Simon Petrus

salah satu dari dua belas murid Yesus dan Paus pertama dalam Gereja Katolik
Petrus beralih ke halaman ini. Untuk kegunaan lain, lihat Petrus (disambiguasi).

Petrus, paus pertama, adalah seorang nelayan dari Galilea. Yesus memanggilnya untuk mengikuti Dia, “Aku akan menjadikan engkau penjala manusia.” Petrus adalah seorang sederhana yang giat bekerja. Ia murah hati, jujur dan amat dekat dengan Yesus. Nama asli rasul besar ini adalah Simon, tetapi Yesus mengubahnya menjadi Petrus, yang artinya “batu karang”. “Engkaulah Petrus,” kata Yesus, “dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku.” Petrus adalah pemimpin para rasul.

Secara pribadi, Petrus pada awalnya adalah satu di antara tiga rasul yang terdekat dengan Yesus, bersama-sama dengan Yohanes dan Yakobus. Faktanya, Petrus, bersama-sama dengan Yohanes dan Yakobus adalah murid-murid yang paling pertama-tama dipanggil oleh Yesus untuk mengikuti Dia. Namun bukanlah hal itu yang membuat Petrus menjadi salah satu murid yang dekat dengan Yesus. Petrus dikenal sepanjang ke empat kitab Injil di dalam Alkitab adalah rasul yang mempunyai semangat yang meledak dan meluap-luap, seseorang yang sangat aktif. Hal inilah yang menyebabkan dirinya dapat dekat dengan Yesus. namun sayang, ia kurang berpikir panjang dengan jawaban-jawabannya. Ia sering menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan Yesus dengan jawaban yang nampaknya besar. Namun ketika Yesus hendak menguji perkataannya, ia sering didapati tidak konsisten dengan perkataannya.

Sebagai suatu contoh, pada momen-momen terakhir sebelum Yesus ditangkap, Yesus sempat berpesan pada Petrus untuk menjaga imannya agar tidak gugur, dan setelah ia kuat, ia harus menguatkan saudara-saudaranya (rasul-rasul yang lain). Namun Petrus dengan segera menjawab: "Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!" Namun, ketika Yesus ditangkap, Petrus telah lupa dengan perkataannya dan ketakutan. Saat itulah ia berbuat dosa dengan menyangkal Kristus sebanyak tiga kali. Rasa takut akan keselamatan diri sendiri menguasainya. Tetapi, Petrus menyesali perbuatannya dengan sepenuh hati. Ia menangisi penyangkalannya sepanjang hidupnya. Yesus mengampuni Petrus. Sesudah kebangkitan-Nya, Ia bertanya tiga kali kepada Petrus, “Apakah engkau mengasihi Aku?” Jawab Petrus, “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Sesungguhnya, Yesus memang tahu! Petrus benar. Dengan lembut Yesus berkata, “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” Yesus mengatakan kepada Petrus untuk mengurus Gereja-Nya, sebab Ia akan naik ke surga. Yesus menetapkan Petrus sebagai pemimpin para pengikut-Nya.

Namun Petrus masih belum berkarya banyak pasca kenaikan Yesus ke Surga. Petrus dan murid-murid yang lain masih tinggal di dalam kota Yerusalem, berkumpul untuk bertekun dan berdoa bersama dengan sekitar seratus dua puluh orang, sampai tiba hari Pentakosta, di mana Roh Kudus dicurahkan seperti lidah-lidah api. Setelah peristiwa itulah, Petrus yang dahulunya adalah pengecut, tidak konsisten, dan menyangkal Yesus untuk menyelamatkan dirinya sendiri, secara tiba-tiba menjadi berkobar-kobar dan berkhotbah di hadapan ribuan orang dan mempertobatkan banyak orang.

Di kemudian hari Petrus pergi dan tinggal di Roma. Roma kala itu adalah pusat seluruh Kekaisaran Romawi. Di sana, Petrus mempertobatkan banyak orang. Ketika penganiayaan yang kejam terhadap orang-orang Kristen dimulai, jemaat di sana memohon pada Petrus untuk meninggalkan Roma dan menyelamatkan diri.

Konon menurut tradisi, ia memang sedang dalam perjalanan meninggalkan Roma ketika ia berjumpa dengan Yesus di tengah jalan. Petrus bertanya kepada-Nya, “Tuhan hendak ke manakah Engkau pergi?” (dalam bahasa Latin: "Quo Vadis?") Jawab Yesus, “Aku datang untuk disalibkan kedua kalinya.” Kemudian Petrus berbalik dan kembali ke Roma. Ia mengerti bahwa penglihatannya berarti bahwa ia harus menderita dan wafat bagi Yesus. Segera Petrus ditangkap dan dijatuhi hukuman mati. Karena ia bukan warganegara Romawi, sama seperti Yesus, ia dapat disalibkan (Sebagai perbandingan, rasul Paulus adalah warga Romawi). Kali ini ia tidak menyangkal Kristus. Kali ini ia siap untuk wafat bagi-Nya. Petrus minta agar disalibkan dengan kepalanya di bawah, sebab ia merasa tidak layak menderita seperti Yesus. Para prajurit Romawi tidak merasa aneh akan permintaannya, sebab para budak disalibkan dengan cara demikian. St. Petrus wafat sebagai martir di Bukit Vatikan sekitar tahun 67. Pada abad keempat, Kaisar Konstantin membangun sebuah gereja besar di atas tempat sakral tersebut. Penemuan-penemuan kepurbakalaan baru-baru ini menegaskan kisah sejarah tersebut.

Lihat pula


Didahului oleh:
tidak ada
Paus
30 - 64 atau 67
Diteruskan oleh:
Paus Linus