. E. Le Rutte (1863). Episode uit den Banjermasingschen oorlog. A.W. Sythoff. hlm. 12. 
  4. ^ "Rulers in Asia (1683 – 1811): attachment to the Database of Diplomatic letters" (PDF). Arsip Nasional Republik Indonesia. hlm. 47. Diakses tanggal 2018-09-23. 
  5. ^ (Melayu) Abdul Rahman Hj. Abdullah (2016). "Sejarah, Tamadun, Islam, Masihi, Nusantara". Biografi Agung Syeikh Arsyad Al-Banjari. Malaysia: Karya Bestari. hlm. 95. ISBN 9678605945.  ISBN 9789678605946
  6. ^ Le Rutte, J. M. C. E. (1863). Episode uit den Banjermasingschen oorlog. A.W. Sythoff. hlm. 12. 
  7. ^ a b Ras, Johannes Jacobus (1990). Hikayat Banjar diterjemahkan oleh Siti Hawa Salleh. Malaysia: Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka. ISBN 9789836212405.  ISBN 983621240X
  8. ^ a b Souza, George Bryan (2004). The Survival of Empire: Portuguese Trade and Society in China and the South China Sea 1630-1754 (dalam bahasa Inggris). Cambridge University Press. hlm. 126. ISBN 0-521-53135-7.  ISBN 9780521531351
  9. ^ J. U. Lontaan (1985). Menjelajah Kalimantan. Penerbit Baru. hlm. 91. 
  10. ^ Kiai Bondan, Amir Hasan (1953). Suluh Sedjarah Kalimantan. Bandjarmasin: Fadjar. 
  11. ^ http://jejakrekam.com/2018/10/14/perjuangan-penuh-keringat-pastor-ventimiglia/
  12. ^ Pinkerton, John (1812). A general collection of the best and most interesting voyages and travels in all parts of the world: many of which are now first translated into English : digested on a new plan. 11. Longman. hlm. 134. 
  13. ^ Beeckman, Daniel (1718). A Voyage to and from the Island of Borneo. hlm. 1346. 
  14. ^ Halikowski Smith, Stefan (2011). Creolization and Diaspora in the Portuguese Indies. hlm. 56. 
  15. ^ "Mencari Surat-Surat :: Sejarah Nusantara". Arsip Nasional Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-06-20. Diakses tanggal 2018-09-23. 
  16. ^ https://sinarbulannews.files.wordpress.com/2011/01/silsilah-sultan-adam.jpg
  17. ^ https://plus.google.com/104506069717580147857/posts/gsKkmG8PtcB
  18. ^ a b van Rees, Willem Adriaan (1865). De bandjermasinsche krijg van 1859-1863. 1. D. A. Thieme. hlm. 7. 
  19. ^ De Indische gids. 23. 1901. hlm. 925. 
  20. ^ a b Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde van. 1938. hlm. 170. 
  21. ^ a b Saleh, Mohamad Idwar (1986). Tutur Candi, sebuah karya sastra sejarah Banjarmasin. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah. hlm. 150. 
  22. ^ http://bubuhanbanjar-bakisah.blogspot.com/2008/12/makam-raja-raja-banjar-di-martapura.html

Pranala luar